Mendapat simbol itu, aku segera bergegas ke Corona Borealis. Aku ingin tahu apa Pangeran Aldric mendapat hal yang serupa?
"Lily, kau mau kemana?" tanya Lucien.
"Menemui Pangeran Aldric." aku mendengus. "Jangan melarangku, aku tidak akan menurut padamu."
Lucien menaikkan sebelah alisnya, "Kenapa kau marah padaku?"
"Menurutmu?"
Lucien menyeringai, "Menurutku karena kau mungkin saja patah hati."
Aku memejamkan mataku, "Aku tidak ingin mendengar perkataanmu. Jika kau hanya ingin membuatku kesal, maka kau selalu berhasil. Jadi jangan ganggu aku."
Aku langsung melangkah pergi sebelum Lucien mengatakan hal hal yang semakin membuat emosiku memuncak.
Sedikit lama di perjalanan tapi untungnya aku menggunakan kereta jadi tidak memakan waktu setengah hari untuk sampai ke sana. Aneh sekali karena aku tidak bisa menggunakan sayap sayapku.
Ketika aku sampai, para pengawal itu menyambutku dengan baik.
Pangeran Aldric pun terkejut, "Kau datang, My Lady?"
"Tentu saja Pangeran. Aku sangat merindukanmu, kau tahu beberapa hari ini sangat tidak terduga." ceritaku yang nyaris melupakan semuanya. "Ibuku kembali, sehingga aku tidak kemari. Maafkan aku."
"Kenapa kau meminta maaf? Bukan hakku melarangmu menghabiskan waktu bersama ibumu bukan?"
Aku tersenyum lebar dan menariknya, "Pangeran, bagaimana jika kita berbicara di padang bunga Tulip? Aku ingin sekali menceritakan sesuatu padamu."
Pangeran Aldric tertawa, "Kau ini kenapa, Cara? Tampaknya kau sangat senang."
"Tentu saja. Ayo!"
Aku mengajaknya seolah aku lah pemilik kerajaan ini. Biarkan saja, untuk kali ini, aku ingin menjadi pemilik dunia agar bisa bersamanya berdua saja.
"Jadi ada apa Tuan Putri?" candanya.
Aku tersenyum lebar lalu menggenggam tangan Pangeran Aldric. Saat itulah senyumku memudar.
"Pangeran?" tanyaku. "Apa ini?"
"Ini.." ia terpaku sejenak. "Aku telah memilikinya, My Lady."
Aku terdiam, "Lambang kita berbeda, Pangeran." kataku. "Aku juga memilikinya. Di kiri atas punggungku. Dan itu artinya kita.. kita tidak..."
"My Lady.." Pangeran Aldric memanggilku. "Tenanglah, tidak apa jika kita tidak bersama. Takdir telah menentukannya dan itu pasti adalah yang terbaik."
Aku menutup bibirku, "Tapi... tapi siapa?"
"Varsha."
"Linette?" ulangku tak percaya.
Pangeran Aldric tersenyum, "Kau tidak perlu terkejut, My Lady. Mari kita akhiri semuanya dengan baik."
Aku menggeleng, "Maafkan aku, Pangeran." bisikku.
"Kenapa kau meminta maaf?" tanyanya.
"Aku meminta maaf karena takdir begitu kejam pada kita. Aku sangat mencintaimu Pangeran."
"Dan kau juga tahu, aku juga mencintaimu." Pangeran Aldric memelukku, "Perlahan, kita pasti menerima takdir kita."
Lalu aku mulai berpikir di dalam pelukannya. Dengan siapakah aku berpasangan?
"Menurutku karena kau mungkin saja patah hati."
Lucien. Ia pasti tahu soal simbol ini dari ibuku dan jika ia berkata begitu, berarti...
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRROR: The Cracked Mirror
FantasiII. Chapter Two Hari ulang tahunnya menjadi buruk setelah kotanya, Paris, di serang oleh segerombolan mahluk aneh bersayap. Selama berminggu minggu semua orang diam di rumah dan merasa ketakutan. Ini sudah terlalu lama. Ia harus pergi ke Los Angeles...