Aku Terkejut Bukan Kepalang

730 7 0
                                    

Di dalam bilik itu auranya mulai terang seiring penghuninya sedikit demi sedikit bisa menciptakan obrolan yang penuh canda dan memaksanya untuk melupakan pembahasan sebelumnya.
Aku berdiri sejenak untuk mengambil Hp dan kembali duduk di posisi semula di samping Linda.
"Sebentar ya mas mau telepon seseorang yang pasti kamu kenal".

L: "Siapa mas".

Aku tidak menjawab pertanyaan Linda. Dengan menunggu nada dering terangkat, Hp aku sengaja loudspeaker. Akhirnya terangkat juga dan terdengar suara lelaki menyapa ku.
Linda terkejut oleh suara tersebut yang tak lain adalah suara suaminya (Budi).

Aku memang sengaja mengecek keberadaannya dan berpura pura akan berkunjung ke kampus tempat Budi mengajar.
Yah akhirnya jelas sudah keberadaan Budi saat itu sedang ada tugas kampus di Kabupaten Probolinggo. Dan dalam seminggu kedepan Budi tidak bisa pulang.
Aku dan Linda merasakan lega dan tidak ada rasa khawatir sedikitpun dalam mencuri waktu.

Aku berdiri dan menaruh Hp di meja, kemudian kedua tanganku meraih kedua tangan Linda untuk mengajaknya berdiri lalu berjalan ke arah jendela.
Suasana bilik yang hanya di terangi oleh cahaya dari luar jendela menjadikan suasana menjadi tenteram. Dengan kedua telapak tangannya Linda memegang kedua pipi ku dan memandang bibirku. Seketika itu juga kedua tanganku meraba raba dengan lembut kedua sisi perutnya.

Ketika bibirku bergerak ke arah bibirnya. Tiba tiba saja kepala Linda menghindar untuk bersandar di pundak kanan ku yang mengarah ke lautan lalu memeluk ku. Sambil merasakan terpaan angin laut yang memasuki bilik ia membisikkan sesuatu.
"Aku sudah lama merindukan cumbuan mas, sentuhan mas, juga..... Setelah aku menikah itu, aku ingin mengakhiri ini semua tapi.... nyatanya sulit.... sulit sekali. Apakah kini telah nampak rasa cintaku?".

Dengan penuh percaya diri aku berusaha menguatkan pertanyaannya.
"Yang lebih besar rasa di dalam hatimu itu, kamu harus meyakininya. Itulah bukti telah terucapkan".

L: "Lakukanlah...."

Aku berpura pura o'on. Padahal pikiranku bisa menebak kalau dia minta aku setubuhi.
F: "Lakukan apa sayang".

L: "Semua yang mas katakan tadi".

F: "Yang mana sayang".

L: "Menjadikan aku seorang ibu".

Jeggerrr...... Gila!!!
Sekarang aku yang di buatnya terkejut bukan kepalang.
Jujur aku tidak bisa menjawab seperti halnya tadi Linda mendengarkan pitutur ku. Aku sepertinya mati kutu kena serangan baliknya.

L: "Mas....".

F: "Iya sayang".

L: "Kenapa tidak mas jawab dan lakukan".

Mau menjawab aku gemetaran coy.
"Sayang. Pikirkanlah dengan matang".

L: "Sudah".

F: "Kalau sudah siap kita harus melakukan triknya lebih dahulu, dan soal itu kamu jangan membohongi aku ya sayang bisa bisa hidup kita hancur. Untuk hari ini kita belum bisa melakukannya ya. Kita harus punya waktu yang tepat. Percayalah kamu akan bahagia untuk menjadi seorang ibu dari hubungan kita. Berjanjilah padaku.... kamu jangan menyalahi langkah ya sayang".

L: "Maaf mas. Saya janji".

F: "Sayang. Sekarang apa yang kamu inginkan".

Linda kembali menghadapkan wajah dan memandangiku.
"Aku pingin merasakan seperti yang mas rasakan".

F: "Kamu sekarang sudah pandai ya mengolah kalimat romantis".

L: "Berkat mas hehehe".

Oh.... hari yang menurutku sangat indah. Aku segera menutup jendela yang telah mengundang angin dan cahaya berubah menjadi bilik yang remang remang.

Berawal dari Linda dengan senyumnya yang manis segera melepas kaos yang aku kenakan. Begitu juga aku melepas satu persatu kancing kemejanya hingga ku biarkan tidak melepasnya nampak payudara yang masih terlindungi oleh BH berwarna putih. Kemudian kedua telapak tangan Linda memegangi kedua pipiku. Aku pun melakukan hal yang sama dan terjadilah ciuman yang begitu panas namun masih tertahankan oleh tangan masing masing yang masih terdiam.

Entah kenapa hari itu permainan kami berdua sepertinya susah sekali terwujud. Banyak jedanya. Padahal Linda telah mengatakan sendiri sudah lama merindukan permainan kami. Dan aku sendiri mencoba untuk menunggu Linda seberapa berat rindunya untuk mengawali.
Namun lagi lagi Linda tidak melanjutkan aksinya, hanya pelukan ke tubuh ku ia lakukan hingga terasa di dada ku sentuhan daging nenen nya nan empuk.

Aku tetap bersabar dan yakin pasti ada interaksi pada dirinya.

L I N D ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang