xii. ➷Arrived in Jogja.

41 11 0
                                    

.

.

.

☆☆☆

Setelah pulang sekolah mereka bergegas untuk menuju rumah masing-masing, namun hal itu terhenti kala mobil berwarna putih dan hitam ada di hadapan mereka, Jaendra sudah memasang wajah heran. Begitupun dengan Javio dan Renafi, Sedangkan Sean—ia langsung memasuki mobil putih tersebut.

"Ayo masuk ngab, ngapain sih bengong mulu." Kata Sean sembari menurunkan kaca mobil.

Renafi menatap kesal ke arah Sean. "Kita masa langsung OTW Jogja yang bener aja? kita nggak bawa ganti."

Sean terdiam sejenak, ia menjetikan jarinya. "Udah beli di sana aja. Cepetan ini, setengah jam lagi Take Off pesawatnya." Katanya memberi solusi.

Javio langsung tergesa memasuki mobil putih tersebut. "Lah bilang dari tadi kek bjir, kalo gini bisa ketinggalan pesawat!" Teriaknya.

Setelah itu Renafi dan Jaendra ikut tergesa memasuki mobil.

"Lah bjir kenapa di mobil ini semua?" Tanya Sean sembari menoleh ke belakang.

"Udah ngga apa-apa, Yan. Biar cepet." Kata Jaendra cepat.

Setelah itu Sean menghela nafas, "Ayo Pak, berangkat. "

.

.

.

.

.

Ke empat remaja ini sudah berlarian seperti anak hilang di bandara Soekarno-Hatta, mereka mengikuti setiap kaki Sean melangkah. Sebab Sean yang mengurus keberangkatan mereka menuju Jogja.

"AYO COY, ITU BENTAR LAGI MAU TAKE OFF." Teriak Sean menunjuk salah satu pesawat Lion Air, mereka tidak memusingkan urusan paspor atau apalah itu, karena semua sudah di urusi oleh asisten Sean.

Setelah ke empat remaja itu memasuki kabin pesawat, mereka menempati tempat duduk yang sudah di pesan. Sean duduk dengan Jaendra, dan Javio dengan Renafi.

Renafi menghela nafas, karena merasakan bahwa pesawat sudah Take Off, suara pramugari memberikan pengarahan mulai terdengar.
Lantas Ia menatap Javio.

"Kita ke Jogja bawa buku pelajaran." Ucapnya sembari menyadarkan tubuhnya pada kursi penumpang.

Javio yang memegang handphone nya itu mengangguk. "Cuma 1 jam ini perjalanannya, kita bakal landing di bandara Adi Sutjipto Airport Yogyakarta. Sekarang jam 4 sore, berarti jam 5 an kita sampe." Ucap Javio.

Renafi yang mendengar suara Javio mengudara lantas menurunkan tas yang sedari tadi masih ia gendong. Ia mengambil laptop yang ada di tasnya.

"Bjirlah, di pesawat nggak boleh pake internet. " Kesal Renafi, karena ia lupa untuk meretas handphone milik Saka tadi, mereka terlalu dadakan dan terlampau panik, sehingga Renafi melupakan bagian penting ini.

"Nanti aja kalo udah sampe Jogja, Ren." Ujar Javio sembari memejamkan mata. Ia berniat mengistirahatkan tubuh, ia akan tidur untuk sebentar,  karena tubuhnya sangat lelah.

Renafi yang melihat Javio sudah memejamkan mata, lantas memijat pangkal hidungnya. Tadi sangat cepat dan terburu-buru.

Kemudian Ia mengintip Jaendra dan Saka di kursi penumpang sebelahnya, di lihatnya mereka memakan cemilan, sebelum menuju bandara memang mereka sempat membeli cemilan terlebih dahulu. Jadi tidak beran mereka diam karena sedang makan.

Daripada merasakan pusing di kepalanya terus menerus, Renafi memilih untuk memejamkan mata seperti yang di lakukan oleh Javio.

.

.

.

.

.

"Udah bisa belum Ren?"

"Sabar, masih loading."

Jaendra, Javio, Renafi dan Sean.
Mereka telah sampai di bandara Adi Sutjipto Airport Yogyakarta. Setelah pesawat mereka landing di bandara tersebut, mereka bergegas mencari tempat duduk di dalam bandara. Alasanya adalah Renafi yang berniat meretas handphone milik Saka.

Jari-jemari Renafi masih menari di keyboard, dengan sesekali glitch di laptop dan tulisan yang mereka tidak ketahui muncul di laptop milik Renafi.

Jaendra sedari tadi sudah berceloteh agar Renafi menyelesaikan acara meretas tersebut. Karena ia sudah merasakan lapar, sehingga entah dapat darimana Sean membawakan mereka cup Pop Mie yang sekarang sedang Jaendra santap.

'klik'

"Nah. Gue tau nih Saka di mana sekarang." Katanya sembari menjentikan jari. Pandanganya masih tidak lepas dari laptop miliknya.

Javio yang masih melahap Pop Mie itu lantas menoleh, "Di mana, emang?"

"Di Hotel Lafayette Boutique."

Sean menutup botol minumnya. "Kan bener, di pusat kota. Ayo gas ke sana."

Jaendra terdiam, sembari memasang wajah bingung. "Kita kesana pake apa?"

"Pake kaki!"

Jaendra menatap tajam ke arah Javio, entah kenapa sedari tadi pagi Javio sangat menyebalkan di mata Jaendra karena tidak ada henti-hentinya menistakan dia.

Sean tertawa sejenak. "Tenang aja, itu supir pribadi gue udah ada di depan. " Kata Sean sembari menggendong tas miliknya.

Mendengar ucapan itu Renafi bergegas merapihkan laptop dan memasukannya ke dalam tas.  "Ayo, gue mau beli baju. Kita nggak bawa baju btw." Kata Renafi yang mampu di hadiahi dengusan kesal oleh Jaendra.

.

.

.

.

.

[3]Future; Renjun (✔️) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang