Saat itu tengah malam. Kerajaan menjadi sangat sibuk. Semua orang tampak cemas. Hujan semakin lebat dan angin angin seolah ingin meruntuhkan pilar pilar.
Malam itu menjadi malam tak terlupakan. Karena malam itu Putri mahkota akan di lahirkan.
Anakku.
"Lily, kau tidak apa apa?" tanya Lucien.
Aku tertawa dan mengangguk, "Tenang saja, Lucien. Aku tidak akan mati hanya karena melahirkan anak kita."
Tubuhku memang merasakan sakitnya. Tapi itu tidak seberapa mengingat aku bukanlah Manusia lagi sekarang. Namun coba kau lihat wajah Lucien saat ini, ia sangat cemas.
"Mana ledekkanmu padaku? Biasanya kau tak seperti ini." kali ini aku yang meledeknya seraya menunggu tabib datang. "Kau tahu tidak? Aku merasa Putri kita akan jadi sepertimu. Ia akan sangat menyebalkan."
"Dan keras kepala sepertimu." tambah Lucien.
Aku tersenyum dan menggenggam tangannya, "Tak apa jika kau takut. Aku akan baik baik saja."
"Your Highness, tabib sudah datang."
Lucien mengangguk, "Aku akan menjagamu, kau tenang saja."
Aku menghela nafas melihat Lucien pergi. Tak lama kemudian tabib datang dan mulai membantu persalinanku.
"Your Highness, kau bisa menahannya?" tanyanya.
Aku mengangguk.
Rasanya sangat lama proses persalinanku di lakukan. Itu semua pasti karena anaknya Lucien yang menyebalkan. Ia pasti sama persis seperti ayahnya. Bahkan belum saja lahir, ia sudah membuatku kesal.
Aku tidak kesal karena melahirkannya, aku kesal karena ia sepertinya tak mengambil bagian apapun dari diriku.
Bagaimana bisa??
Sedih sekali.
Setelah berjam jam mendengar intruksi dari tabib, ia masih tidak ingin menunjukkan dirinya.
"Panggilkan saja Lucien kemari." perintahku pada seorang pelayan.
Ia mengangguk dan berjalan keluar untuk mencari Lucien. Aku sangat yakin anak ini pasti punya magnet dengan ayahnya.
Menyebalkan sekali bukan?
"Lily, ada apa?" Lucien masuk dengan tergesa.
Aku menatapnya jengkel, "Coba kau rundingkan dengan anakmu, kenapa ia tidak ingin keluar juga?"
Lucien terkekeh, "Kau marah?"
Aku melotot, "Tidak dan jangan bercanda sekarang!"
Lucien tersenyum geli sebelum akhirnya ia mengelus perutku yang besar itu, "Hai, Putri ayah, kenapa kau tidak ingin keluar juga?" tanyanya. "Kau tahu, ibumu sangatlah cerewet. Ayah mengerti jika kau takut mendengar omelannya."
Lucien!! geramku.
Aku ingin menjambak, menendangnya atau melenyapkannya mendengar ucapannya itu. Enak saja dia berkata seperti itu!
"Tapi seharusnya kau tidak membuatnya menunggu lama. Ia sangat kesakitan, jadi cepatlah keluar dan temui kami." Lucien mengecup perutku.
Di saat bersamaan ku rasakan tendangannya.
"Anak kita pasti akan segera lahir." Lucien mengecup punggung tanganku.
Aku mendengus, "Anak kita? Ku rasa ia hanya anakmu."
"Kau cemburu padaku?" tanya Lucien geli.
"Argh! Terserah kau saja!" aku merutukinya dengan kesal.
Lucien mengelus kepalaku, "Berjuanglah, aku akan menemanimu."
"Kita akan mulai lagi, Your Highness. Kau siap?" tanya tabib itu.
Aku mengangguk.
Dan tak lama, Putriku lahir ke dunia ini. Dia tampak seperti Adelaide. Rambutnya, matanya, semuanya mengingatkanku pada Adelaide.
Jadi sebenarnya ia adalah anakku atau anaknya Adelaide? aku jadi jengkel sendiri.
"Akan kau beri nama apa dia?" tanya Lucien.
"Adelaine." jawabku. "Adelaine Ophelia De Lune Rockefeller."
•••
"Ku dengar kau telah mendapatkan lambang belahan jiwamu, Khasvain." aku duduk di sebelahnya yang sedang memangku Adelaine.
Khasvain mendengus, "Semua orang membicarakannya."
"Dan ku dengar lagi kau sedang merajuk pada Hiken."
"Semua orang mengetahuinya." ketusnya lagi.
"Jadi, kau sendiri kapan menikah?" tanyaku. "Kurasa kau sibuk mengurusi anakku saja. Sampai sampai masa depanmu kau abaikan."
Khasvain memutar bola matanya, "Aku? Menikah? Sejak kapan dua kata itu bisa di satukan?" sarkasnya. "Aku ini masih muda. Aku tidak berpikir untuk berkeluarga hingga rambutku memutih."
Aku memukul kepalanya, "Tapi rambutmu tidak akan memutih, bodoh!"
Khasvain tersenyum dengan tenang, "Nah, kalau begitu kau tahu jawabannya. Aku. Tidak. Akan. Menikah."
Aku menggeleng tak mengerti akan dirinya. Setiap hari ia datang hanya untuk bermain dengan Adelaine, memberinya makan, dan mengurusinya.
Lakukan saja, anggap saja aku bukan ibunya! sarkasku.
Keluarga ini tak akan berubah. Malah menambah satu anggota keluarga lagi, Adelaine yang sikapnya tak jauh berbeda dengan Lucien. Itu sudah di prediksikan oleh Katya.
Ah, Kenapa anakku tidak sepertiku saja? Jika semua keturunanku akan seperti Lucien, maka habislah aku menghadapi sikap mereka yang menyebalkan.
Tapi setidaknya aku bersyukur, aku tak harus menghadapi musuh musuhku lagi. Dan semoga saja, di masa depan, tak ada lagi mahluk yang mencoba menggangguku ataupun keluargaku.
Karena saat itu terjadi, aku tak akan membiarkannya menyentuh mereka setitikpun.
•••
Epilogue has been posted.
310716Thanks buat tiga bulan penuh makna ini #bleh.
Makasih ya buat vomments kalian selama ini. Entah yang fangirl sama Lucien atau yang mengkritik, aku ucapin terima kasih. Karena tanpa saran, kritikkan atau pujian kalian untuk cerita ini, cerita ini gak mungkin sampai ending.
Karena vomments kalian sangat berarti.
Oh ya, kalau ada pertanyaan, bisa langsung kalian tanyain. Aku pasti akan balas dengan senang hati.
Ada satu lagi nih. Kemungkinan akan ada serial ketiga dari Mirror. Ini masih tentang Cara dan Lucien. Bedanya sekarang akan ada anak anaknya mereka.
Terserah kalian mau baca atau enggak. Karena aku gak bisa maksa. Yang terpenting bagi seorang penulis adalah menyalurkan imajinasinya. Dan juga bagaimana caranya menyenangkan hati si pembaca.
Jadi apa aku boleh minta pendapat kalian soal ini?
an: kemungkinan kalau jadi, sequel terakhirnya akan di buat setelah Vampire Hunters selesai.
The Cracked Mirror is completed.
Merci!
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRROR: The Cracked Mirror
ФэнтезиII. Chapter Two Hari ulang tahunnya menjadi buruk setelah kotanya, Paris, di serang oleh segerombolan mahluk aneh bersayap. Selama berminggu minggu semua orang diam di rumah dan merasa ketakutan. Ini sudah terlalu lama. Ia harus pergi ke Los Angeles...