11 -- Mereka

378 65 18
                                    

.
.

Manik Birunya menatap lekat pada sang pujaan hati, ia merasakan jantungnya berdetak lebih cepat ketika melihatnya.

Namun, seorang gadis datang menghampiri remaja yang ia sukai. Membuat ia termakan api cemburu.

Tangannya ia buat mengepal, alisnya tertaut dan emosi mulai mengendalikan dirinya. Ia berbalik, namun malah bertabrakan dengan seorang lelaki.

"Kau baik-baik saja, Nona?"

Mulutnya terkunci, ia tidak menjawab namun langsung melenggang pergi dari sana. Entahlah, mungkin setelah ini akan ada sesuatu yang dilakukannya.

Gadis itu, memanglah licik. Ia sanggup melakukan apapun demi mendapatkan apa yang ia inginkan. Seperti saat ini.

Ia mengeluarkan sesuatu dari saku bajunya, lalu berjalan ke stan makanan.

'Kalau aku tak bisa mendapatkannya ... Maka dia juga tidak!'

.
~✿~
.

BOOM!!

BOOM!!

Suara ledakan terdengar dari luar rumah, sontak semua insan yang ada melihat dari balik gorden jendela.

"Ada apa?" tanya Thorn.

"Sepertinya ada ledakan, biar aku mengeceknya." Ice membuka pintu.

Betapa terkejutnya Ice, ketika melihat anak panah yang melesat ke arahnya. Untung reflek nya bagus, jadi dia bisa menghindari panah itu.

Blaze menghampiri saudaranya. "Ice! Kau tidak apa-apa?"

"Tidak, tapi...." Ice melihat anak panah yang terjatuh di lantai.

"Emh ... Kalian semua," panggil Gentar.

"Ada apa, Gentar?"

Gentar menunjuk ke luar jendela. "Ada yang datang...."

Di luar, terlihat ada sesosok makhluk besar yang berjalan ke arah mereka. Tak terlalu jelas rupanya, karna ada beberapa asap yang menutupi.

"Gawat...." gumam Gempa.

"Taufan! Cepat kau bawa mereka bertiga serta Supra untuk pergi dari sini." Gempa menunjuk tiga orang dari lain dimensi, serta Supra.

Halilintar menautkan alisnya. "Memangnya ada apa? Kenapa kami harus pergi?"

"Iya, bukankah kalian sudah bilang akan menerima kami?" tambah Ice.

"Kalian tidak akan mengerti. Sudahlah, cepat pergi lewat pintu belakang." Gempa berlari menuju dapur.

"Kalian berempat, ayo!" ucap Taufan.

"Tunggu, Kak!" cegah Gentar.

"Izinkan aku ikut." Taufan mengangguk.

Taufan menarik tangan Ice, lalu berlari menuju dapur seperti Gempa. Disusul Halilintar, Solar, Supra dan juga Gentar.

Pahlawan Antardimensi [OG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang