"Bisa-bisanya lo ngasih tau jalan yang salah ya, Zhar," omel Herli dengan nada ketus.
"Sekali-kali."
"Kalau bensin kita abis gimana? Ih, goblok banget."
***
Hubungan Herli dan Launa mungkin sekarang telah membaik. Komunikasi mereka pun mulai lancar, tapi entah kenapa perasaan launa masih belum bisa sembuh sepenuhnya. Saat sedang berada di kamar dan sendirian Launa sering teringat tentang hal yang membuat hatinya hancur. Perempuan itu juga bingung mencari agar bisa terbebas dari overthinking, terlebih sekarang ini dia sedang bertengkar dengan Sifa.
Ternyata berantem sama sahabat sendiri lebih bikin pikiran gak tenang ketimbang sama pacar.
Tidak ingin berlarut-larut memikirkan hal tidak seharusnya, Launa membuka e-mail melalui laptop. Karena kemarin sempat apply pekerjaan setelah beberapa kali menolak tawaran. Dia sangat beryukur karena lamaran yang dia ajukan ternyata lolos dan bisa mulai bekerja besok hari. Mood-nya berubah semringah dan Launa merasa bersyukur karena dengan memulai pekerjaan baru, dia bisa mengubah hidupnya karena selama ini lebih sering menangisi laki-laki.
Sebagai self reward gadis itu memutuskan pergi ke kafe untuk
me time. Setibanya di sana dia malah justru bertemu dengan Kak Ahza, Launa sedang tidak ingin berbincang dengan Kak Ahza dan cepat-cepat membuang muka. Tapi ternyata Kak Ahza lebih dulu memanggil namanya."Launa," panggil Kak Ahza dengan suara lantang.
Dengan terpaksa dia pun
Kembali menoleh ke arahnya. "Eh Kak Ahza, ke sini dari kapan?" tanya Launa sopan, memberi senyum paling ramah."Belum lama, sih, baru beberapa menit. Kita bisa ngobrol, Na?"
"Bisa, Kak."
"Semenjak Herli ke luar kota kita jarang banget ketemu ya, Na," ucap Kak Ahza dengan nada sedih.
Karena aku gak kuat Kak, setiap ketemu kamu pasti keinget Herli terus.
"He-he iya," sahut Launa sedikit canggung.
"Komunikasi kalian masih lancar, kan?" tanya Kak Ahza lagi.
"Masih, Kak—"
"—Ya walaupun lebih sering aku duluan yang mulai."
Saat sedang mengobrol dengan Kak Ahza begini Launa sering merasa dilema. di satu sisi dia senang karena kakaknya memberi perhatian penuh kepada dirinya, tapi di sisi lain dia juga sedih karena ingin segera bertemu lagi dengan kekasihnya itu.
Setelah mengobrol cukup lama dengan Ahza, Launa bernapas lega karena ternyata Kak Ahza tidak tahu jika Launa sempat menghampiri Herli ke luar kota.***
Belum hilang rasa jengkel karena ulah Ezhar, Herli kembali diselimuti rasa menyesa karena melihat teman-temannya ternyata pergi bersama pasangannya.
"Lo kok ke sini bawa pasangan, sih?" tanya Herli pada Kio dengan nada sinis.
"Sayang banget kalau ke sini gak bawa pacar soalnya tempatnya romantis."
Tiba-tiba Herli terdiam dan memperhatikan sekitar. Tempat yang dia datangi saat ini memang indah, wajar jika banyak orang yang mengajak pacar ke tempat tersebut. Rasa penyesalan Herli semakin bertambah dan dia merasa semuanya terlambat.
Gue terlambat ngajak Launa ke tempat romantis ini karena dia udah pulang. Gue jadi gak sabar pengin cepet temuin Launa lagi.
Bukan hanya Herli yang kesal dengan temannya itu, tapi juga Ezhar. Hanya dia dan Herli yang pergi ke tempat ini tanpa membawa pasangan.
"Kok jadi gak seru sih main ke sini," gumam Herli cukup keras sehingga didengar oleh Ezhar.
"Mending pindah ke tempat lain dan gak usah ngajak mereka," saran Ezhar.
Sebelum meninggalkan tempat itu Herli mengambil beberapa gambar untuk disimpan. Herli tidak termasuk anak sosial media yang gila konten. Semua momen yang dia ambil hanya untuk dinikmati sendiri, dan beberapa di antaranya dia kirim untuk orang tersayang. Tapi kabar buruknya Herli juga jarang ada waktu untuk mengurusi hal-hal itu.
Ezhar dan Herli akhirnya memutuskan untuk pindah ke wisata lain, padahal belum puas ada di tempat itu.
"Makanya lain kali kalo ngajak temen tuh jangan asal," omel Ezhar saat berjalan menuju parkiran. "Niatnya kan kita kumpul bareng temen-temen cowok aja."
"Lo marah-marah gini bilang aja iri kan?"
"Enggak! Kata siapa? Yang ada orang-orang kayak mereka tuh nyebelin. Kalau emang mau pergi sama pacar ya cari waktu sendiri."
Sama seperti yang dirasakan Ezhar, Herli pun sebenarnya satu pemikiran. Dia juga tidak tahu kenapa teman-temannya bisa merusak momen hari ini.***
Hari pertama kerja Launa melakukannya begitu excited karena sebelum itu dia selalu menolak tawaran yang ditujukan padanya. Terlihat sangat bodoh memang karena saat ada orang yang membutuhkan jasanya gadis itu tidak mau menerima, lalu setelahnya malah justru dia yang usaha untuk mendapat pekerjaan itu. Meskipun hanya work from home Launa merasa sangat bersyukur.
Dia membuka roomchat karena berniat untuk menghubungi Herli, memberitahu pada laki-laki itu karena telah mendapat pekerjaan yang dia inginkan. Namun, niatnya ia urungkan karena Launa takut menjadi perempuan yang berisik. Meskipun sebenanya ada banyak sekali hal yang ingin dia sampaikan, Launa berusaha untuk memendam semua. Launa mencari pengalihan dan menghibur diri dengan memposting foto-foto dirinya di instragram. Baru beberapa menit dia memposting foto-foto itu, Launa merasa terkejut karena muncul notifikasi like dan komentar dari orang yang selama ini memenuhi pikirannya, siapa lagi kalau bukan Herli.
Herli:
Ternyata aktif di sini. Coba buka Whatsapp Na.Selama ini Launa selalu fast respons saat mendapat chat dari laki-laki itu. Tapi kali ini dia tidak mau terburu-buru dia hanya membaca pesan tersebut dan kembali pada fokus pada pekerjaannya.
Herli:
Gue mau cerita, kemarin gue niatnya mau pergi jalan-jalan sama temen-temen gue, tapi malah mereka ngajak pacar masing-masing. Gue kan sebel Na, gue juga nyesel kenapa gak sempet pamerin lo ke orang-orang itu.Tidak jadi menyelesaikan pekerjaannya, Launa justru tercengang. Launa juga tidak menyangka jika seorang Herli mengiriminya long text seperti itu. Memangnya ada cowok yang excited cerita kegiatannya? Palingan juga karena dia gabut.
Jari jemari Launa menjadi tidak tahan untuk mengetik balasan chat cowok itu.
Launa:
Tumben banget chat gue panjang kayak gini, lagi gak ada kerjaan ya. Pasti gabut kan?Herli:
Enggak Na, gue emang sengaja chat lo karena pengen cerita.Launa:
Hmm, kalau mau pamerin gue mah cepet pulang dan buktiin ketikan lo ini.Herli:
Bentar lagi juga balik.Launa semakin dibuat melongo membaca chat terakhir, karena demi apa pun dia hanya iseng mengetik seperti itu sebagai gertakan dan mengetes keseriusan cowok itu. Tapi ya sudah lah, tidak seharusnya juga Launa terlalu memikirkan.
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Waktunya Untuk Serius [Completed]✓
Fiction générale[Revisi setelah tamat] Launa hanya ingin bercerita tentang bagaimana dia menjalani hubungan jarak jauh atau long distance relationship bersama Herli. cowok yang melatih mentalnya dan membuat batinnya teruji. Entah bagaimana akhirnya dan sejauh man...