3 -- Pangeran ketiga

601 73 0
                                    

.
.

Di sebuah tempat yang penuh akan kekacauan, aku berdiri disini.

Menyaksikan langsung dimana ibuku sendiri dibunuh ... Tepat didepan mataku. Darahnya menyiprat kemana-mana, membuat lantai yang tadinya berwarna coklat telah ternodai oleh darah.

Rasanya aku ingin berteriak dengan sangat keras, melihat betapa kejamnya sosok itu sedang memutilasi tubuh ibu.

'Seseorang, tolong!' Kakiku rasanya sangat kaku sampai tak bisa digerakkan.

Dan malangnya, aku hanya bisa terdiam membeku sambil berdiri.

Aku tak berguna, bukan?

Tidak, seharusnya tidak begini cerita ini berjalan! Tidak ada kisah dimana pangeran hanya bisa terdiam diri saat seseorang yang disayanginya mati, kan?

Sosok itu perlahan menoleh ke arahku sambil tersenyum miring, "Oh, lihat. Apa yang kau lakukan disini, Pangeran Ketiga? Ingin mati seperti Ibumu?" Ia perlahan mendekat ke arahku.

Sial! Baru sekarang kakiku bisa digerakkan untuk melangkah mundur menjauhinya.

"Dari tadi kau menyaksikan langsung pembunuhan ibumu. Kau ... Ingin mati dengan cara seperti itu juga? Atau aku sedot saja kekuatanmu...?" Aku terus mundur untuk menjauhinya.

"Kudengar, dari ketiga pangeran di kerajaan ini, kamu lah yang paling kuat." Ia semakin mendekati ku.

Tangan sosok itu terangkat, bola merah dengan percikan petir muncul dari sana.

Sosok itu tertawa remeh ketika aku sudah sampai ke tembok. Dan ketika dia ingin mengarahkan bola itu padaku, aku menutup mataku.

Aku akan segera menyusul ibu.

Tapi anehnya, aku tidak merasakan apapun. Hanya mendengar teriakan sosok itu. Hei, kenapa malah dia yang berteriak?

Perlahan aku membuka kedua mataku. Aku mendapati, kakak pertama ku sudah ada di depanku. Dia menebas tangan sosok itu sehingga patah.

Kakak keduaku menghampiriku, "Larilah. Selamatkan dirimu, adik."

Dan hanya itu kata-kata terakhir dari kakak yang aku ingat. Sosok itu langsung maju dan menewaskan mereka berdua dengan satu serangan.

...

Pangeran terkuat?

Aku rasa gelar itu tidak cocok untukku, aku hanya bisa membiarkan orang tersayang ku mati.

Dan aku tidak bisa melakukan apapun.

.
~✿~
.

"Supra! Hei, Supra! Bangun!" Gentar menggoyangkan tubuh Supra.

Supra pun mulai terbangun dan mengerjapkan matanya, lalu mengambil posisi duduk pada sofa.

"Gentar?" Supra mengusap-usap matanya. "Ini dimana?"

"Kamu lupa? Kita ada di rumah Frost dan Glace sekarang, bukannya kamu yang mengajakku tadi?" ucap Gentar.

Supra kebingungan. "Lalu kenapa aku tertidur?"

"Mana kutahu! Kau sendiri yang tidur sehabis minum sirup buatan Frost," jawab Gentar.

Gentar menyipitkan matanya. "Mungkin kamu diracuni."

"Jangan berburuk sangka, Gentar." Supra dan Gentar menoleh ke arah pintu dapur. Ada Glacier yang membawa nampan berisi air minum.

Glacier meletakkan nampan diatas meja lalu memberikan segelas air kepada Supra. "Kamu sakit, Sup?"

Pahlawan Antardimensi [OG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang