"Kau harus membantunya, Az! Aku yakin itu ibuku!" mohonku padanya.
Azriel tampak enggan, "Aku tidak bisa, Cara. Tidak saat ini, tapi aku janji bahwa aku akan menyelamatkannya. Apa kau percaya padaku?"
"Az!"
"Apa kau percaya padaku?"
"Tapi--"
"Cara, apa kau percaya padaku?"
"Ya." aku menyerah. "Aku percaya padamu."
Tidak. Aku tidak.
"Ayo kita pulang."
Aku mengangguk. Jika Azriel tidak bisa menyelamatkan Jane atau meyakinkanku bahwa ia akan menyelamatkannya, maka satu satunya cara adalah menemui mereka.
Atau tidak.
Aku pasti bisa melakukannya sendiri.
Jika kehadiranku disini begitu di butuhkan, maka coba tebak apa yang bisa aku lakukan?
•••
Aku berjalan mondar mandir di kamarku. Aku takut, bagaimana caraku mengatakan hal ini pada Azriel?
Atau sebaiknya... aku tidak perlu mengatakannya?
Tapi jika aku tertangkap, itu akan jadi masalah buatku. Maka dari itu, aku tidak boleh tertangkap dan hal itu bisa terjadi jika seseorang membantuku.
Tapi siapa?
Kaya?
Aku rasa tidak mungkin. Aku tidak ingin mengganggunya.
Tapi suara suara ini mengangguku. Seolah Jane memanggilku entah dari mana dan aku mulai ketakutan.
Lalu entah bagaimana, suara suara ini mulai jelas. Ia memintaku datang.
Aku mengintip keluar jendela, aku tidak akan bisa melompat dan mendarat dengan selamat. Aku yakin itu.
Tapi jika aku tidak melakukannya, maka Jane tidak akan selamat. Jika aku melewati pintu keluar, maka aku yang tidak akan selamat.
Bagus, apa yang akan kau pilih Nicole?
"Baiklah, baiklah. Kau bisa, Nicole. Kau bisa." aku memanjat perlahan ke atas jendela seraya menutup mataku.
"Kau tidak akan mati hanya karena melompat kan?" tanyaku pada diriku sendiri.
"Satu, dua, tiga!" aku menahan jeritanku seraya menutup mataku.
Aku benar benar melompat!
Apa kau sudah gila, Nicole?!
Tapi... tapi kenapa aku tidak jatuh ke tanah?
Perlahan aku membuka mataku dan.. aku... aku terbang!
"Oh my God! Bagaimana.. bagaimana ini bisa terjadi?" jantungku berdebar tidak karuan.
Tapi aku tidak dapat diam hanya untuk menenangkan diri. Jane membutuhkanku!
Aku mengepakkan tanganku serupa dengan kepakkan sayap, mengikuti kemana suaranya membawaku. Suara Jane. Apa ia ada di sini atau itu hanya ilusiku, aku akan mengetahuinya.
Ketika aku merasa mulai jauh, keheningan dan kegelapan malam mulai menakutiku. Sebelumnya aku tidak pernah keluar semalam ini. Apalagi sendirian.
Aku mulai takut ada sesuatu..
Lalu aku melihat setitik cahaya. Saat aku mencoba melihatnya lebih jelas, sebuah panah tertuju padaku. Aku, dengan refleks yang hebat, menghindarinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRROR: The Cracked Mirror
خيال (فانتازيا)II. Chapter Two Hari ulang tahunnya menjadi buruk setelah kotanya, Paris, di serang oleh segerombolan mahluk aneh bersayap. Selama berminggu minggu semua orang diam di rumah dan merasa ketakutan. Ini sudah terlalu lama. Ia harus pergi ke Los Angeles...