Bab 3

75 27 3
                                    


"Gue lagi stalk sosial media Herli, ternyata gak ada postingan apa pun,'' jawab Launa seraya menghela napas pasrah.

"Ikut gue yuk! main ke bukit," ajak Sifa antusias. Namun, berbeda dengan tanggapan gadis yang ada di hadapannya ini, dia justru terlihat seperti berpikir seribu kali.

"Bentar, kita pergi sama siapa?" tanya Launa penuh selidik.

"Pacar gue Vyo, dia juga ada di depan lagi ngobrol sama ibu lo," jawab Sifa santai.

Sebenarnya Launa sempat ingin mengiyakan ajakan Sifa, tapi dia urungkan karena Vyo juga ikut. Hal tersebut sama saja dia akan merasa sendiri, karena Vyo dan Sifa jelas asik berdua. "Lo nggak kasian sama gue yang LDR ini apa? kalau ngajak pergi tuh berdua aja jangan sama cowok Lo."

"Enggak. Justru niat gue ngajak lo biar terhibur, gak mikirin Herli terus."

"Ntar sampe sana gue tambah kesepian."

Sifa mengembuskan napas kasar. "Sekarang gue tanya sama lo, ya, waktu lo uring-uringan seharian dan udah negatif thinking ke dia. dia ke mana?" tanya Sifa sambil melipat kedua tangannya di dada.

Sekarang Launa malah menyengir. "hehe ... tidur."

"Masih mau overthinking terus?" sindir Sifa Serius.

Launa hanya diam dan segera menyuruh Sifa untuk menghampiri Vyo di depan. "Lo keluar berdua aja sama Vyo, gue gak ikut."

Ekspresi Sifa seketika berubah, walaupun sebenarnya dia tahu kemungkinan Launa untuk ikut pergi dengannya sangat kecil, dia tetap berusaha optimis.

"Ternyata percuma gue udah berusaha bujuk lo, tapi tetap gak mau," ucapnya dalam hati.

"Ya udah deh gue ke depan, tapi gue mau tanya satu hal ke lo, habis ini lo mau ngapain? jangan bilang mau berdiam diri di kamar lagi."

"Gak. Gue mau ke salon, rapihin rambut."

"Ok."

***

Sifa berjalan menghampiri pacarnya yang sedang mengobrol cukup serius bersama Saira. Tanpa menunggu waktu lama dia langsung mengajak Vyo untuk berpamitan pergi.

"Gimana Launa mau ikut gak?" tanya Vyo memastikan.

Sifa hanya menggeleng.

Saira yang mengetahui hal tersebut kemudian bertanya kepada Launa, karena kebetulan gadis itu sedang berjalan ke arah mereka. "kenapa gak ikut sama mereka sayang?"

"Males, Ma, Launa sama aja bakal jadi obat nyamuk kalau pergi sama mereka," jawab Launa logis.

"Terus kamu udah pake baju rapi begini mau ke mana?" tanya Saira lagi.

"Mau pergi keluar, Ma," Jawab Luna pelan.

"Oh ya udah."

Setelah mendapat izin dari Saira, mereka bertiga berjalan menuju parkiran, Sifa masih bertanya sekali lagi untuk memastikan apakah Luna ingin ikut dengannya atau tidak.

''Lo beneran gak mau ikut?"

"Iya ih bawel banget," jawab Launa dengan nada kesal. Dia berjalan lebih cepat mendahului Sifa dan Vyo.

"Sia-sia kan kita kesini," timpal Vyo menunjukkan raut wajah menyesal.

"Siapa suruh."

Launa menaiki motornya sendiri, sementara Vyo dan SIfa segera masuk ke dalam mobil. arah mereka pergi berbeda, sebelum menjalankan mobil Sifa dan Vyo saling bertatapan.

"Kalau kita gak ke sini, dari tadi pasti kita udah sampai sana," ucapnya seolah menyalahkan Sifa.
  
"Ya udah gak papa, berati kita bisa romantis berdua kan?'

Vyo tersenyum ke arah Sifa tapi dalam hatinya dia ngedumel. "KALAU GITU KENAPA TADI SOK-SOKAN NGAJAK DIA?!"

Berbeda dengan Sifa dan Vyo yang masih berdebat hal-hal kecil, Launa mencoba menikmati perjalanan. Meski sebenarnya dia tidak bisa menutupi kesedihan setiap kali mengingat Herli. Launa juga ingin sekali menikmati waktu berdua bersama Herli. Launa juga ingin menumpahkan segala hal yang sedang dia rasakan. laju motornya perlahan menjadi pelan, bukan karena lokasinya yang sudah dekat, melainkan Launa ingin berhenti di pinggir jalan, duduk melamun dan tidak melakukan apa-apa, melihat lalu-lalang orang lewat. Namun hal tersebut tidak mungkin dilakukan karena bisa-bisa orang lain menganggapnya tidak waras.

Haruskah gue mendam rindu lebih lama lagi? sampai kapan?

Launa mempercepat laju motornya, setelah tiba di salon, tanpa sengaja dia bertemu dengan Kak Ahza, kakaknya Herli. Entah Kak Ahza melihat dirinya atau tidak, Launa tetap melanjutkan jalannya.

***

Hari ini Herli off day dan dia memilih menghabiskan waktunya bermalas-malasan sambil scroll media sosial, tapi sesekali dia mengecek room chat miliknya yang ternyata tidak ada pesan dari Launa padahal biasanya gadis itu yang sangat berisik. Meskipun dia sangat rindu dengan Launa, tetap saja dia gengsi untuk menghubungi gadis itu duluan. Alam semesta mungkin merestui hubungan mereka karena saat Herli sedang memikirkan Launa, tiba-tiba ponselnya bergetar tanda pesan masuk.

Kak Ahza:
gue liat Launa ke salon sendirian.

Herli:
Lah, ya biarin. cewek ke salon wajar lah. Terus gue harus ngapain kak?

Meskipun hanya lewat chat, Ahza bisa tahu nada pesan yang Herli kirim. Dia sengaja mengabaikan pesan adiknya itu untuk beberapa saat, sebab netranya kini fokus memperhatikan perempuan yang baru keluar dari ruangan perawatan. Siapa lagi kalau bukan Launa. Ahza sengaja menunggu gadis itu keluar karena kngkn melihat penampilan Launa yang baru dan hanya dalam hitungan detik Ahza berhasil mengambil foto Candid Launa.

Dipikir-pikir gue udah kayak mata-mata aja sih

Ahza kembali fokus pada room chatnya. Dia mengirim balasan pesan untuk Herli, memberitahu tentang rambut baru Launa, setelah itu dia langsung menutup layar ponselnya dan beranjak pergi dari tempatnya sekarang menuju rumahnya.

Sepanjang perjalanan ponsel Ahza terus saja bergetar tapi dia tetap saja mengabaikan dan fokus pada jalan.

Sementara di tempat lain Herli seperti orang yang kebingungan karena chat yang dia kirim belum juga ada balasan dari kakaknya itu. Hal jarang yang dilakukan Herli adalah spam chat, dan sekarang dia seolah menjatuhkan harga dirinya hanya untuk mendapat respons dari kakaknya.

Herli:
Woi kak, sejak kapan Launa ganti model rambut kayak gitu?
gila sih, kalau gini caranya gue pengen cepet pulang. ber-damage banget ih.

***

Launa menarik napas lega ketika sudah rumah, pasalnya termasuk momen yang langka dia berani dan nekat mengubah penampilan. Memangkas rambutnya menjadi pendek serta diberi poni. Dia duduk di atas kasur sembari mengecek ponselnya. Seketika Launa terbelalak kaget saat mengetahui ternyata sudah banyak chat masuk dari Herli.

Herli:
Lo potong rambut? Kok nggak bilang?
Padahal gue lebih suka sama rambut lo yang panjang.
Eh, tapi gapapa deh lo tetep cantik banget di mata gue

Tidak ada ekspresi lain yang Launa tunjukan selain bingung. Namun, dia tetap membalas pesan tersebut. Launa yakin kalau Herli pasti ingin mengetahui alasan di balik dirinya mengubah penampilan.

Herli tau gue potong rambut dari siapa? Gue kan belum ada cerita apa-apa.

Launa:
Tau dari siapa nih gue potong rambut?

To be continued













Waktunya Untuk Serius [Completed]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang