Langit langit malam bercahayakan sinar bulan. Membuat penduduk kota Paris yang sedang di rundung sebuah bencana besar meyakini bahwa itu tanda hari kiamat akan mendekat. Sinar bulan itu berbeda dari sinar bulan yang pernah kami lihat.
Begitu terang, begitu menyilaukan. Menyiratkan kejayaan mahluk berbahaya itu. Mahluk bersayap lebar dengan tubuh putih yang bersinar keemasan. Mahluk yang sebelumnya di anggap mitos.
Sinar bulan yang terang membuat masyarakat dapat melihat apa yang terjadi di luar. Masih tampak kacau dan para mahluk itu masih berkeliaran. Sinar bulan itu tampak menakutkan, seolah melihatnya adalah cara menampakkan diri pada mahluk berbahaya itu.
Keadaan ini telah terjadi kurang lebih sejak dua minggu yang lalu. Dan malam ini, penduduk kota romantis ini percaya bahwa malam ini adalah puncaknya. Saat bulan penuh dan entah kenapa bersinar seperti itu.
"Claire De Lune."
Aku menghela nafas dan berhenti menatap apa yang terjadi di luar sana. Mungkin inilah saatnya, aku harus pindah ke Los Angeles. Tempat yang lebih aman dari pada Paris.
"Kau tidak akan pergi bukan, ma chérie?"
Aku menatap gelisah kekasihku itu, "Peter," kataku. "Aku tidak tahu."
"Di luar sana terlalu mengerikan."
"Tapi tidak ada waktu untuk menunggu mereka menggeledah setiap rumah, bukan begitu Peter?" aku menaiki tangga hingga kekamarku dan mengambil banyak keperluan yang mungkin dapat berguna. Senjata tajam seperti belati aku selipkan di lengan baju ku, pistol aku selipkan di sepatu bootsku, dan Nunchaku milikku aku selipkan di ikat pinggangku.
"Mungkin kita bisa menunggu beberapa waktu lagi." ia mendesah, "Aku tidak ingin kehilanganmu, Nicole."
Aku berbalik dan menatapnya, "Kau tahu bahwa aku juga merasakan ketakutan yang sama. Karena itu aku ingin kita pergi ketempat yang lebih aman."
"Mati di sini bukan jalan bahagia untuk kita."
"Bisa kau katakan, kenapa kita harus kesana? Los Angeles?"
Aku menggeleng dan berbalik, mengisi koperku dengan barang penting yang mungkin akan di butuhkan, "Kau tahu aku belum siap."
"Aku tidak mengingat apapun, Peter." aku menyentuh kalungku, hanya ini barang berharga yang aku punya, ini petunjuk untukku. Dan satu lagi. Sebuah benda yang melingkari jariku. Sayangnya aku tak mengerti apapun, "Tapi jika kau ingin jawaban, mungkin jawabannya adalah Los Angeles tempat yang aman."
"Kau tahu, ma chérie, tidak ada tempat yang lebih aman selain rumah kita."
"Tentu saja. Tapi itu sebelum mahluk mengerikan menyerang Paris." aku mendesah frustasi, "Entah apa yang mereka cari di kota ini. Dunia masih memiliki banyak tempat yang lebih makmur selain kota yang kita cintai ini."
Aku berbalik dan segera berlari keluar dari kamarku menuju dapur di lantai bawah, makanan juga penting untuk perjalanan beberapa hari kedepan. Kami mungkin harus berkuda kesana atau cara lainnya. Kami tidak bisa menggunakan transportasi umum di saat semua manusia saja ketakutan untuk keluar rumah.
Aku harus mencari ibuku terlebih dahulu, kemarin ia berkata bahwa ia ingin menemui paman Franklin, tapi ia tidak kunjung pulang. Aku mencemaskanya. Selain Peter hanya ibuku, Charles Jane, yang aku punya.
Peter mengejutkanku. Ia berdiri di belakangku ketika aku baru saja ingin meletakkan beberapa makanan di pantry.
"Kau tahu bahwa kebahagiaanmu yang terpenting bagiku."
Aku menatap matanya yang indah itu. Ia terlalu baik padaku. Aku gadis yang beruntung memilikinya dan siapapun tidak akan mau kehilangan Peter jika memiliki kekasih sepertinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRROR: The Cracked Mirror
FantasyII. Chapter Two Hari ulang tahunnya menjadi buruk setelah kotanya, Paris, di serang oleh segerombolan mahluk aneh bersayap. Selama berminggu minggu semua orang diam di rumah dan merasa ketakutan. Ini sudah terlalu lama. Ia harus pergi ke Los Angeles...