Bab 19

20 3 0
                                    

Launa tidak ingin memperpanjang obrolan mereka lebih lama lagi karena ingin segera berangkat. "Jadi pergi berdua gak, nih?"

"Jadi, ayo!"

Keduanya pergi mengendarai motor, di perjalanan dia hanya diam karena Launa masih belum percaya jika hari ini bisa boncengan berdua. Launa akan menuruti saja kemana pun Herli akan mengajaknya pergi. Belum sampai menempuh perjalanan jauh, cowok itu memelankan laju motornya.

"Na, gue mau jujur." Suara Herli terdengar samar-samar, tapi Launa sudah merasa panik duluan. Dia takut Herli akan mengatakan hal yang menyakitkan.

"Mau bilang apa?" reapons Launa berusaha tenang.

"Sebenernya gue gak terlalu paham sama tempat wisata yang ada di kota ini."

Gadis itu menarik napas panjang. "Ya ampun gue kira lo mau ngomong apa. Kita jalan-jalan tanpa tujuan juga gak masalah kok."

Mendengar hal tersebut Herli mempercepat laju motornya, dia menjadi punya ide akan mengajaknya ke mana.

"Pegangan ya Na, gue mau ngebut."
Setelah kurang lebih 30 menit perjalanan, Herli menghentikan motornya di depan toko untuk membelikan bubble gun untuk kekasihnya.

"Ngapain kita berhenti di sini?" tanya Launa bingung.

Tanpa menjawab pertanyaan Launa, Herli justru mengajak perempuan itu masuk dan berjalan menuju rak display beraneka macam bubble gun. Mengetahui jal tersebut jelas hati Launa merasa berbunga-bunga.
"Ih, kok lo bisa kepikiran ngajakin gue bubble date gini, sih?" Launa bertanya dengan antusias dan senyum mengembang.

"Seneng gak?" tanya Herli memastikan karena dia juga takut jika Launa akan menganggapnya seperti anak kecil. "Gak kayak bocah kan?"

Launa mengangguk dengan ekspresi wajah semringah. "Sama sekali enggak."

Gue bahkan lupa kalau pernah jauh sama lo selama 1 tahun kemarin.

"Masih ada yang mau dibeli lagi gak?"

"Beli bahan makanan dulu, yuk. Kita masak di kosan bareng. Salah satu wishlist gue bisa buat makanan bareng lo."

Launa hanya mengangguk dan membeli bahan masakan yang mereka butuhkan. Launa dan Herli tidak ingin ribet dan memilih membeli ikan gurame. Setelah dirasa cukup, Mereka berdua berjalan menuju kasir untuk membayar dan memutuskan langsung pulang.

"Na," panggil Herli lembut. "Ini beneran kita langsung pulang, nih?" lanjutnya.

"Iya. Emang mau ke mana lagi?"

"Ke mana aja kalau sama lo pasti gue turuti," goda Herli.

***
Dalam perjalanan menuju kos, Launa terlihat sangat ceria. Tidak ketinggalan juga dia mengambil ponselnya untuk merekam kegiatan mereka berdua hari ini. Launa tidak ingin melewatkan momen sebahagia ini hingga akhirnya mereka sampai di kos dan langsung masuk ke dapur.

"Kita bagi tugas ya, gue bersihin dan cuci ikannya. Lo yang siapin bumbu," perintah Herli hanya ditanggapi anggukan oleh gadis itu.

Sambil menyiapkan bumbu, Launa terdiam dan melamun beberapa menit. Gadis itu tiba-tiba sedih karena tidak lama lagi mereka akan kembali berpisah Launa akan segera pulang ke kampung halaman karena tidak mungkin juga jika berlama-lama berada di kota orang.

"Na, kok diem sih?"

Seketika Launa terperanjat dan fokus pada bawang merah yang akan dia kupas. "Kalau nanti gue udah gak ada lagi di kota ini, lo gak akan cari pengganti kan?"

Kenapa masih sempatnya lo mikirin itu sih Na, harusnya hari ini kita ciptain momen sebahagia mungkin.
Herli justru terkekeh mendengar pertanyaan tersebut. "Tenang aja, bentar lagi gue juga bakal balik—"

"—buat minang lo."

Sebisa mungkin cowok itu mencari cara agar kebersamaan mereka hari ini terasa berkesan, karena dia juga tidak mau jika Launa terus-terus membahas hal yang membuatnya terpuruk.

"Ikannya udah bersih, sekarang ttinggal gue bakar. Lo udah selesai belum siapin bumbunya?" tanya Herli memastikan. Herli gerak cepat membakar ikan satu-persatu. Sembari menunggu ikab tersebut matang. Cowok itu mendekati Launa, mengajaknya bersenda gurau agar tidak memikirkan hal yang macam-macam. Sesekali laki-laki itu meledek gadis itu sampai membuatnya kesal.

Cooking date tentu bukan hal yang pernah Launa bayangkan sebelumnya. Sekarang dia bisa melakukan bersama orang yang dia cintai. Launa selalu menyempatkan untuk memotret kegiatan mereka dari awal hingga akhir baik disadari oleh Herli atapun tidak.

"Udah mateng nih ikannya. Oh iya, sambelnya dibikin matah aja biar enak ya," ucap Herli sambil membawa ikan beralaskan nampan.

"Cowok pinter banget masak, gue aja sampe kalah," puji Launa terang-terangan.

"Apaan sih Na, biasa aja padahal."
Mereka berdua memulai untuk makan hasil olahannya. "Kalau emang pengin gue masakin bilang aja Na, ntar gue buatin."

Ekspresi wajah Launa yang semula ceria berubah menjadi sedih, tapi sebisa kungkin dia menyembunyikan hal itu.  padahal baru beberapa suap juga dia mulai melahap makanannya tapi rasanya hilang selera. "Lusa aja gue udah pulang."

Herli sedikit bisa memahami perasaan Launa karena melihat dari ekspresinya. Dia berinisiatif untuk menyuapi kekasihnya  dan tiba-tiba menanyakan handphone gadis itu. "Handphone lo mana, Na?"

"Ngapain tanya handphone gue?"

"Emang lo gak pengin ngabadikan momen sama gue sebelum pulang?"

Launa malah tertawa cukup keras.

"Haha ... udah tadi, dari pas lo bersihin ikan sampe bakar."

Mendengar hal tersebut cowok itu mendengus kesal. "Curang ih, pasti banyak foto candid. Sebagai hukuman ayo kita buat video lagi yang romantis."

Emang lo bisa romantis?

Setelah mengambil dokumentasi dengan serius dan benar, mereka menyelesaikan makan dan merapikan semuanya. Mereka duduk berdua dan mengobrol. Launa menceritakan hal-hal yang menjadi harapannya dan hal tersulit yang pernah dia lewati saat berjauhan dengan kekasihnya itu. Tentang kesepian, tidak bisa fokus mengerjakan aktivitas seperti biasa, dan kebiasaan menangis sebelum tidur.

Ingin menceritakan hal yang lebih banyak lagi, tapi Launa mengurungkan niat itu karena takut jika Herli malah akan merasa ilfil dengannya. Padahal cowok itu mendengarkan dengan serius dan juga menenangkan hatinya.

"Udah ceritanya, Na?" tanya Herli pelan. "Lo gak perlu mikirin ke depan bakal gimana dan terjadi apa, karena kalau lo mikirin itu terus lo gak bakal bisa menikmati momen hari ini."

Launa hanya diam mendengarkan dan mengangguk. Dia jadi ingat kalau tadi sempat membeli bubble gun yang belum dimainkan. Lagi dan lagi, mereka berdua tidak melewatkan merekam video untuk  mempostingnya di akun instagram. Tidak ada yang bisa mendeskripsikan perasaan Launa saat ini kecuari rasa bahagia. Gadis itu juga tidak mensesalkan waktu yang sudah mereka lewati hari ini. Jam menunjukkan pukul 5 sore dan Herli memutuskan untuk pamit pulang.

"Besok, kalau lo emang udah mau balik, jangan lupa temuin gue dulu!" pesan Herli sebelum menjalankan motornya.

"Iya, pasti."

Setelah Herli pulang, Launa duduk santai di ruang tamu sambil memainkan handphone-nya. Dia sudah tidak sabar mengedit video bersama Herli dan diberi caption romantis.

Setidaknya ada satu postingan yang ngasih tau ke dunia kalau Launa milik gue

To be continued

Waktunya Untuk Serius [Completed]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang