Wildan seorang yang anti sosial atau lebih halusnya sulit bersosialisasi, tiba-tiba bertemu dengan Nina, seorang gadis ceria ekstrovert.
Tak bisa menghindar, Wildan lambat laun terbiasa dengan kehadiran Nina dan segala ocehannya.
Kebiasaan itu mem...
Marlan berdiri di depan rumah Nina saat gadis itu berjalan dari arah rumah Wildan. Sebelah alis Marlan naik, mempertanyakan apa yang gadis itu lakukan pagi-pagi di rumah Wildan?
"Lan, kok diem disitu?" suara Nina menyapa saat gadis itu mulai berjalan mendekatinya, dari tatapan Nina terlihat gadis itu sudah tak menghindari Marlan.
"Gua mencet bel gak ada yang buka, lu dari rumah Wildan?" tanya Marlan
Kepala Nina mengangguk "Iya, sarapan. Bunda sama Ayah kan pergi Lan. Mau ketemu gua?"
"Mau ajak makan"
"Yah .. gua udah makan" Nina menggembungkan pipi seraya kedua tangannya memegang perut
"Temenin gua cari sarapan yuk?" ajak Marlan
"Emang Mama gak masak?"
Marlan menggeleng "Yuk" ia sedikit memaksa. Mengetahui Nina makan berdua dengan Wildan membuat Marlan agak kesal.
"Oke oke, wait. Gua ambil jaket dulu" Nina berjalan ke arah pintu, namun dengan cepat Marlan meraih lengan Nina membuat gadis itu berhenti
Melepaskan tangan Nina, Marlan kemudian membuka jaket yang ia gunakan "pake ini aja" ucapnya seraya mengulurkan jaket miliknya.
"Udah kelaperan banget lu ya?" Nina meraih jaket Marlan kemudian menggunakannya cepat
"Iya, yuk ke depan aja" Marlan merangkul Nina, berusaha bersikap biasa saja
Untungnya Nina tak menghindar, gadis itu memasrahkan tubuhnya dan mereka berdua pun berjalan bersama ke luar perumahan.
Mereka menghampiri salah satu warung nasi uduk yang terletak tak jauh dari perumahan mereka. Tentu saja hanya Marlan yang memesan makan dan Nina hanya duduk disamping Marlan.
"Kenapa tadi gak gua tawarin lu makan di rumah Wildan aja ya Lan? dia masak lumayan tuh, masih sisa lah buat lu doang mah" ucap Nina
"Gua pengen nasi uduk" jawab Marlan, tentu saja bohong. Ia hanya ingin makan bersama Nina setelah beberapa hari gadis itu menghindarinya.
Kepala Nina terlihat mengangguk mengerti
Beberapa saat berlalu, Marlan makan dalam diam, Nina hanya duduk sambil melihat-lihat sekitar, tak mengatakan apapun.
"Kok lu bisa ke rumah Wildan? makan disana berdua doang? Dulu lu bilang lu susah ngobrol sama dia" tanya Marlan akhirnya setelah tak ada nasi tersisa di piringnya
"Gua laper banget, dia nawarin jadi gua iyain aja. Enak juga masakannya" jawab Nina tanpa melihat ke arah Marlan
"Lu jadi lebih deket sama dia ya Nin?"
Kali ini Nina menoleh, "Dari awal gua kenal? ya iya. He's good enough dan gak se-boring yang gua pikir ternyata"
"better than me?" pertanyaan spontan Marlan membuat kerutan di kening Nina
Marlan buru-buru menggeleng "Gak usah di jawab, gua asal doang" ucapnya kemudian beranjak dan membayar makanannya
Hal yang paling Marlan takutkan sepertinya benar-benar terjadi, Nina tertarik pada Wildan.
***novurieen***
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.