Rakha mengantarkan gadisnya itu sampai diluar rumah. Karena tidak memungkinkan olehnya untuk ikut masuk kedalam dengan keadaan basah basah seperti ini.
"Kamu cepetan mandi, makan, trus minum obat biar ga sakit" cicit Rakha
"Iya iyaaa, yaampunn khaa. Yaudah sana cepetan pulang, nanti kamu masuk angin lagi kha. Sama kayak kamu tadi pesannya. Jangan lupa mandi, makan, dan paling penting jangan lupa minum obat. Oh ya " Mala menggantung kalimatnya dan mengeluarkan tatapan sinisnya.
"JA-NGAN BE-GA-DANG!!" beonya dengan penakanan disetiap katanya.
"Iya, pasti itu Mala. Aku duluan dahh"
"Nanti kalau udah nyampe chating" teriak Mala dari dalam gerbang. Rakha mengacungkan jempolnya dan melaju dari sana.
Mala memasuki rumah, hal itu disambut dengan Dela yang sudah bersedekap dada disofa sambil berdiri.
"Oh jadi sekarang pandai ya, pulang sama cowok, hujan hujanan. Mau jadi apa kamu ha??" Ucap Dela
"Kan aku udah minta izin sama papa dan boleh boleh aja" balas Mala
"Papamu yang ngebolehin, mama kamu?? Heyy saya juga orang tua kamu. Jadi saya berhak dong ngelarang larang kamu"
Mala bosan mendengar puisi yang dibacakan oleh Dela, diaa menguap menahan kantuknya "udah ma?? Aku mau ganti baju ini, dingin. Tapi disini malah panas ya??"
Mala berlalu dari sana, bukan karena dia anak yang durhaka ataupun semacamnya. Hal itu sering terjadi dan membuatnya muak berada dirumah.
Terkecuali ketika terdapat Ardi didalam rumah. Sontak rumah pun langsung menjadi tentram, sentosa, aman dan damai dari ocehan maut Dela.
"Kurang ajar kamu ya" pekik Dela, Mala menaiki tangga dan masuk kedalam kamarnya. Dia mandi, dan makan di sofa.
Kha☆
Mala, aku udah sampe ya. Kamu udah mandi, makan, minum obat kan??
Bagus dehh
Tinggal minum obat ajahh
Oke baguss👍🏻
Yayaya
Seperti bapack bapack stikernya, pikir gadis itu. Dia bangun dari kasur nan empuk miliknya. Dia menatap jendela.
Jika biasanya ia berada dibalkon, sekarang dia hanya bisa menatap langit malam di jendela, walaupun tidak memuaskan.
"Hmmm, bahkan langit malam saja bisa tak melihatkan perubahan warna yang dia alami." Monolognya
Dia menghembuskan napasnya kasar "betul yang mama bilang, hh. Rakha orangnya baik, baik banget malahan." Ucapnya
Praanggg
Bunyi pecahan kaca dari lantai bawah terdengar sangat nyaring. Gadis itu sedikit terlonjak.
"Bunyi apa tu" Mala menyusuri kamarnya dan keluar dari sana.
Dia menatap Aura tengah menjatuhkan guci kesayangan Citra yang telah pecah tak berbentuk.
Dia segera mendekati kepingan guci itu "Ra, lo apain??" Mala berjongkok dan mengumpulkan pecahan guci itu.
"E-engga gue apa apain njir" balasnya mendekatkan pecahan itu kearah Mala secara perlahan.
"Masak jatuh sendiri, lo apain Aura?? Ini kesayangan nyokap gue" balasnya menatap gadis itu sengit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Rakha
Teen FictionGadis yang menyukai semua tentang langit, gadis yang memiliki berjuta juta sayatan luka di dalam hatinya semenjak kehilangan sosok mama didalam dirinya, gadis yang baik dan dia tidak pernah mau ditindas kecuali ketika ia sedang lelah dan di titik it...