Ketika Mirror itu menusukku, seluruh ingatanku menjadi sangat jelas. Semuanya kembali.
Aku.. aku sudah ingat semuanya.
Adelaide...
Aku tak bisa menahan air mataku. Apa yang ia lakukan? Kenapa ia harus menghilang seperti itu?
Lalu Lucien... aku... aku terlalu banyak melukainya dan aku nyaris membunuhnya juga! Setidaknya Pangeran Aldric tidak di sekitarku, kalau tidak, coba bayangkan hal bodoh apa yang dapat aku lakukan??
Azriel.
Ku hapus air mataku. Aku harus menyelesaikan semua ini. Ku rasakan kekuatanku yang melemah. Tidak seperti saat aku bersama Angel Mirror sebelumnya.
Apa sekarang kekuatanku menghilang karena Angel Mirror telah hancur?
Aku tidak tahu dan mungkin hanya Adelaide yang tahu itu. Tapi sekarang aku akan kembali. Aku akan menyelesaikan semua dendam ini. Ratu Matheelda sudah tiada. Tidak bisakah ia kembali dengan tenang? Ia tidak lagi memiliki beban di pundaknya.
Tapi jika aku yang mereka inginkan, ia bisa bawa aku dan tinggalkan semua hal yang ada di sini.
•••
Sesampai aku kembali ke Corona Borealis, semua tampak sangat sepi. Aku berjalan kaki agar sampai ke sana karena aku tidak bisa terbang. Entah kenapa sayapku tidak ingin keluar.
Apa aku telah kehilangan kekuatanku bersama Angel Mirror yang telah hancur?
"Tuan Putri, anda kembali!" seorang pelayan menghampiriku dan pelayan lainnya memberi kabar bahwa aku telah kembali.
Suasana kerajaan juga tampak muram.
"Ada apa?" tanyaku.
"Ratu... Ratu Matheelda..."
"Apa? Ada apa dengannya?" tanyaku.
Aku tentu tidak bisa katakan bahwa aku telah mengetahuinya atau bahkan akulah yang bersalah. Aku harus meminta maaf pada Azriel atas hal ini. Ini salahku, bukan salah yang lainnya.
Maka jika ia ingin balaskan dendamnya, balaskan saja padaku. Jangan yang lainnya.
"Aku akan temui Pangeran." aku segera berjalan ke dalam istana dan mencarinya di dalam kamar.
Aku mengetuk pintu kamarnya, "Azriel? Boleh aku masuk?" ku buka pintu itu sebelum ia mengatakan apapun.
Ia duduk di ranjangnya dan menatapku ketika aku masuk. Aku berjalan mendekatinya dan duduk di sebelahnya. Ku peluk ia, "Maafkan aku." bisikku.
"Maaf karena membuatmu merasakan ini semua."
Azriel menoleh, "Tidak. Akulah yang harusnya meminta maaf karena melibatkanmu."
Ku hapus air matanya, "Jangan menangis. Ku mohon." aku merasakan air mata menggenangi mataku.
Azriel menundukkan kepalanya dan menangis, aku pun ikut menangis bersamanya. Ku rasakan bagaimana perihnya kehilangan seorang ibu.
Dan selama satu jam, kami hanya menangisi takdir yang membuat hidup kami semenyedihkan ini.
•••
Ketika malam tiba, aku keluar dari kerajaan. Aku ingin melihat keadaan yang lainnya. Apa mereka baik baik saja?
Tapi tentu saja mereka tidak akan baik baik saja.
Aku mendatangi Corona Australis dan melihat keadaan di sana tidak jauh berbeda. Sepi dan terasa menyakitkan. Aku mengintip dari pilar untuk melihat suasana duka di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRROR: The Cracked Mirror
FantasyII. Chapter Two Hari ulang tahunnya menjadi buruk setelah kotanya, Paris, di serang oleh segerombolan mahluk aneh bersayap. Selama berminggu minggu semua orang diam di rumah dan merasa ketakutan. Ini sudah terlalu lama. Ia harus pergi ke Los Angeles...