Setelah berhari hari Azriel selalu menghilang di pagi hari, kali ini berbeda. Ia tetap berada di sampingku bahkan hingga matahari mulai terang.
Kami sarapan bersama dan tampaknya hari ini ia tidak berniat pergi kemanapun.
"Kau tidak punya pekerjaan yang harus kau selesaikan, Pangeran?" tanyaku.
"Kenapa? Kau ingin aku pergi?" ia menaikkan sebelah alisnya.
"Ah, tidak. Aku hanya bertanya. Aku senang kau di sini." aku nyaris tak bisa berkata.
Ia tersenyum, "Apa yang ingin kau lakukan hari ini? Kita bisa lakukan semuanya."
"Benarkah?"
"Hmm."
"Ah, aku ingin kemana ya??" tanyaku sendiri. "Aku ingin pergi ke tempat yang menarik. Aku tidak begitu mengenal tempat ini, tapi ku rasa kau bisa mengenalkannya padaku. Bukankah begitu, Pangeran?"
"Tentu saja."
Kami diam beberapa saat untuk menikmati sarapan pagi. Hingga Azriel kembali berbicara dan membuatku nyaris mengeluarkan seluruh sarapanku pagi ini.
"Tentang upacara pernikahan kita, aku sudah memikirkannya, bagaimana jika di lakukan sesegera mungkin?"
"Hah?"
"Kau tidak suka, Cara?"
"Bu... bukan itu maksudku. Aku hanya terkejut. Ini benar benar mengejutkanku." kataku. "Aku pikir, kita bisa mempertimbangkannya dulu Pangeran. Agar kita tidak tergesa gesa."
Azriel menaikkan sebelah alisnya "Kenapa? Kenapa sekarang kau mulai ragu?"
Aku harus katakan apa? Bahwa aku sedikit terpesona pada Pangeran Aldric? Musuhnya sendiri?
Ah, kenapa aku tampak seperti tukang selingkuh?
"Aku tidak meragukanmu, Pangeran. Aku hanya tidak ingin kita terburu buru. Aku ingin menikmati semua proses yang akan kita lakukan untuk pernikahan kita. Bukan hanya menerima hasil yang mungkin saja tidak akan ku sukai." alasanku.
Azriel menatapku beberapa saat, "Baiklah, kita akan urus semuanya dengan caramu."
Kali ini, aku selamat dari rencana pernikahan yang terburu buru tapi selanjutnya? Aku pasti harus menghadapinya.
Lagi pula Azriel benar. Jika dulu saja aku tidak seragu ini, kenapa sekarang aku menjadi sangat meragukannya?
•••
"Cara, sepertinya aku harus pergi sekarang."
"Lagi?" tanyaku.
Azriel mengangguk, "Ya. Aku akan kembali lebih awal. Hari ini kau akan bertemu dengan ibuku, jadi persiapkan dirimu."
Aku merenyit, "Ibumu?" tanyaku. "Apa ia bernama Cla.. siapa itu?"
"Bukan. Ia adalah Ratu Matheelda Perseus. Kau akan mengetahuinya jika kau telah bertemu dengannya."
"Ah, baiklah."
Ratu Matheelda Perseus. Aku bahkan baru menyadari bahwa ia tidak pernah berada di sini.
Ia bergegas untuk pergi dan aku hanya mengikutinya karena merasakan sesuatu yang mengganjal. Aku ingin bertanya tapi aku ragu.
Bagaimana jika Azriel tahu bahwa aku membuka file rahasianya?
"Ada apa, Cara? Mengapa kau mengikutiku?"
"I... itu... itu sebenarnya aku ingin bertanya." kataku ragu. "Apa... apa kau mengenal Clarence?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRROR: The Cracked Mirror
FantasyII. Chapter Two Hari ulang tahunnya menjadi buruk setelah kotanya, Paris, di serang oleh segerombolan mahluk aneh bersayap. Selama berminggu minggu semua orang diam di rumah dan merasa ketakutan. Ini sudah terlalu lama. Ia harus pergi ke Los Angeles...