.
.
.
.
.
.
Jaendra, Javio, Sean, dan Renafi. Mereka ber-4 tengah berjalan beriringan melewati koridor sekolah yang sudah sepi.
Setelah memastikan bahwa mobil milik Saka sudah tidak ada di parkiran mereka langsung menghela nafas lega.
"Mau pake kendaraan masing-masing, atau ikut mobil gue aja?" Tanya Sean dengan tangan yang memegang kunci mobil.
Javio menggeleng, "Gue sama Jaendra naik motor sendiri aja, " Katanya seraya menatap Renafi.
"Gue juga naik motor sendiri aja." Renafi membuka suara setelah di tatap oleh Javio yang seperti memintanya untuk mengucapkan pendapat.
Sean mengangguk, ia membuka pintu mobil miliknya, "Ya udah, nanti kalian ikutin gue dari belakang."
Javio mengangat alis bingung, "Ini bukan ke rumah biasanya apa Yan?"
Sean menggeleng, "Bukan, ini rumah yang satunya, agak jauh dari sini." Itu ucapan terakhir dari Sean dan setelah itu ia membawa masuk tubuhnya ke dalam mobil.
Renafi tanpa pikir panjang langsung menghampiri motornya dan bersiap untuk berangkat.
Sore hari itu kendaraan beroda empat melaju terlebih dahulu dan dua kendaraan beroda dua yang berada di belakangnya membelah jalan raya yang cukup ramai untuk menuju rumah Sean.
.
.
.
.
.
.
"Kenapa kita jadi masuk ke arah hutan bjir?" Tanya Renafi sedikit berteriak ke arah motor Javio yang tengah menggonceng Jaendra.
Jaendra yang mendengar teriakn dari Renafi lantas menaikan helm yang menutupi wajah. "Gue juga nggak tau! kenapa kanan kiri jadi hutan" Teriaknya.
Motor mereka masih melaju mengikuti mobil milik Sean, ingin protes tetapi nanti mereka malah tersesat jika berhenti, karena langit mulai berubah jingga yang menandakan akan segera malam.
"Jav, depan itu kayak istana bukan sih!" Jaendra berteriak ke depan, ke arah Javio yang tengah mengemudi motornya.
Javio mengarahkan kepalanya sedikit kebelakang, "Istana apaan sih? gue nggak liat"
"Itu kayak ada rumah bentuk istana!"
"Nggak tau deh, Ndra."
Mobil Sean masih melaju dengan kecepatan sedang, Sean yang tengah mengendarai memijat pangkal hidungnya. Pasti teman-temannya sedang heran mengapa mereka di arahkan menuju hutan.
Lantas ia menurunkan kaca mobilnya sembari berteriak ke belakang, "Kalian nggak nyasar kok, ini arah yang bener. Ikutin gue aja!" Teriak Sean cukup keras.
Ketiga temannya yang mendengar hanya mengangguk sebagai jawaban, meskipun itu tidak dapat di lihat oleh Sean.
.
.
.
.
.
Mobil Sean berhenti tepat di depan gerbang yang sangat menjulang tinggi, dengan bangunan bak istana negeri dongeng, sedari tadi ketiga remaja yang menaiki motor sudah memasang wajah melamun mereka, karena tidak percaya akan berada di depan istana seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
[3]Future; Renjun (✔️)
Fantasía[COMPLETED] Renafi mengetahui masa depan! hal itu menjadi sebuah keuntungan, dan sebuah kerugian secara bersamaan bagi Renafi. Karena ia tahu masa depan apakah ia akan menggagalkan rencana atau takdir yang akan terjadi? itu bukan hal yang akan Renaf...