viii. ➷Worried

59 16 0
                                    

.

.

.

.

.

Pandangan Renafi sedari tadi tidak luput dari handphone miliknya, sebenarnya sejak bel masuk berbunyi ia memutuskan untuk tidur karena tidak ada guru yang mengajar dikelasnya. Namun notifikasi dari aplikasi WathsApp yang masuk ke handphonenya membuat Renafi langsung membuka mata.

Without Saka.

|Sean.
Gue selama jam pelajaran
sama sekali nggak bisa fokus
kepikiran nasib Saka, kalian
mau bantu gue nggak, buat
nyelametin Saka?

|Javio
Gue bantu Yan, gimanapun juga
Saka sahabat kita.

|Jaendra
Gue ada rencana

|Sean
Gimana sama, Renafi?

Renafi|
Gue ikut.

|Sean
Pulang sekolah ke rumah gue, ya.
Tapi nunggu Saka pulang dulu.

|Javio
Oke.

|Jaendra
Ok

Renafi mematikan handphonenya setelah pesan terakhir dari Jaendra masuk ke roomchat tersebut, ia menghela nafas dan menyandarkan tubuhnya ke kursi sambil memijati pangkal hidungnya.

"Ini bakal rumit kelihatanya." Ujar Renafi lirih.

Javio yang masih terfokus dengan handphone mendongakan kepalanya kala merasa meja nya sedikit tergeser akibat pergerakan Renafi.

"Kenapa, Ren. Pusing lu, mau gue bawa ke UKS?" Tanyanya.

Renafi yang mendengar suara cemas dari Javio lantas membalikan tubuhnya menghadap Javio, "Nggak usah Jav, cuma pusing biasa kok" Katanya.

"Pusing mikirin Saka ya?"

Renafi terdiam, ingin mengatakan tidak, tapi memang ia mencemaskan nasib Saka.

Javio yang melihat Renafi terdiam lantas menyimpulkan apa yang dipikirkan Renafi, "Saka itu keras kepala, Ren. Dia nggak akan percaya kalo nggak rasain langsung, " Ujar Javio sembari menarik nafas panjang.

Renafi duduk menghadap ke depan, pandanganya lurus tepat ke arah papan tulis yang kosong. "Iya, gue tau itu. Dan semoga keras kepalanya nggak bikin kita ikut terugikan." Katanya sembari menghela nafas panjang.

.

.

.

.

.

.

.

"Kalian ngapain, sih. Liatin gue kayak gitu?" Saka menurunkan handphonenya yang sedari tadi ia mainkan.

Ke-5 remaja tersebut sekarang tengah berada di kelas duo S. Setelah bel berbunyi 10 menit yang lalu, Javio, Jaendra dan Renafi langsung menuju kelas duo S, karena ajakan Sean di grub siang tadi.

Namun, karena Saka yang tak kunjung pulang, mereka menunggu di dalam kelas duo S. Mereka ber empat—termasuk Sean, sedari tadi menatap Saka yang tengah bermain Mobile Legend di Handphone miliknya.

"Hah? enggak." Renafi yang mendengar pertanyaan dari Saka lantas langsung menyalakan laptopnya, berpura-pura untuk sibuk.

Javio dan Jaendra tanpa pikir panjang mengambil buku di dalam tas, mereka memasang wajah serius, seolah tengah membahas soal olimpiade yang sangat penting.

Pandangan Saka teralihkan kepada Sean yang masih menatapnya.

Sean yang merasa tertangkap basah memperhatikan, langsung mengangkat handphonenya, "Serang-serang woy." Ucap Sean dengan handphone di miringkan seperti sedang bermain game.

Saka menghela nafas, "Kalian mencurigakan tau, atau—"

"—Kalian khawatirin gue, ya? sosweet banget di perhatiin" Saka berucap dengan tangan yang di tempelkan di pipi, sembari memasang wajah lucu.

Javio yang tidak tahan melihat itu langsung melempar buku ke wajah Saka, "Jijik anjir"

"Sakit dodol" Ucap Saka sembari mengusap wajahnya, "Tapi serius deh, kalian nggak usah khawatirin gue. Gue nggak apa-apa, tenang aja"

Renafi menutup laptop dengan gerakan kasar, "Gimana kita mau tenang, padahal kita lihat kematian teman kita sendiri udah di depan mata?" Tanya Renafi dengan tatapan tajam ke arah Saka.

Saka terdiam sejenak, setelah itu ia mengibaskan tanganya, "Udahlah nggak apa-apa." Ujarnya seperti menenangkan.
Namun setelah itu ia memasang wajah serius, "Gue harap kalian jangan ikut campur masalah ini, gue nggak mau kalian nanti kena masalah."

Ke empat temannya di sana lantas menatap tajam ke arah Saka setelah mendengar kata terakhir yang Saka ucapkan, melihat hal itu ia lantas teringat akan urusan yang akan ia selesaikan setelah sampai di rumah.
"Oh iya, gue pamit pulang, Ayo, Yan" Saka menepuk bahu Sean.

Sudah seperti hal lumrah, jika Saka dan Sean akan pulang secara bersama meskipun kendaraan yang mereka tumpangi berbeda.

Sean mendongak menatap Saka, "Aduh, Yan. Gue baru inget mau ada kumpul ekstra hari ini" Katanya dengan menunjukan handphone.

Helaan nafas terdengar dari mulut Saka, "Ya udah, gue duluan ya teman-teman" Lambaian tangan Saka berikan ke arah teman-temannya. Hingga atensi nya sudah tidak di dapati dari luar kelas.

Sean menegakan tubuhnya, "Ayo sekarang ke rumah gue!" Ujar Sean menatap ke empat temannya yang tengah duduk di dalam kelas.

.

.

.

.

.

[3]Future; Renjun (✔️) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang