4 -- Hangat

517 72 10
                                    

.
.

"Kakak." Aku memanggil kakak keduaku yang sedang berdiri di balkon.

"Eh? Kenapa kau belum tidur?" Ia menghampiriku.

"Umm ... Aku tidak bisa tidur, terlalu dingin...." jawabku.

Ia tertawa kecil, lalu berjongkok guna menyamakan tingginya denganku. Mengusap rambutku dengan pelan, ia berkata. "Kamu kedinginan, ya? Bagaimana kalau kakak temani?"

"Apa boleh?"

Ia mengangguk, "Tentu saja!"

Aku sedikit menggoyang-goyangkan badanku, "Bagaimana dengan kak--"

"Apa yang kalian lakukan disini?"

Perkataan ku terpotong karena kedatangan kakak pertamaku. Ia menatap kami berdua dengan bingung.

"Ini, kak. Adik tidak bisa tidur, dia kedinginan." Kakak keduaku memelukku sambil tersenyum.

Aku membalas pelukannya lalu menyandarkan kepalaku di bahunya. "Kakak ... Kalian temani aku, ya?" pintaku.

Kakak pertamaku menghampiriku, ia berjongkok lalu mengusap rambutku. "Kamu ingin tidur bersama kami?"

Aku melepas pelukan bersama kakak kedua, berbalik menghadap kakak pertamaku.

"Iya!" jawabku dengan riang.

Mereka berdua terkekeh pelan, "Baiklah ... Ayo ke kamarku saja," ajak kakak pertamaku.

Sebelum dia berdiri, aku lebih dulu menyerangnya dengan pelukan. Sambil tertawa kecil, aku berkata. "Terima kasih, kakak!"

Kakak keduaku terkekeh melihat aku dan kakak pertamaku. "Kamu tidak perlu berterimakasih."

Kakak pertamaku membalas pelukan, lalu tak lama kemudian kakak keduaku juga ikut memeluk kami dari belakang.

Ah...

Rasanya hangat dan nyaman.

Rasa dingin yang tadinya menghantuiku kini sudah sirna. Digantikan oleh kehangatan dari pelukan yang diberikan oleh kedua kakakku.

Aku tau ini egois, tapi....

Aku ingin terus merasakan kehangatan ini.

...

.
~✿~
.

"Kudengar dari Glace, kamu memanggilku. Ada apa?" tanya Ice.

Kini, Supra sedang berada di kamar milik Ice. Untuk mencurahkan isi hatinya tentu saja.

"Seperti biasa, kak. Aku ... Ingin sedikit bercerita," jawab Supra.

"Banyak pun boleh." Ice duduk di kasurnya.

Ice menepuk-nepuk kasur disebelahnya; mempersilahkan Supra untuk duduk disitu. Supra pun menurut.

Ia duduk di sebelah Ice. "Kak Ice ... Apa arti dari mimpi melihat seseorang dibunuh depan mata?" tanya Supra.

"Maksudmu?"

Supra menghela nafas. "Tadi, sehabis aku meminum sirup buatan Frost ... Aku langsung tertidur. Lalu di mimpi aku melihat seseorang dibunuh tepat didepan mataku."

Ice terdiam sejenak. "Apa lagi yang ada di mimpi mu?"

"Eum ... Kalau tidak salah, sosok yang membunuh itu memanggilku dengan 'Pangeran ketiga'. Aku tidak tau apa maksudnya. Dan memangnya, aku ini pangeran?" kata Supra.

Pahlawan Antardimensi [OG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang