TIGA - Kavi

1K 81 3
                                    

Gracia berharap perkataan Shani tentang hadiah yang akan Ia antar ke kostnya itu benar. Namun itu hanyalah hal mustahil. Bahkan Ia tidak memberitahu alamat kostnya kepada Shani.

Gracia memutuskan untuk pergi berjalan-jalan ke toko dessert tante Bila. Ia melihat langit dan menyadari hari mulai agak petang.

Ia pergi menggunakan sepeda motor teman kostnya, Kak Chika. Maklum saja, mahasiswa baru yang satu ini belum memiliki kendaraan pribadinya di Jakarta.

Gracia menempuh jarak sekitar 2km untuk pergi ke toko dessert tersebut. Sesampainya di toko itu, Ia diberi kejutan oleh suara emosi.

"Lo gausa gituin gue !" Terdengar suara bentakan tegas saat Gracia membuka pintu masuk toko tersebut. Suara itu berasal dari meja 03.

Suara itu terdengar jelas sebab di toko itu hanya ada 2 orang di meja 03 dan pelayan kasir, di tambah Gracia.
Ia seperti mengenal suara tersebut namun memilih mengabaikannya.

"Kak, pesen cappuccino latte dong" Ucap Gracia di depan kasir memesan.

"Ehh, mbak Gre, tumben banget, sebentar ya" Kasir itu terlihat sangat ramah sebab memang Ia mengenal Gracia.

Gracia memilih tempat duduk pojok dan melewati kedua orang yang kelihatannya sedang bertengkar tadi, walau dia cuek, dia agak kepo juga.

"NIA?! LO KENAPASIH SOK BANGET." Teriak seorang pria dari meja 03 semakin kencang.

"Lo aneh, udah di buang malah ngarep, murahan banget" Balas wanita familiar itu yang membuat amarah pria lawan bicaranya naik dan langsung menampar dia.

PLAKKK

"KAVI ANJING ! LO KENAPASIH?!" Teriak wanita itu

Gracia menahan tawanya sebab Ia bukan tipe orang yang bisa serius jika melihat hal aneh seperti itu, apalagi di tempat umum "Prikk banget HIKS" Gumamnya.

"LO YANG ANJING, BAJINGAN, SIALAN" Balas Pria itu.

"Ck aneh" Sahut wanita itu.

Pria itu pergi meninggalkan tempat itu dengan amarah yang tinggi.
Gracia tidak perduli dengan pria itu, Ia melihat wanita yang masih duduk di tempat dengan menghisap kopi americanonya. Gracia sudah mengenal wanita itu sejak tadi, Ia tidak berani menyapanya akibat ada pria kasar itu tadi. Ia tidak mau terlibat dalam pertengkaran apapun. Gracia menghampiri wanita itu dan duduk di sebelahnya, sofa terempuk di seluruh penjuru dunia.

Gracia langsung merangkul bahu wanita itu dan sedikit mengelus pipinya yang di tampar tadi dan berbisik "Sakit ya sayang?"

Sontak wanita itu terkejut dan melihat ke arah orang yang disebelahnya dengan jarak yang sangat dekat.

"Cici gapapa digituin?" Tanya Gracia memperjelas.

"Uda biasa" Balas wanita itu, Shani "Kamu ngapain?" sambungnya

"Jajan"

"Permisi, satu cappuccino latte" Mereka terkejut akibat kedatangan pesanan Gracia itu.

"Makasih kak" Balas Gracia.

"Kamu jangan kasih tau siapa-siapa ya ge?" Shani menatap Gracia, Ia menunjukan mata yang sedang menahan tangisan.

"Ci? Dia kasar banget, aku gasuka cowo gitu, cici ada salah apa sama dia?" Gracia masih fokus kepada Shani.

"Dia, orang yang dari dulu maksa aku buat pacaran sama dia. Sampe ngancem mau bunuh aku" Shani tidak kuat menahan tangisannya karena merasa sangat di tekan oleh situasi ini.

"dasar freak" Balas Gracia "Cici kalo butuh temen, ke kost aja, aku juga bosen"

"Boleh?" Tanya Shani

Can I Reach You? [ GreShan ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang