Bab 18

19 3 0
                                    


Launa justru tidak tahu harus merespons Herli seperti apalagi, bahkan rasanya gadis itu tidak ingin lepas dari dekapan Herli. Tapi gue rasa kita bisa kayak gini cuma sebentar

Sempat ada keheningan beberapa menit antara Herli dan Launa, sebelum mereka mencari tempat untuk mengobrol banyak hal. Dari tatapan Herli pada gadis yang saat ini berada di dekatnya dia merasa seperti jatuh cinta kembali pada Launa.

"Gue mau cerita tentang keseharian gue satu tahun yang lalu, tepatnya setelah lo pergi ninggalin gue." Sebelum Launa berbicara lebih banyak lagi, gadis itu menatap Herli untuk memastikan dirinya masih diperhatikan.

"Lanjutin aja ngomongnya Na, gue pasti dengerin," ucap Herli lembut, dia sudah menduga jika Launa pasti akan berbicara panjang lebar.

Semua cerita yang ingin Launa sampaikan mendadak ia urungkan karena takut dianggap berlebihan. Gue selalu kemana-mana sendirian. Nangis cuma karena kangen sama lo, sampai gue gak tau harus cari pengalihan apa lagi biar gak mikirin lo terus. Gue udah kalah waktu sama kerjaan lo, gue gak mau kalah lagi sama cewek lain.

"Gak jadi deh," sahut Launa seraya tersenyum simpul. "Gue kira lo udah jatuh cinta sama perempuan lain."

"Emang boleh?" tanya Herli menggoda. Tidak peduli dengan sorot tatapan tajam kekasihnya itu.

"Lagipula di sini saingan lo cuma kerjaan."

"Tapi gue takut hal itu terjadi dan lo gak akan tau kalau tiap malem gue selalu overthinking mikirin lo."

Herli mencari cara untuk menenangkan hati Launa dan memberitahu bahwa hanya gadis itu satu-satunya orang yang ingin dia jadikan tempat pulang. "Di sini pasti banyak banget ya cewek cantik yang lo temui, sebagai cowok normal pasti lo ada ketertarikan sama mereka."

Herli mengembuskan napas berat, mengarahkan pandangan Launa agar menatap ke arahnya. Seraya tersenyum cowok itu berkata," Jangan khawatir ya! Jangan banyak mikir yang aneh-aneh. Kita baru bisa ngabisin waktu berdua di sini, nikmati momennya."

Gak bisa! Selama lo masih ada di perantauan. Gue bakal terus takut lo tertarik sama cewek lain.

Launa memberikan senyum simpul, karena waktu yang semakin malam Herli menyuruh Launa untuk pulang ke hotel. Sebelum Launa berjalan semakin jauh dia  tidak lupa meminta pada gadis itu untuk mengirimkan alamatnya.

"Besok gue jemput ya! Kita jalan-jalan. Sebagai hadiah karena lo udah rela jauh-jauh nyamperin gue ke sini."
Launa hanya mengangguk pelan. "Iya, nanti gue kirim lewat chat."

***

Sampai di hotel, Launa langsung masuk ke kamar mandi untuk mencuci kaki dan tangan. Setelah itu dia masuk ke dalam kamar. Dalam suasana yang sangat hening, Launa merebahkan tubuhnya dan menatap langit-langit kamar. Ini gue beneran udah ada di kota orang ya, gue udah berhasil nemuin orang yang selama ini gue kangenin. Kira-kira bakal gimana ya endingnya?

Setelah berbulan-bulan Launa tidak bisa tidur nyenyak karena terbangun tengah malam, kali ini dia bisa tidur nyenyak. Gadis itu fokus memainkan handphone-nya untuk mencari tahu ngedate romantis yang dilakukan pasangan setelah LDR. Gadis itu juga menyempatkan untuk mencari informasi tentang fakta dunia kitchen. Karena selama ini Herli berkerja di salah satu restoran sebagai koki.

Cukup lama Launa men-scroll dan membaca dengan detail poin-poin apa saja yang dilakukan atau menjadi tanggung jawab seorang koki. Setelah beberapa menit, Launa tertegun dan baru menyadari ternyata selama ini dia salah karena sudah terlalu overthinking pada kekasihnya itu.
Di tempat lain, sepulangnya Launa ke kosan. Herli asik menyeduh kopi dan mengobrol dengan Ezhar. Dia masih tidak mengira jika Launa bisa senekat itu hanya untuk menemui dirinya.

"Lo emang gak malu sama cewek lo?" tanya Ezhar tiba-tiba, nada bicaranya pelan namun terdengar menyudutkan.

"Malu kenapa?" sahut cowok itu enteng.

"Launa rela nyamperin ke sini padahal kalian beda kota. Harusnya lo merasa bersalah karena dia udah berkorban."

Masih dengan ekspresi santai dan tanpa dosa Herli malah terkekeh. "Itu kemauan dia, gue juga gak pernah nyuruh. Coba aja kalo dia bilang dulu sebelum ke sini juga gue larang."

"Jangan sampe lo sia-siain Launa atau cari cewek lain," ancam Ezhar.

"Emang lo pernah liat gue pergi sama cewek lain selama kerja bareng lo, Zhar?" tanya Herli serius.

Umur gue juga udah gak muda lagi, males mulai hubungan sama orang baru. Target kerja gue di sini aja belum tercapai.

Ezhar hanya berdeham pelan. "Ya udah lah, ngapain juga gue urusin kisah cinta kalian."

Setelah mengatakan hal tersebut, Ezhar masuk ke kamar meninggalkan Herli sendirian yang sedang menghabiskan kopinya. Saat cowok itu sedang sendiri, dia baru merasa kesepian dan tiba-tiba teringat Launa. Gadis itu memang selalu berupaya untuk membuat Herli bahagia, tapi dirinya sendiri jarang sekali melakukan hal yang sebaliknya.

Betapa luar biasanya hati Launa masih mampu mempertahankan hubungan mereka di saat Herli sering mengabaikan atau bahkan tidak ada waktu untuk Launa.

Maafin gue Na

***

Keesokan harinya, aura wajah Launa terlihat begitu semringah karena hari ini Herli berjanji akan mengajaknya untuk jalan-jalan. Jam masih menunjukkan pukul 7 tapi gadis itu sudah berpenampilan menarik dan terlihat sangat cantik. Akhirnya hidup gue ada genre romance-nya. Sambil menunggu kekasihnya datang Launa bermain handphone sambil membuka whatsapp dan penuh spam chat dari sahabatnya.

Sifa:
Na, lo  di mana?

Dia baru ingat jika kepergiannya ke Medan tidak memberitahu sahabatnya. Namun, Launa berpikir ulang jika dia memberitahu pasti tidak akan diberi izin oleh Sifa. Di sela pikiran Launa yang berkecamuk memikirkan Sifa, bunyi klakson motor membuatnya dia langsung berjalan dan membuka pintu. Ternyata orang yang ditunggu sudah datang.

Seperti yang diucapkan semalam, Herli akan mengajak Launa untuk pergi jalan-jalan. Posisi mereka sedang berhadap-dapan tapi hanya saling diam.

"Maafin gue ya, Na."

"Maafin gue."

Ucapan spontan dan bersamaan itu justru membuat mereka berdua tertawa. "Apaan sih kita nih, daritadi diem-dieman sekalinya ngomong malah bareng."

"Lo minta maaf kenapa Na?" tanya Herli bingung sambil menunjukkan ekspresi wajah serius.

"Gue mau minta maaf karena selama ini gak pernah ngertiin lo. Gue selalu overthinking setiap kali lo bales chat gue lama dan setelah gue tahu tentang dunia kitchen. Gue jadi merasa bersalah," jawab Launa pelan seraya menunduk.

Herli malah menanggapinya dengan santai. "Itu mah udah jadi tanggung jawab gue, Na. Harusnya gue yang minta maaf karena di sela waktu istirahat yang cuma sebentar gak bisa ngeluangin waktu buat lo."

Waktunya Untuk Serius [Completed]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang