Lelah, mungkin satu kata itu bisa mendeskripsikan keadaan Herly karena hari ini pesanan pelanggan benar-benar banyak. Dia ingin istirahat sejenak sambil duduk selonjoran. Cowok itu membuka ponselnya dan dipenuhi oleh spam chat dari 2 orang penting dalam hidupnya, yaitu Kak Ahza dan Launa. Terlebih dahulu dia membaca pesan dari Launa.
Launa:
Bisa temenin gue gak? Gue gak tau mau minta tolong ke siapa, tapi lo masih gak ada waktu buat gue ya?Membaca pesan itu sebenarnya Herly merasa gemas sekaligus kasihan. Bagaimanapun dia masih ada rasa peduli kepada gadis itu.
Herli:
Kenapa coba? Sini ceritaSetelah membalas pesan dari Launa, sekarang gantian cowok itu menggulir pesan dari Kak Ahza.
Kak Ahza:
Gimana hubunganmu sama Launa, komunikasinya masih lancar kan? Lo kapan pulang sih?Herli sempat tertegun setelah membaca pesan dari kakaknya itu. Ada beberapa hal yang membuat dia merasa heran. Pertama, dia jadi sering spam chat. Kedua, tiba-tiba kakaknya itu bertanya kapan apa pulang.
Herli:
Kak, jangan tanya soal itu dulu kerjaan gue masih numpuk, pusing.Jika ditanya seperti itu, sebenarnya Herli pun merasa sangat rindu dengan semua keluarga di rumah, terutama Launa. Hmpir setengah tahun mereka menjalani hubungan LDR, sikap gadis itu tidak pernah berubah. hanya saja di sini Herly yang terkesan jahat karena sering mengabaikan gadis itu.
Maafin gue Na, gue harap lo masih sabar nungguin sampai gue pulang datengin lo.
Herli juga tidak bisa menampik kalau ada target lain yang ingin dia raih, dan itulah satu-satunya alasan dirinya bersikap demikian. Herli kembali melanjutkan kegiatannya sebelum mengecek lagi apakah ada balasan pesan dari Launa. Herli tahu mungkin selama ini gadis itu sering berpikir negatif tentang dirinya. Namun, sayang dia belum mempunyai waktu untuk menjelaskan semuanya.
"Besok kan kita free, ayo lah pergi ke tempat yang belum pernah kita datengin," ajak Ezhar terdengar memaksa.
"Gak bisa, gue ada misi penting." Tanpa pertimbangan cowok itu langsung menolak ajakan sahabatnya, meskipun dia tahu temannya itu memperlihatkan ekspresi kecewa.
"Misi apa anjir?"
"Turu."
"Gue kira mau ngapain, bangsat."
"Gak tau ya, pesenan hari ini membludak banget, dapet serangan masal gue," Herli menjelaskan apa adanya.
Yang diucapkan Herli memang benar, kegiatannya hari ini benar-benar sibuk. Untuk menghubungi orang terdekat saja dia harus mencuri waktu. Cowok itu memang terlihat tidak peduli atau sangat cuek, tapi yang jelas dalam hatinya tidak ada perasaan untuk mendua. Dia hanya berpikir mengumpulkan uang yang banyak dan terus bekerja.
"Gue denger-denger minggu depan kita bakal pindah cabang ke Medan. Lo udah tahu?"
***
Kenapa coba? sini cerita
Kedua sudut bibir Launa terangkat kala membaca balasan pesan dari Herli, dia terlihat sangat bahagia sekali sampai membuat seseorang yang ada di sebelahnya pun menatap keheranan.
Ternyata Herli masih peduli sama gue ya. Ih, ya haruslah.
"Buset, udah berapa lama ya, gue gak liat senyuman di wajah lo itu. Dari kemarin kelihatannya suram mulu," ledek Sifa seraya terkekeh kecil.
"Akhirnya Herli bales chat gue Fa, gimana gue gak senyum-senyum," ucapnya dengan ekspresi semringah yang masih belum hilang, tapi sepertinya malah Sifa yang merasa kesal.
"Sampe kapan, Na?"
"Apanya?" sahut Launa masih belum mengerti.
"Sampai kapan lo sadar? gue tau selama ini Herli sering banget ngabaikan lo, tapi kenapa lo bodoh banget masih setia nunggu dia?"
"Selama ini gue cuma pengen belajar jadi orang yang tulus," lirihnya. Launa juga sadar kalau dirinya punya banyak pilihan antara pergi atau bertahan. Tetap menggenggam atau melepas.
Melihat dari ekspresi Sifa yang tidak nyaman, Launa lantas mencoba mencari pengalihan pembicaraan.
"Omong-omong lo ke rumah gue bukan tanpa tujuan kan Fa, ada apa?"
Cukup lama gadis itu bergeming, tapi sesaat kemudian Sifa kembali bersuara, niat dia datang ke rumah Launa kan ingin menceritakan tentang satu hal. Kisah cintanya dengan Vyo."Tau gak? Kemarin Vyo tiba-tiba nyamperin gue ke rumah."
Launa merasa sangat excited saat mendengar penjelasan dari Sifa. "Oh, jadi kalian baikan? Syukurlah. Biar ga ada berantem atau salah paham lagi."
Sifa melirik sinis saat menatap temannya itu. "Gak. Lo salah besar, gue malah putusin dia. Lagian buat apa dipertahanin kalau dia aja bisa gampang akrab sama perempuan lain."
"Tapi kan gue inget pas itu lo bilang udah mau tunangan, Fa."
"Batalin lah."
Launa tidak bisa berkata apa-apa lagi, dia tidak habis pikir kenapa bisa sahabatnya itu bisa sangat mudah memutuskan hubungan yang seharusnya dijaga.
"Ada satu hal lagi yang penting buat kita bahas, Na."
"Apa?"
"Seandainya gue yang pergi dari hidup lo gimana?"
Launa semakin tidak mengerti pembicaraan sahabatnya itu mengarah kemana. "Maksud lo?"
"Gue pergi ke luar kota, kita jadi gak bisa bareng-bareng lagi," jelasnya menunjukkan ekspresi serius.
"Selama ini kan kita selalu deketan, kalau salah satu ada yang pergi mungkin bakal punya kesan lain."
"Dikasih izin atau enggak lo bakal tetap pergi. Hmm ... ucapan lo itu cuma bohongan kan, Fa?" tanya Launa memastikan.
"Ya kalau beneran emangnya kenapa?"
"LDR sama doi udah cukup buat hati gue menderita dan berantakan. Please, jangan tambah lagi harus pisah sama sahabat. Nanti gue gak punya tempat untuk curhat lagi." Launa berbicara dengan mata yang berkaca-kaca, sekali mengerjap saja air matanya langsung luruh.
"Kita masih bisa komunikasi lewat chat, Na."
"Gak. Kalau lo udah di luar kota pasti bakal sibuk sama kehidupan lo sendiri."
Launa berharap pertanyaan Sifa barusan hanya pengandaian, karena dia tidak akan sanggup lagi berpisah dengan seseorang yang dia sayang. Sudah cukup Herli yang pergi dan sampai sekarang selalu dinanti kepulangannya.
***
"Jadi beneran Sifa marah ke lo bahkan sampai hari ini belum maafin?" Andi bertanya dengan suara cukup keras karena terkejut.
Sementara Vyo masih menatapnya dengan lirikan sinis, jelas Vyo merasa kesal, karena berawal dari bujukan Andi terjadilah situasi rumit seperti sekarang. Namun, seolah tidak mempunyai rasa bersalah, Andi malah mengajak Sifa untuk pergi ke rumah Karla.
"Gue mau ambil beberapa cetakan foto ke rumah Karla, lo mau ikut gak?" Andi memberikan tawaran kepada temannya itu sebelum pergi.
Vyo menggeleng. "Enggaklah anjir, lo gila aja apa, masih berani ngajak gue ke rumah cewek itu."
Andi tidak bisa menahan tawanya, padahal raut wajah Vyo sudah terlihat sangat kesal. "Siapa tau kan ganti inceran."
"Goblok! Udahlah sana berangkat, gue juga mau ngabisin waktu sendiri biar gak diganggu orang kayak lo."
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Waktunya Untuk Serius [Completed]✓
General Fiction[Revisi setelah tamat] Launa hanya ingin bercerita tentang bagaimana dia menjalani hubungan jarak jauh atau long distance relationship bersama Herli. cowok yang melatih mentalnya dan membuat batinnya teruji. Entah bagaimana akhirnya dan sejauh man...