Sesaat setelah aku melihat semua ini, mereka pun langsung mengepungku begitu saja.
Aku memegang erat pedangku karena rasa takutku, aku juga was was pada serangan yang mereka layangkan untukku. Tapi entah mengapa, seolah bukan tubuh ini yang bekerja. Tapi orang lain.
Aku bisa menangkis tiap serangan dan menghabisi mereka semua seolah aku ini telah terlatih.
Gerakkan ini ringan tapi mematikan. Ku dengar alunan harpa yang terasa dekat. Namun tidak ada orang gila yang akan memainkan harpa di saat perang seperti ini kan?
Tapi sejak harpa itu di petik, aku merasa seolah seseorang berdiri di belakangku dan membantuku.
Tidak penting siapa itu, aku hanya berterima kasih jika ia tulus membantuku.
"My Lady di belakangmu!" seorang gadis melompat dengan tinggi di atasku dan menerjang mahluk buatan itu. "Harusnya kau tidak lepaskan pandanganmu." sindirnya.
Ia Khasvain, "Baiklah, kali ini aku yang akan membantumu." ia menyeringai. "Dasar pamanku itu memang bodoh. Mereka belumlah sempurna tapi sudah di sebarkan seenaknya."
Lalu ia menatapku sinis, "Kau juga bodoh. Tiba tiba akan menikah begitu saja."
"Aku tidak ingin berdebat denganmu, anak kecil. Tapi kau tahu apa?"
"Jauh lebih banyak darimu." ia mendengus lalu menghajar seluruh mahluk buatan di sekitar kami.
"Ini tidak akan berakhir begitu saja. Mungkin mereka akan habis sebelum para Nephilim itu mati." gerutunya. "Sebaiknya kau pergi saja, akan ku buat portal untukmu."
"Apa?"
Tiba tiba saja ada asap hitam yang menyelubungiku.
"Apa ini?!"
"Diamlah. Aku harus berkonsentrasi." ketusnya.
Saat ku rasakan selubung asap itu akan menyelimutiku penuh, Khasvain di serang. Ada anak panah yang menuju kearahnya, ia bergerak cepat namun anak panah itu masih mengenai pundaknya.
"Lady Cara!" ia menoleh dan aku tidak lagi dapat melihatnya.
•••
Aku terbatuk batuk ketika aku sampai di tempat aneh lainnya. Setidaknya portal miliknya tidak membuatku mual.
Aku berbalik dan melihat para mahluk itu juga ada di sini. Bersama mahluk lainnya yang merupakan musuhku.
Ah sial.
Segera ku ambil belati -entah milik siapa- di bawahku, lalu berjalan mundur dan segera berlari. Aku takut mereka menyadari kehadiranku dan menyerangku. Tidak akan jauh berbeda jika aku berada bersama Khasvain tadi.
Setidaknya aku punya senjata karena pedang itu telah patah saat menyerang bersama Khasvain.
Mataku membulat ketika ku lihat Pangeran Lucien di sana. Nyaris saja aku menabraknya jika aku tidak berhenti berlari.
"Lily?" ia menatapku.
Aku mengatur nafasku dan melihat ada Azriel di sini.
Rupanya ia sedang melawan Azriel di sini. Apa yang harus ku lakukan? Apa aku harus menyerangnya?
Ku lihat Azriel dan tiba tiba saja Azriel berlari ke arahku. Apa ia juga akan menyerangku?
Lucien segera bergerak melindungiku, ia berlari ke arah Azriel namun pukulan Azriel membuatnya terlempar di hadapanku. Namun Lucien sangatlah kuat. Ia masih berdiri di hadapanku.
"Kau baik baik saja?" tanyanya.
Aku... aku takut.
Apa yang harus aku lakukan? Membunuhnya seperti mimpiku atau... membiarkannya hidup agar aku bisa merubah takdirku?
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRROR: The Cracked Mirror
FantasyII. Chapter Two Hari ulang tahunnya menjadi buruk setelah kotanya, Paris, di serang oleh segerombolan mahluk aneh bersayap. Selama berminggu minggu semua orang diam di rumah dan merasa ketakutan. Ini sudah terlalu lama. Ia harus pergi ke Los Angeles...