14 -- Ingatan

316 48 13
                                    

.
.

Sekumpulan orang berlarian mengejar sebuah bola, bukan bola biasa. Melainkan bola bercahaya yang bisa melayang dan memiliki efek cahaya serta petir disekelilingnya.

Bola itu mengarahkan dirinya ke seorang anak lelaki kecil yang sedang berjalan. Pakaiannya kusam, rambutnya berantakan, dan banyak bekas luka ditubuhnya.

Tiba-tiba saja, bola itu memasuki tubuh si anak melalui dada. Yang tentu saja membuat anak itu menjerit kesakitan, air mata keluar dari pelupuk matanya. Perlahan, netra coklat milik si anak berubah menjadi warna merah bercampur silver. Tak lama setelahnya, anak itu pun pingsan.

"Apa yang terjadi?!" Orang-orang yang datang bersama bola itu tadi menghampiri si anak, memastikan apakah dia masih bernafas ataupun tidak.

Sungguh malang nasib anak itu, harus melewati kekejaman dunia dengan disiksa oleh orang tuanya, dan harus menahan sakit ketika tubuhnya dirasuki oleh bola itu. Dan lagi, ia terpaksa harus terjebak dalam pertempuran karena bola itu.

Tapi bagaimanapun, kalau bola itu tidak memasuki tubuhnya ... Maka ia tidak akan bisa bertahan, bola itulah yang membantu dirinya untuk tetap hidup.

Walau harus menanggung beban dua jiwa dalam satu tubuh.

.
~✿~
.

"Tetakan pedang Halilintar!"

Beberapa menit telah berlalu, hampir seluruh dari robot-robot itu ia serang sampai habis menggunakan kuasanya.

"Ini tak bisa dibiarkan!" Adu Du menggeram kesal. "Probe! Berubah dan ambil bocah itu sebelum semua robot ini berhasil dikalahkan!"

"O-oke, Bos!" Probe berubah menjadi sebuah robot besar, berbeda jauh dengan bentuk asalnya. Ia berlari menuju ke arah dinding es yang menutupi dua orang di sebaliknya.

"Ah, sial. Padahal aku ingin ikut bertarung juga," gerutu Ice. Dia disuruh oleh Taufan untuk melindungi Supra.

"Uh ... Kak Ice, apakah mereka mengincar ku?" tanya Supra.

"Sepertinya begitu, dia ingin mem--  lupakan." Supra menautkan alisnya, apa ada yang disembunyikan oleh orang di hadapannya ini?

Ice mengintip melalui celah kecil di dinding es yang ia buat, dinding itu mengelilingi mereka berdua. Fungsinya? Untuk menghalau serangan musuh tentu saja.

Netra Aquamarine nya membulat ketika melihat Probe yang berlari ke arah mereka dengan wujud robot besarnya. "Gawat," pikir Ice.

Ice meletakkan tangan kanannya di tanah. "Ice menjulang!" Dalam sekejap, tanah di bawah mengeluarkan es yang menjulang dan mengenai Probe tepat di kepalanya.

"Aduh!" Probe terjatuh.

Adu Du yang melihat itu pun menggeram kesal, ia mengepalkan tangannya. "Tidak berguna! Serang dia lagi!"

Atas perintah Adu Du, Probe bangun. Dia ingin kembali menyerang, namun tubuhnya lebih dulu ditembak oleh cahaya kuning yang berasal dari kuasa Solar.

"Piuw, kemari lah!" Solar tersenyum miring, ia ingin menarik perhatian Probe agar tidak menyerang Ice dan Supra.

"Ish!" Probe yang termakan emosi pun berlari ke arah Solar, sambil menembakkan peluru-peluru dari badan robotnya.

Solar menghindari peluru itu dengan gerakan cahaya miliknya. "Aku sudah berkali-kali menghadapi Probe mode mega sebelumnya, mungkin ini akan mudah."

Pahlawan Antardimensi [OG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang