Walaupun sebenarnya Karla merasa ilfil dengan Vyo tapi dia berusaha pamit. Dia hanya ingin menunjukkan di dunia ini maaih ada orang yang peduli dengan tata krama atau etika.
"Yah, kok pergi sih. Kita belum sempat ngobrol lho."
***
"Herli bakal pulang nemuin gue kan, Fa? Dia nggak lama kan merantaunya?" Lagi dan lagi Launa berbicara dengan mata yang nampak berkaca-kaca. Sifa yang selalu menjadi tempat curhatnya kadang ikutan menghela napas berat. "Ya pulang Na, di sini juga dia ada keluarganya dan lo. Gak mungkin selamanya dia bakal cari duit di kota orang."
"Tapi gue udah gak sabar Fa, gue kangen dia."
"Kan masih bisa video call atau chattingan sih. Lebay banget."
"Iya itu kalau Herli selalu on time ngehubungi gue, biasanya juga gue spam dulu baru direspons." Launa menjelaskan dengan raut muka sebal.
"Sabar. Masih mending lo gak dighosting. Di sana teman kerja dia cantik-cantik, ntar kalah saing lo," ucap Sifa semakin meledek.
Launa kesal tapi dia tidak boleh marah. Apa sahabatnya ini tidak tahu kalau Launa sedang dalam keadaan benar-benar terpuruk."Jangan gitu dong, gue lagi bener-bener sedih, nih."
Sifa memeluk tubuh Launa dengan sangat lembut. "Semua bakal terlewati kok. Waktu terus berjalan itu artinya sebentar lagi waktumu berpisah sama Herli juga bakal sel—"
Belum selesai Sifa membeei pencerahan kepada Launa, ucapannya sempat dipotong."Gue capek."
"Herli bilang nggak sih di luar kota berapa bulan?" tanya Sifa serius.
"Kurang lebih satu tahun."
"1 tahun itu lama banget kalau lo nunggu dia tanpa ngelakuin apa pun. Maksud gue mending selama itu buat diri lo sibuk, upgrade skill atau apa pun lah yang bisa buat lo bisa gapai mimpi juga. Istilahnya kalian nanti bertemu dengan versi yang terbaik atau malah bisa sama-sama sukses."
"Selama ini gue juga sibuk, Fa," kata Launa pelan."Sibuk ngapain? Hah?"
"Sibuk nunggu Herli. Gue masih berharap kalau dia bakal kasih surprise buat gue."
"Gila."
''Lo sendiri kan yang bilang ke gue kalau cinta itu butuh effort. giliran sekarang gue nunjukin effort dikatain gila,'' ucap Launa menanggapi.
"Tapi gak gitu cantik. Menurut gue lo itu bukan effort tapi nyusahin diri.''
Semakin lama sifa menjadi sebal dengan sahabatnya itu, moodnya ikut menjadi tidak bagus. "Lo kalau sikapnya kayak orang gak berdaya gini, gue males nih dengerin keluhan lo lagi."Launa diam, baru sekarang dia merenung dan berpikir, menurutnya ancaman dari Sifa terdengar sangat serius.
"Iya-iya gak lagi, deh,'' ucap Luna menyesal.
"Ya udah buktiin! Emang lo gak malu sama Herli karena gak ngelakuin apa-apa sementara di sana dia kerja keras."
Lagi dan lagi Launa hanya terdiam, dia merasa terpojok. Ucapan Sifa terdengar begitu menusuk, meskipun sebenarnya dia sangat menyadari apa yang keluar dari mulut SIfa itu benar, tapi alangkah baiknya jika disimpan dalam hati saja. Melihat Launa yang hanya diam saja, Sifa kembali bersuara, "Maaf ya, kalau ucapan gue barusan terkesan jahat banget, gue cuma gak mau aja lo selalu terpuruk.''
Launa tersenyum tipis. ''Gak papa. btw, abis ini lo mau ngapain?"
"Ngelanjutin kerjaan,'' jawab Sifa singkat.
"Oh ya udah gih!" suruh Luna.
Sifa terbelalak, dalam hatinya ngedumel. Apakah sahabatnya ini sedang mengusir dirinya?"Hah maksud lo? lo ngusir gue?"
Launa malah justru tertawa, tapi SIfa seperti tak kehilangan akal membuat hati Launa panas. "Gue mau ketemu Vyo.""Terus aja pamer, lama-lama gue bneran ngusir lo dari sini ya."
"Ngusir dari rumah lo?"
"Bukan. Lo pindah aja ke mars kalau pamer pacar terus."
***
"Serius, gila banget. Tadi gue disamperin cowok gak jelas malesin pas di kafe," ucap Karla Heboh kepada rombongan teman-temannya.
Malam ini Karla sedang bersantai bersama circlenya, kebetulan di tempat itu ada Andi, cowok itu langsung merespon ucapan Karla."Bukannya udah sering ya lo di samperin cowok gitu, apalagi sampe digodain," kata Andi kemudian meneguk minuman kaleng yang ada di tangannya.
Karla menghela napas berat. "Iya sih emang tapi cowok yang kali ini gak jelas banget. dan yang lebih parah dia kenal lo."
Andi langsung merasa bingung.
"Kok bisa kenal gue, sih."***
Sifa sudah pergi, dan sekarang Launa hanya seorang diri di rumahnya. dia mengambil ponsel, kemudian membuka roomchat miliknya.
"Herli ngabarin gue gak, ya? Udah seharian dia sibuk terus." batin Launa sambil berharap penuh.
Namun, kenyataannya sungguh di luar dugaan. tidak ada pesan apa pun dari Herli, yang ada hanyalah spam chat dari orang lain yang hanya berisi broadcast.
"Gue mulu yang mulai, sih. Kayaknya kalau gue gak ngabarin dia duluan, dia bakal diem aja," batin Launa menggerutu.
Kalau sudah begini, yang ada di pikiran Launa pasti Herli bosan dengannya atau bisa jadi ada wanita lain yang telah mengisi hari-harinya. Launa benci dengan semua pikiran buruk yang terus menghantui dirinya.
Apa Herli bosan sama gue ya?
Apa perasaan Herli ke gue udah hilang?
Apa di sana udah ada pengganti yang lebih baik dari gue?
Masih banyak lagi ketakutan yang selama ini Launa pendam, dan dia tidak mau menyimpannya lebih lama lagi. Dia segera mengambil ponselnya dan dengan segala keberanian yang di kumpulkan dia menelepon sang kekasih.
"Halo, kenapa Na? Gue masih kerja," tanya seseorang dari seberang.
"Lo masih sayang nggak sih sama gue?"
Bukannya menjawab, Herli justru diam untuk beberapa detik. Sebelumnya cowok itu berpikir apakah ada hal yang penting yang ingin Launa sampaikan, ternyata dia hanya bertanya seperti itu.
"Gak perlu kamu tanya Na, seharusnya lo itu udah tau tentang perasaan gue."
Launa mematikan sambungan telepon tanpa mengucapkan sepatah kata apa pun. membiarkan Herli sibuk dengan dunianya sendiri walaupun dalam benaknya, gadis itu selalu ingin berteriak dan berharap Herli pulang ke rumah sesegera mungkin dan menemuinya.
"Tapi aku perlu kepastian, dan aku selalu takut kalau akhirnya perjuanganku pertahanin hubungan ini berujung sia-sia."
***
Berbeda dengan Launa yang sering overthinking mengenai hubungannya, Sifa justru selalu mempunyai rencana untuk bertemu dan pergi berdua bersama Vyo. Seperti saat ini mereka sudah janjian akan pergi lagi menuju bukit.
"Udah siap kan? pake helmnya, takut nanti di jalan sayang kenapa-kenapa," suruh Vyo penuh perhatian.
Rona merah di pipi Sifa terlihat sangat jelas, memberi tanda bahwa hari ini dia sedang benar-benar bahagia. Vyo menjalankan motornya dengan pelan, seolah ingin selalu bersama gadis yang sekarang sedang dibonceng. Namun, sialnya belum sampai setengah perjalanan, motor yang dikendarai Vyo mogok, terpaksa mereka berdua harus berhenti dahulu.
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Waktunya Untuk Serius [Completed]✓
Fiction générale[Revisi setelah tamat] Launa hanya ingin bercerita tentang bagaimana dia menjalani hubungan jarak jauh atau long distance relationship bersama Herli. cowok yang melatih mentalnya dan membuat batinnya teruji. Entah bagaimana akhirnya dan sejauh man...