13 -- Hati

315 43 22
                                    

"Wah! Ini sangat indah!"

Anak itu berlarian dengan riang, matanya berbinar melihat banyaknya bunga-bunga yang indah berbentuk hati yang tergantung di atas pohon.

"Hei, jangan berlarian!" Sang kakak bergerak menyusul adiknya.

"Kakak, Kakak! Ambilkan bunga itu," pinta si adik.

Kakaknya mendongak. "Ini?" Tangannya memegang salah satu bunga yang tergantung.

"Bukan! Yang merah itu!"

Bunga berwarna merah itu telah dipetik, si kakak memberikannya kepada adiknya.

"Ambillah." Dengan senyuman, si adik menerima bunga itu dengan senang hati.

Bunga itu berbentuk seperti mawar, namun yang membedakan adalah kelopaknya. Itu terlihat seperti hati, yang menjadi ciri khas bunga ini.

"Kakak, menunduk." Walaupun bingung, namun ia tetap mengikuti ucapan adiknya.

"Eh?" Bunga itu dipasang oleh sang adik di telinganya.

"Nah! Sudah, Kakak terlihat cantik sekarang!" puji si adik.

"Begitu, kah??"

Si adik mengangguk. "Tentu saja! Sekarang, temani aku mencari bunga berwarna kuning, 'ya."

"Hah? Memangnya bunga ini ada yang warnanya-- Woah!" Belum saja menyelesaikan kalimatnya, tangannya langsung ditarik oleh sang adik.

"Haha!"

.
~✿~
.

"Tidurlah, Gentar, Supra. Ini sudah malam."

Gentar menggeleng pelan. "Tidak, aku akan menunggu sampai kita tiba di tujuan."

"Iya, lagipula kalian semua juga belum tidur," tambah Supra.

"Aku tidak tidur karena ingin membantu Fang, sudahlah. Cepat masuk," ucap Taufan.

"Tapi, Kak Taufan--"

"Sshtt!"

Akhirnya Supra dan Gentar hanya bisa pasrah mengikuti perintah Taufan, mereka berdua masuk ke bagian dalam kapal.

"Minggir." Badan Taufan tergeser ke samping karena ulah Ice.

"Ada apa, Ice?" tanya Taufan.

"Aku mau tidur." Taufan menggelengkan kepalanya sembari terkekeh.

Setelah Ice masuk ke ruangan yang sama seperti Gentar dan Supra, Taufan menghampiri Halilintar dan Solar yang sedang duduk di bawah.

"Jadi, apa hanya kau yang mendapatkannya?" Taufan duduk di sebelah Solar.

"Iya. Kak Hali bilang dia tak mendapatkan apapun," jawab Solar.

Taufan mengangguk. "Kalau begitu, jangan beritahu padanya, 'ya."

Halilintar menghela nafas. "Jujur, aku kasihan padanya. Karena harus hidup dengan kebohongan disekitar...."

"Mau bagaimana lagi, 'kan?"

Malam ini, bulan bersinar dengan terang. Menghiasi langit malam dengan beberapa bintang disekelilingnya. Itu membuat suasana hati mereka menjadi lebih tenang, ditambah angin malam yang sejuk.

Pahlawan Antardimensi [OG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang