Ketika aku terbangun di pagi hari, aku segera beranjak keluar dari kamarku. Hari ini rencananya aku akan ke dapur terlebih dahulu untuk memasak sesuatu.
Aku akan membawanya ke Corona Borealis.
Tapi saat aku membuka pintu kamarku, aku melihat Lucien yang sedang berdiri memejamkan matanya seraya bersandar di depan lorong kamarku.
Depan pintu kamarku!
Astaga, apa yang ia pikir ia lakukan? Mengawasiku agar tidak kabur atau pergi ke Corona Borealis??
Tidak akan. Aku akan tetap pergi!
Aku baru berjalan selangkah, rencanaku untuk melewatinya saja tapi tiba tiba ia menarik tanganku hingga aku masuk ke dalam dekapannya. Tapi.. tapi ia masih memejamkan matanya.
Apa ia pura pura tidur??
Ku lihat beberapa pelayan membungkuk lewat di belakangku. Ini sangat memalukan!
"Lucien!" geramku.
Seketika ia langsung membuka matanya dan menatapku tajam. Aku nyaris mati melihatnya. Ku tarik ia segera ke kamarku.
"Apa yang kau lakukan?!" tanyaku jengkel.
"Tidur."
"Bagaimana bisa seseorang tidur seraya berdiri seperti itu?" pekikku kesal dengan jawabannya.
"Tentu saja aku bukan 'seseorang'. Aku ini Vampire."
Aku mengacak rambutku frustasi, "Katakan yang sejujurnya! Apa kau mencoba memata mataiku agar aku tidak keluar dari kamarku?"
"Tidak."
"Bohong! Ka--" ia membekapku seketika.
"Diamlah atau ibuku akan tahu bahwa aku di sini." bisiknya.
Aku mendelik sebal, ia pun melepaskan tangannya dari mulutku dan aku bersiap untuk menanyakan, 'apa urusannya denganku?' saat Lucien tampak sangat pucat.
"Kau kenapa?" tanyaku sedikit khawatir. Jika aku khawatir, itu akan menurunkan harga diriku.
Lucien membuka matanya, "Tidak apa apa."
"Kau mungkin lelah karena berdiri di sana semalaman. Ku rasa kau butuh tidur."
"Aku tidak membutuhkannya, Lily. Sejak kapan Vampire membutuhkan tidur?"
Mataku membulat, "Jadi Vampire tidak butuh tidur?"
"Tidak kecuali mereka mau. Dan untuk beberapa kasus, jika Vampire terluka parah, mereka harus beristirahat di peti mati."
"Peti mati?" aku penasaran. "Kalian memiliki hal seperti itu?"
"Tentu saja. Tapi hanya Vampire lah yang bisa pergi ke tempat itu. Jika tidak, kau mungkin akan lenyap karena ia tidak seperti Heavenly Death Light yang bisa di datangi dengan ilusi. Itu adalah makam. Bukan tempat beristirahat." jelasnya.
"Ah enak sekali." gumamku. "Tapi tetap saja! Aku masih tidak ikhlas menjadi Vampire. Bagaimana jika anakku dan Pangeran Aldric menjadi Vampire yang menyebalkan sepertimu?" aku mendelik tajam padanya.
Lucien menyerinyai, "Maka menikahlah denganku."
•••
Mimpi!
Enak saja, aku tidak akan menikah dengannya! Tidak bisa dibayangkan kehidupanku nanti jika aku menikah dengannya.
Lagi pula ia tidak harus menjagai pintu kamarku layaknya penjaga yang menjaga buronannya. Aku sudah melarangnya melakukan hal itu. Jika besok ia masih di sana, aku akan menelannya hidup hidup!
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRROR: The Cracked Mirror
FantasíaII. Chapter Two Hari ulang tahunnya menjadi buruk setelah kotanya, Paris, di serang oleh segerombolan mahluk aneh bersayap. Selama berminggu minggu semua orang diam di rumah dan merasa ketakutan. Ini sudah terlalu lama. Ia harus pergi ke Los Angeles...