v. ➷Fake Friend & Savior

60 14 0
                                    

[ v ] Teman Palsu & Penyelamat.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

"Woy! anak peramal! anak pembawa sial!"

Renafi baru saja dapat bernafas karena sudah keluar gerbang sekolah, jam sudah menunjukan pukul 14.00 dan itu sudah waktunya untuk pulang. Karena rumah Renafi dengan sekolah tidak begitu jauh, ia memutuskan untuk pulang dengan jalan kaki.

Namun, sialnya teriakan barusan di lontarkan oleh 3 manusia berandal sekolah ini. Renafi menjadi menyesal setengah mati karena bersekolah di sekolah yang tidak bermutu.

Tanpa mendengarkan Renafi melanjutkan langkahnya. Hingga tanganya di cekal oleh salah satu dari berandal itu. Dia kakak kelas, namanya Cakra, salah satu kakak kelas berprestasi di bidang olahraga basket.

Renafi memejamkan matanya, "Kak, permisi, saya mau pulang" Renafi berucap masih dengan nada yang ramah, sembari melepas cekalan Cakra dari tanganya.

Kakak kelas itu lantas memanggil kedua temannya yang lain, dan menarik tangan Renafi kencang, tubuhnya yang kecil sudah jelas akan kalah jika di sandingkan dengan 3 manusia berandal ini.

Di tengah kesengsaraanya di tarik oleh 3 berandal ini, Renafi mendapati atensi Aksa yang menatapnya di seberang sana. Ia tersenyum miring.

Renafi yang melihat itu mendesis. "Teman tapi pengkhianat!"

.

.

.

.

.

'Bruk'

Renafi di lempar di gang kecil dekat jalan raya, ia memegangi tangan dan kakinya yang sakit karena di seret paksa.

Lantas ia menatap ke tiga manusia sampah yang membawanya kesini. Ada Cakra—atlit basket. Ada Rio dan Kevin, manusia berandal si tukang buat ulah. Mereka bertiga adalah Kakak Kelas Renafi semua, padahal Renafi tidak pernah berbuat salah kepada mereka, kenapa Renafi di bawa kesini?

Renafi memincingkan matanya, kenapa Kak Cakra mau berteman dengan berandalan ini? begitu pikirnya.

Renafi berdiri, tubuhnya yang kecil sangat tidak kontras jika di bandingan dengan 3 manusia di hadapanya.

Kevin mendorong Renafi hingga menyentuh dinding rumah  "Lo tau masa depan? Coba lo ramal gue, gimana caranya gue bisa menang judi! "

Renafi membulatkan matanya, kakak kelasnya kenapa gila sekali? mereka masih anak-anak dan sudah berani main judi!

Cakra dan Rio mendekati Renafi. "Cepetan! atau lo bisa mati disini!"

Selain gila, ternyata mereka psikopat.

Renafi tidak ada niat membuka suara, ia mengedarkan pandanganya mencari jalan untuk keluar. Ia benar-benar terjebak.

Renafi tidak mau membuang sia-sia energinya untuk melihat masa depan 3 manusia tidak berguna ini. Ia menoleh ke arah mereka.

"Gue nggak bisa"

Satu pukulan mendarat di pipi mulus Renafi, Ia terhuyung kebelakang hampir menabrak dinding.

"Halah, Lo bohong! lo pembawa sial!. Gara-gara lo, Yera sampe celaka!"

Renafi terdiam ketika mendengar nama perempuan yang pernah menemuinya tempo hari lalu. Si perempuan caper itu, yang datang menghampiri Renafi dengan membawa banyak makanan.

"Yera? itu cuma kebetulan."

"Kebetulan apanya! gara-gara lo juga, dia jauhin gue" Cakra kembali bersuara.

Cakra itu keren dia seorang atlit, kenapa harus mengemis cinta dari perempuan caper itu?

Pukulan kembali di berikan ke arah Renafi, bahkan sekarang hidungnya sudah mengeluarkan darah. Ia tidak bisa melawan, tubuhnya sudah di kunci, karena mereka memukulinya secara berkeroyok!

Pandangan Renafi sudah memburam, matanya memaksa untuk menutup, 3 manusia di hadapanya itu sekarang sedang tertawa dan terus memukuli Renafi hingga ia tak berdaya.

"Woy! kalian ngapain!"

Teriakan anak laki-laki dengan seragam sekolah yang berbeda dari mereka mengalihkan atensinya.

"Wah ada pahlawan nih?" Ucap Rio sembari menghampiri laki-laki itu.

"Pak, lawan dia!"

3 orang berpakaian hitam menghampiri 3 remaja itu, dapat dilihat 3 orang itu adalah pria dewasa, lebih tepatnya mereka pengawal. Dan tentu saja 3 remaja ingusan itu kalah telak. Mereka berlari dan meninggalkan Renafi yang terkapar.

Laki-laki berbeda seragam itu menghampiri Renafi. Ia menarik tangan Renafi untuk duduk.

Renafi yang masih setengah sadar dengan wajah penuh lebam itu tersenyum karena ada yang menolongnya. "Makasih ya. Ee.. " Renafi menggantungkan ucapanya.

"Saka. Nama gue Saka Mahardika. "

"Makasih ya, Saka."

.

.

.

.

.

[3]Future; Renjun (✔️) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang