BAB 15

51 8 9
                                    

Hii Assalamualaikum><

Bismilah

“Raf, lo ga buntingin Azarin kan Raf.” timpal Yahya, yang langsung mendapatkan hadiah dari Aaraf dalam bentuk geplakan yang keras.

“engga gila.” jawab Aaraf.

“terus lo kenapa, kok Lo mau nikah.”

“siapa yang mau nikah?.”

Tanya seseorang dari arah belakang

Mereka semua terbelalak, mendengar suara perempuan yang mereka kenal.

“mampus” batin mereka semua

“omaygat, siapa yang mau nikah, kok bisa nikah?” cerewet perempuan itu.

Dia Maira, atau Maira Nataela. Kakak tiri dari Yahya, iya ayah dari Yahya menikah dengan ibunda dari Maira.

“lo, Lo ngapain di sini?” tanya Yahya

“main sama mas suami”. Jawab Maira

“terus, mana suami Lo?”

Tunjuk Maira pada suaminya yang sedang memesan minuman bersama anaknya. Maira duduk di samping Yahya.

“siapa yang mau nikah?” tanya Maira sekali lagi.

“tuh” tunjuk Yahya kepada Aaraf.

Maira tidak kaget saat Yahya menunjuk Aaraf. “di jodohin?” tebak Maira.

Dan Aaraf  hanya mengangguk saja, benar bukan. Aaraf juga tidak keberatan memberi tahu kepada kakak tirinya Yahya, karena mereka semua sudah menganggapnya sebagai kakak sendiri.

“cantik ga calonnya?” tanya Maira

“bukan lagi kak, cantik bangett” jawab Dimas, perkataan itu membuat Aaraf langsung menatap tajam Dimas.

Dimas hanya bisa mengangkat 2 jarinya dan seolah mengatakan pis, dia hanya bercanda.

“gapapa, perjodohan itu bukan hal yang buruk kok.” ucap Maira

“kita masih terlalu muda kak.” ucap Aaraf dan membuat mereka semua terdiam atas pernyataan Aaraf.

Maira hanya bisa tersenyum dengan pernyataan tersebut, iya mereka masih kecil. Kenapa harus dengan cara perjodohan jika mereka tidak ingin anaknya salah pergaulan.

Jika tidak ingin itu terjadi, cukup awasi mereka saja. Sayangi anak dengan cukup dan jangan berlebihan.

“semua orang tua ingin anaknya bahagia, walau cara mereka seperti ini. percayalah pilihan orang tua kita adalah yang terbaik.” itu suara suami dari Maira, Agraf Hutama.

Maira yang melihat suami dan anaknya sudah kembali, lantas dia segera berpamitan untuk segera pulang.

“apapun keputusan orang tua, kita berhak menerimanya.” ucapnya lantas mereka segera pergi meninggalkan mereka semua.

Aaraf dkk, melanjutkan acara temu mereka, banyak mengobrol dan banyak memberi nasihat kepada Aaraf yang ingin segera menikah.

Walaupun belum menikah, mereka sudah harus tau apa yang akan mereka lakukan jika sudah menikah nanti. Bukan hanya menerima kenyataan bahwa mereka sudah menjadi suami nanti, mereka juga harus memikirkan akan dapat uang dari mana.

Your Imam [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang