Aku sangat bersemangat hari ini. Hingga semalam aku bahkan tak bisa tidur memikirkannya. Ini adalah hari pernikahanku!
Aku melepaskan cincinku, kata Pangeran Lucien, ini adalah cincinnya. Maka aku akan mengembalikannya nanti. Karena aku akan memiliki cincin baru. Cincin pernikahanku.
Tapi bukankah tidak masuk akal dan bukankah amat bodoh jika aku percaya begitu saja bahwa ini adalah cincinnya? Mungkin ia menipuku!
"Tuan Putri, sudah saatnya anda menuju altar. Semua sedang menunggu anda." para pelayan masuk ke kamarku.
Aku mengangguk dan mengikuti mereka.
Kali ini aku kembali ke altar dengan perasaan yang berbeda. Aku lebih siap dan merasa semuanya akan jauh lebih baik. Bahkan aku merasa sangat gugup saat ini.
Aku gugup karena senang dan takut, mungkin?
Pintu aula terbuka dan aku berjalan di iringi para pelayan menuju ke altar, tempat Azriel berdiri menunggu diriku.
Ia sangat tampan hari ini.
Azriel mengulurkan tangannya ketika aku berhenti di hadapannya dan aku menyambutnya agar dapat berdiri sejajar dengan dirinya.
Seperti pernikahan pada umumnya, kami mengucapkan janji suci. Ku pikir pernikahan kami kali ini akan berjalan sesuai rencana.
Aku tidaklah lagi meragukannya. Tapi sebagai manusia, aku tidaklah bisa mempercayai orang yang tidak mempercayaiku.
Kepercayaan memang sebuah pilar untuk membangun hubungan, tapi kami tidak membutuhkan itu. Yang kami butuhkan adalah cara untuk menjaga perasaan masing masing meski dengan kebohongan.
Kerena kenyataan lebih menyakitkan untuk di dengar dari pada sebuah kebohongan untuk kebaikkan.
Ketika semua sedang berjalan, tiba tiba saja penyerangan itu terjadi.
Azriel segera menarikku agar lebih dekat dengannya, "Pakailah cincin ini." ia memasangkan cincin pernikahan kami di jariku.
"Ada apa? Kenapa berisik sekali?"
"Kita sedang di serang, Cara."
Lagi?
"Tapi siapa?" tanyaku. "Aku sangat takut."
"Sudah jelas itu mereka."
Mereka?
"Sebaiknya kau berlari melalui pintu belakang, Kaya akan membantumu. Bersembunyilah."
Aku menatapnya ragu.
"Pergilah, aku tidak akan mati."
Akhirnya aku mengangguk dengan pasrah dan mengikuti perintahnya. Satu hal yang tidak ku mengerti adalah mengapa semuanya terjadi hari ini?
Mengapa mereka harus mengganggu kehidupanku?
Tapi... tapi kenapa harus mereka? Pangeran Aldric kah? Kenapa ia melakukan ini? Ku pikir ia orang yang baik. Ku pikir ia akan melepaskanku begitu saja.
Tapi aku salah, mereka sama jahatnya dengan mahluk mahluk yang menyerang kotaku. Tentu saja, itu memang mereka.
Aku menyesal telah berpikir bisa berteman dengan mereka. Aku menyesal memberitahunya soal pernikahanku. Di sini memang akulah yang bodoh.
"Kaya?" aku memasukki sebuah lorong gelap yang tidak pernah aku masukki. "Dimana kau?"
Mengapa tidak ada satu orang pun di sini?
"Kaya?"
Sebuah cahaya terlihat di tengah kegelapan. Aku segera was was, khawatir jika itu adalah musuhku.
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRROR: The Cracked Mirror
FantasiII. Chapter Two Hari ulang tahunnya menjadi buruk setelah kotanya, Paris, di serang oleh segerombolan mahluk aneh bersayap. Selama berminggu minggu semua orang diam di rumah dan merasa ketakutan. Ini sudah terlalu lama. Ia harus pergi ke Los Angeles...