xiv. ➷Roomchat Saka.

42 7 0
                                    

☆★☆

➷Pandangan Renafi masih tetap terfokus ke arah laptop yang sekarang kian menampilkan banyak tulisan yang tidak dapat di mengerti, hanya Renafi yang faham dengan bahasa pemrograman tersebut.

Meskipun Sean yang sedari tadi masih setia di samping Renafi menatap laptopnya, ia tetap tidak faham dengan bahasa pemrograman tersebut.

Sean mengamati jari Renafi yang lihai mengetikan sesuatu di keyboard, Sean menggeleng. "Kok bisa lo paham bahasa goib gini bjir." Ungkapnya.

Renafi mengalihkan pandangan sejenak. "Belajar sejak dini makanya."

Sean tidak begitu mendengarkan ucapan Renafi, ia malah menatap Jaendra yang masih berpura-pura pingsan karena kelaparan, sudah 5 menit berlalu sejak Javio yang pamit untuk pergi ke lantai bawah mengambil pesanan yang telah sampai.

"Nih, makan dulu deh." Kata Javio membuka pintu kamar hotel, di lihatnya Jaendra yang langsung mengambil wadah nasi goreng yang di balut sterofoam itu, sedangkan Sean dan Renafi masih terfokus pada laptop.

'klik'

'klik'

'klik'

Suara keyboard yang di tekan kencang mampu memenuhi kamar mereka yang sunyi.

Javio menoleh ke arah sumber suara ia menghampiri Renafi dan Sean yang memasang wajah serius.

"Goblok, Ren. Itu laptop lo rusak!" Teriak Sean sembari menunjuk ke arah laptop Renafi. Renafi menggeleng santai, "Itu lagi proses."

Bagaimana Sean tifak teriak, karena laptop Renafi itu tengah glitch dan mati menyala secara tiba-tiba.

Hingga beberapa detik setelahnya laptopnya menyala, menampilkan roomchat WathsApp milik Saka.

Sean tertawa terbahak kala melihat banyak nama tertera di sana. Jika Saka tahu, entahlah, mungkin mereka akan di pukul oleh buku Fisika dengan volume tebal saat ini juga.

Mata Renafi bergulir masih menatap lekat roomchat tersebut. Mereka meretas WathsApp milik Saka karena ingin mengetahui dimana letak gedung yang akan dijadikan tempat peresmian tersebut. Begitupun juga dengan waktu pelaksanaanya..

Sebenarnya ia bisa saja dengan mudah bertanya ke om Sean yang akan Sean mintai undangan, namun sialnya om Sean sangat susah di hubungi, perihal undangan yang akan di berikan ke Sean saja harus lewat managger nya dan undangan tersebut akan sampai besok sore. Daripada menunggu terlalu lama Renafi akhirnya bertekad untuk meretas WathsApp Saka.

"Wah, Saka fake friends chatan sama siapa tuh dia." Tunjuk Sean ke salah satu nama.

Renafi membuka roomchat tersebut, hingga terpampanglah banyak bubble chatan di sana.

Harsanjjg

|Woy, Ka. lo besok acaranya di mana sih, undangan gue jatoh di kolam bro.

Di gedung SgroupJ, Utara Malioboro, itu|
Gedung keluarga gue.

|Iya deh bro, jam berapa acaranya
kalo sore gue nggak bisa nih, masih
mau main sama Lion.

Jam 7 malem ngab, Lion masih hidup apa?|
bisa-bisanya itu singa tahan tinggal
sama lo Sa, Sa.

|Oh iya lah jelas. Kalo gitu
Thanks infonya, Ka.

Yoi|

   
Sean diam sejenak, mengingat nama seseorang yang pernah ia dengar. Hingga suara Javio semakin mengembalikan ingatanya.

"Harsa itu yang sipit itu bukan sih, yang badass abis, terus tinggi. Anak SMAGA. " Kata Javio.

Javio pernah bertanding basket dengan seseorang yang bernama Harsa itu, Harsa terkenal sebagai anak konglomerat di SMAGA, banyak orang menganggung-agungkan namanya. Namun, Javio tidak berekspetasi jika Harsa berteman baik dengan Saka.

Sean menjetikan jarinya, "Oh iya bener, Itu Harsa yang itu. " Ujarnya.

Jaendra ikut membaca chatan yang terpampang di laptop Renafi. "Singa? dia punya ragunan apa?" Tanyanya heran.

"Di rumahnya banyak pliharaan hewan buas dia, emang ada-ada aja sih." Kata Sean.

"Nah, berarti besuk jam 7 malem kita otw sana. Undanganya gimana nih, Yan?. Kalo nggak ada undangan lo nggak bisa masuk."

"Besok sore sampe loh, " Kata Sean menenangkan.

Renafi mengangguk. "Untuk Javio dan Jaendra, gue nggak tau gimana cara kalian dapet kostum maid di sana, tapi yang jelas pakai cara kalian sendiri aja deh." Kata Renafi pasrah.

Javio mengangguk. "Tenang nanti gue pake jurus taekwondo aja." Ujarnya.

Renafi menatap datar. "Tapi jangan sampe meninggal  maid aslinya. Bisa masuk penjara kita."

Mendengar itu Javio menggaruk tengkuknya. "Iya, kalo nggak keterusan, sih."

Renafi mengambil sesuatu di dalam tasnya, ada 4 kacamata hitam yang ia beli di Plaza Mall tadi. "Pake ini kalo mau keluar, untuk Sean, besok lo harus pake kacamata ini, biar nggak ada yang mengenali," Ujarnya sembari memberikan kacamata itu ke arah mereka.

Jaendra langsung mencoba kacamata hitam tersebut. "Kalo jadi pelayan, kayaknya gue mau pake kumis palsu sama kacamata bening deh."

Renafi menatap intens ke arah Jaendra yang tengah memasang gaya songong dengan kacamata hitam bertengger di hidungnya. "Ya, terserah lo aja sih." Ujarnya malas.

Javio terdiam. "Tapi kita pura-pura jadi maid ngapain sih?"

"Buat mengalihkan. Kalian bisa bikin gimick terserah, Intinya biar Sean gampang buat bawa Saka pergi dari sana, setidaknya kita buat Saka aman dulu."

"Oh, i see, i see." Javio mengangguk setelah mendengar penjelasan dari Renafi.

Sean menyimpan kacamata yang telah diberikan oleh Renafi, setelah itu ia mengambil nasi goreng yang sudah Javio belikan. Entah kenapa sekarang perut Sean terasa lapar.

Renafi mengamati Sean yang tengah menyuapkan nasinya itu. "Gue kadang suka nggak nyangka aja, kalo si Sean tuh anak the reall konglomerat, tingkahnya aja kayak orang susah njir." Ujarnya sembari meraup wajah.

Sean bergidik. "Berarti penyamaran gue selama ini berhasil."

Mendengar ucapan Renafi barusan Jaendra mengangguk. "Iya, gue jadi nggak lagi-lagi ngebully si Sean." Kata Jaendra menyuapkan nasi ke mulutnya.

Menghela nafas lelah Renafi mengambil nasi goreng miliknya, dengan fikiran yang berkecamuk ia menyantap nasi goreng tersebut. Sepertinya malam ini ia tidak akan bisa tidur karena memikirkan hari esok.

★☆★

.

.

[3]Future; Renjun (✔️) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang