☆★☆
Di ruangan yang gelab laki-laki dengan wajah tertutup karung dan tangan yang di ikat di kursi masih memejamkan matanya. Ruangan itu sangat gelab dan minim udara, mampu membuat siapa saja kegerahan dan cepat kehabisan nafas.
Pintu ruangan terbuka, langsung menyinari laki-laki yang tengah tak sadarkan diri.
Pelaku pembukaan pintu itu berjalan memasuki ruangan, ia memasang wajah puas setelah berhasil mendapatkan mangsanya.
"Kalo kayak gini, kita bisa cepet kuasain kekayaan Mahardika." Ujarnya sembari tertawa.Ia dengan kasar menarik karung yang menutupi wajah remaja laki-laki itu.
Bibirnya masih melengkung lebar.
"Kalo anak ini lenyap 100% kekuasaan akan jatuh ke tangan sa—"Senyuman laki-laki paruh baya itu langsung terhenti kala menatap wajah seseorang yang sangat ia kenali.
"SIAL. KENAPA SI SAMUDRA?!" Teriaknya.Beberapa bawahannya memasuki ruangan. "SAYA MINTA KALIAN BAWA MAHARDIKA, KENAPA MALAH SAMUDRA YANG KALIAN BAWA! BUKANNYA SUDAH SAYA KASIH FOTO WAJAH MEREKA TADI DI CHAT!" Teriaknya sampai urat lehernya menonjol.
Para bawahan itu mengerutkan dahinya. "Tapi Tuan—foto yang Tuan kirim itu. Persis seperti dia." Ujar bawahan bertubuh kurus itu.
Yang di panggil 'Tuan' lantas merampas handphone. "Sial. Saya salah kirim." Laki-laki itu mengacak surainya frustasi. Kemudian ia tersenyum miring. "Setidaknya kekayaan mereka hampir seimbang." Gumamnya pada akhirnya.
Sean mengerjapkan matanya cahaya samar memasuki indera penglihatanya. Matanya menatap samar ke arah siluet yang ada di hadapanya. Ia mengenali siluet orang itu.
"Om?" Ujarnya setelah hampir sadar sepenuhnya.
Mendengar mangsanya telah sadar, orang yang di panggil 'Om' oleh Sean itu menghampirinya.
"Om Andra. Tolongin Sean om!" Teriak Sean dengan wajah memohonya. "Om pasti di suruh ayah kan buat nolongin Sean?"
—Om Andra, dalang penculikan itu hanya tertawa. "Saya? nolongin kamu? Mimpi kamu Se!"
Sean mematung. "Maksud Om?"
Arah pandang Sean masih menatap ke arah Om Andra, benar yang di hadapan Sean adalah omnya, orang yang cukup dekat dengan Sean. Namun kenapa—om nya seperti berbeda kali ini?
"Kamu bodoh atau gimana? saya yang melakukan penculikan ini Se!" Om Andra mendekati Sean.
"Sebenarnya saya ingin Mahardika, sahabat kamu. Tapi sepertinya takdir saya memang harus musnahin kamu. Jadi, ya sudah jalanin saja, kan?" Ujarnya dengan senyuman miring."Gila."
'Drek'
'Drek'
'Drek'
"Tuan! Tempat kita di serang helikopter!"
Om Andra menatap ke arah kaca. Ia melihat helikopter tersebut yang terbang di atasnya. "Satu helikopter, musnahkan saja. "
"Ini lebih dari satu Tuan! ada sangat banyak di langit!"
.
.
.
Jaendra, Javio dan Renafi masih bersembunyi di pohon sembari memantau kondisi kondusif.
Hingga suara riuh di atas mampu membuat siapa saja mematung. "Helikopter!?" Ujar Jaendra sembari menepuk tubuh Renafi. Namun, Renafi sama sekali tidak mengalihkan atensinya dari arah depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[3]Future; Renjun (✔️)
Fantasía[COMPLETED] Renafi mengetahui masa depan! hal itu menjadi sebuah keuntungan, dan sebuah kerugian secara bersamaan bagi Renafi. Karena ia tahu masa depan apakah ia akan menggagalkan rencana atau takdir yang akan terjadi? itu bukan hal yang akan Renaf...