12 -- Senja dan rahasianya

348 50 6
                                    

"Tidak! Ini semua hanya salah paham, tolong jangan penjarakan aku!"

Ia menatap sendu pada sekumpulan tentara istana yang sedang menahan seorang gadis dengan gaun pink.

Air mata mengalir di pipinya. Mungkin bagi orang yang tidak tau dia, mereka akan berpikir kalau ia sangat sedih karena kakaknya dipenjara. Tapi nyatanya itu semua hanyalah tipu daya.

Air mata itu, palsu. Dalam hati ia menertawai kebodohan para tentara dan juga Ratu istana ini karena terlalu cepat mengambil keputusan.

Gadis itu, memanglah licik.

Namun, ia tidak tau kalau apa yang dilakukannya saat ini akan menyebabkan kesedihan yang berlarut untuk dirinya sendiri.

.
~✿~
.

"Selamat makan!"

Taufan memukul bahu Gentar. "Dasar, jaga sikapmu."

"Apa? Memangnya Kakak tidak lapar?" Gentar menyuap nasi ke dalam mulutnya, memakannya dengan lahap.

"Selamat makan semua, maaf hanya itu yang bisa ku sajikan." Fang meletakkan beberapa gelas di atas meja.

"Tidak apa-apa, aku suka ikan." Sama seperti Gentar, Ice memakan makanannya dengan lahap.

Ini sudah pagi hari, mereka sarapan dahulu sebelum akan pergi lagi. Pergi kemana? Fang bilang mereka akan berlayar ke Pulau Hati, sesuai arahan yang diberikan Gempa lewat surat.

Dia bilang pulau ini juga tidak akan aman.

Musuh mereka bisa bertindak kapan saja, jadi tidak ada salahnya untuk menghindarinya, 'kan?

"Dimana gadis itu, Fang?" tanya Halilintar.

"Hah? Oh, apa maksudmu Ying? Dia sudah kembali ke rumahnya," jawab Fang.

"Kenapa bertanya?" Fang menautkan kedua alisnya.

"Tidak apa-apa."

"Ying? Siapa lagi itu?" tanya Supra.

"Ah, dia temanku. Yang selama ini tinggal di pulau ini bersamaku."

"Oh...."

Kemudian hening, hanya ada suara dentingan sendok dan garpu yang beradu di atas piring. Mereka sibuk memakan makanannya masing-masing.

"Bersiaplah, kita akan berangkat sebentar lagi," ujar Fang ketika mereka semua sudah selesai dengan kegiatan makan.

"Baiklah."

..
~✿~
..

"Wuah! Kacamata ini keren juga. Eh tapi, apa kau tidak merasa aneh ketika memakainya? Maksudku, ini berwarna, loh."

Supra menatap sebal pada Gentar yang sedang memegang kacamata miliknya. "Kembalikan itu."

"Sebentar!"

Ngomong-ngomong, mereka sedang berada di belakang rumah Fang. Yang ternyata ada sebuah danau di sana. Pemandangan di sana cukup indah, membuat mereka semakin betah berlama-lama di danau itu.

Pahlawan Antardimensi [OG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang