Linda Dan Kiki Ke Kota

337 1 0
                                    

Memasuki bulan selanjutnya. Masa sewa kamar kost yang aku kontrak bersama Linda sisa entah sebulan setengah atau dua bulan (aku lupa), kini terbengkalai. Seperti yang aku katakan kalau aktifitas ku bersama Linda sudah jaaaaaarang banget, berharap sama Fara sebagai penggantinya pun sudah hilang dalam pikiranku. Tapi aku masih aktif WA Linda, dan Fara.

Untuk yang kedua kali berturut turut, Fara berencana mengajak aku mengawal dirinya ambil uang transferan dari suaminya yang berada di Malaysia melalui Bank BRI. Pernah aku bertanya kepada dia, berapa juta tiap bulan suaminya mengirim uang.
Tidak tentu, katanya. Terkadang lima juta, tujuh juta, sesekali sepuluh juta. Terkadang pula yang bikin terenyuh, dalam dua bulan baru ada transferan tapi bukan kelipatan (2x) dari jumlah uang diatas.

Uang transferan tersebut aslinya bukan untuk kebutuhan hidup Fara dan anaknya saja. Untuk membangun rumah yang belum selesai juga. Harus pintar pintar dia dan suaminya dalam mengatur penggunaan uang.
Sepertinya Fara di kampung bukan tipe wanita yang suka menghamburkan uang.
Begitu bolo yang bikin hati ini merasa kasihan.

Dalam sebulan itu. Linda terlebih dahulu berencana mengajak aku bersama Kiki ke Surabaya di hari Minggu pagi untuk mengantarkan dokumen milik Budi.
Begitu juga Fara berencana mengajak aku ke BRI berangkat di hari Senin pagi.

Aku punya ide untuk melaksanakan kedua rencana tersebut dalam sehari. Yaaa supaya aku tidak terlalu sering izin ke istri, kuatirnya menimbulkan kecurigaan.
Linda waktunya aku geser di hari Senin berangkat siang hari. Sedangkan Fara tetap di pagi hari.
Kemudian aku menyampaikan alasan ke Linda kenapa berangkat di siang hari saja, alasan ku terlebih dahulu akan menyervis mobil ke bengkel di pagi harinya. Sama juga begitu alasan ku kepada istri.... biar kompak lah antara bulek dengan keponakan hehehe.

Kemudian ide itu aku utarakan kepada Linda. Linda tidak sepakat, selain hari Minggu Linda tidak mau mengorbankan waktu mengajarnya, kasihan murid murid, katanya. Dan lagi kalau ke Surabaya berangkat pagi waktunya bisa lamaan. Benar juga apa kata dia. Siapa tahu aku dan Linda bisa wik wik lagi. Akhirnya aku yang manut dan istriku sudah memberi izin kepada Linda.

Selanjutnya aku menghubungi Fara untuk negosiasi mengenai acara ke BRI di hari Senin supaya mau berpindah ke hari Selasa atau Rabu nya. Aku kasih alasan kalau di hari Senin itu biasanya banyak nasabah dan antrinya di teller itu lama.
Untung saja si Fara manut pada rencana ku dan berpindah di hari Rabu.

Setelah semua beres. Cerita kita langsung meloncat di hari Minggu ya.

Untuk acara ku dengan Linda, aku bertolak ke rumah Linda dengan mengendarai mobil pada pukul 07:15. Setibanya disana, pintu rumah Linda sudah terbuka.
Selain Linda dan Kiki, pada waktu itu di dalam rumah aku disambut oleh kedua mertua juga nenek dari pihak Budi. Setelah bersalaman aku duduk sebentar di sofa tamu.
Kiki pada waktu itu di gendong oleh ibu mertua Linda. Kiki terlihat bertambah lucu dan montok. Seusia Kiki waktu itu hanya bisa tengkurap saja alias belum bisa duduk.
Sedangkan Linda terlihat mondar mandir ke mobil membawa dokumen milik Budi dan bekal untuk Kiki seperti pampers dan keranjang bayi.
Setelah semua kelar kami bertiga berpamitan kepada keluarganya Budi menuju ke Surabaya pada pukul 08:05.

Karena perjalanan kami menuju ke arah timur, dan supaya tidak terpancar matahari, Linda dan Kiki aku sarankan duduk di jok tengah.

Di dalam mobil tidak ada yang istimewa hanya ngobrol ngobrol ringan mengenai Budi, tingkah laku si Kiki, dan sedikit membahas hubungan kami berdua yang tanpa aktifitas karena kesibukan Linda.
Kiki di dalam mobil merasa nyaman tidak ada suara rengekan maupun tangisan. Karena selama perjalanan itu Kiki melek terus, sesekali Linda memangkunya, mengajak bermain dan menyusui Kiki.

Perjalanan kami menghabiskan waktu satu setengah jam (09:35), dan tibalah kami di kost nya Budi.
Sebentar kami menunggu Budi sedang keluar. Linda dan Kiki di dalam mobil, aku keluar merokok.
Linda membuka kaca pintu tengah dan aku mendekatinya. Yang aku lihat ternyata Linda sedang menyusui Kiki di payuďara kirinya. Dalam dekapan Linda, pipi Kiki aku elus elus dan aku kudang.
"Gemoy nyaaa anak ku. Nak... dari air susu mama ini semoga kamu esok menjadi anak yang cerdas, penurut, dan sukses".

"Aamiin" Linda menyahutnya.

Setelah itu aku meremas remas payudara Linda sebelah kanan.

L: "Ayah peri nakal ya nak ...."

F: "Yang penting Kiki nggak boleh nakal ya ....."

Ada waktu 20 menit Budi baru datang. Linda dan Kiki turun dan masuk ke kamar, aku kebagian membawakan semua barang barangnya (persis sopir pribadi).
Di dalam kamar aku duduk dan ngobrol sebentar.

Aku berpikir nggak mau mengganggu waktu pembicaraan mereka dan siapa tahu Budi dan Linda ingin wik wik melepas kangen, aku pamitan sama mereka.
"Mas Feri keluar dulu ya".

Budi: "Kemana mas".

F: "Jalan jalan dulu. Linda disini santai saja ya jangan buru buru pulang, kalo mau pulang telpon mas ya".

L: "Siap mas".

Aku keluar menuju pagar komplek kost lalu menghilang dari peredaran.

L I N D ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang