Cinta Pertama
‘kamu, akhirnya hanya cerita singkat yang sulit’Aku menatap jendela perpustakaan tua tertutup musim hujan itu, membiarkan buku dengan tebal nggak seberapa di atas meja, headset hitamku masih bertengger di teliga, musiknya setia menemani sepi perpustakaan hari ini. Banyak pertanyaan mengalir di dalam kepalaku, tapi aku nggak punya banyak jawaban untuk semua itu. contohnya saja kejadian bertemunya aku dengan bapak berkacamata bulat yang tiba-tiba mengenaliku, siapa orang itu? kenapa bisa tau namaku? Apa kami pernah bertemu?
Aku beralih menatap rak-rak tinggi tempat aku mengambil buku tadi, di sana sepi dan sunyi, menimbulkan satu pertanyaan baru yang nggak masuk akal ‘apa buku-buku di sana kesepian?’ ‘apa mereka nggak kedinginan?’ ‘apa sinar matahari membuat mereka kepanasan?’ Ah, aku seolah menambah beban pikiran yang sudah menumpuk ini.
Sebuah notifikasi muncul di beranda ponselku, itu dari base kampusku biasanya banyak gosip yang tersebar di sana, tentang banyak hal dari mulai materi perkuliahan sampai percintaan. Aku membaca sekilas dari bilah notifikasi dan mendapati sebuah kesimpulan, begini kalimat di sana yang belum sepenuhnya terbaca“kabar terbaru dari jurusan teknik mesin kating kita yaitu ryu, tampak keluar dari mobil bersama seorang gadis yang kita semua tau itu adalah vena… kalimat selanjutnya tak terbaca, dan notif-notif baru beruntun memenuhi layar ponselku entah dari grup chat ataupun pribadi, membuatku langsung mengaktifkan mode ‘jangan ganggu’ dan mengunci ponselku kembali.
“haruskah kublokir semua yang nggak berguna disana?”
“sial” aku nggak mau menghitung sudah berapa banyak umpatan yang kuucap akhir-akhir ini, itu melelahkan.Ryu, kita membicarakan dia di bab sebelumnya, seorang lelaki yang datang ke makam ibuku dan mengucapkan ‘maaf’ yang aku sebenarnya nggak bisa menangkap maksud dari kalimat itu, seorang lelaki yang juga ada di mimpiku tiga bulan terakhir ini, ia yang membuatku takut nggak dicintai oleh siapapun lagi. Ryu, seorang lelaki yang memiliki cinta pertamaku.
Itu terjadi sebelum ibu pergi meninggalkanku, tepat di bulan desember aku bertemu dengannya, pertemuan kami bak film yang memiliki alur klise dan membosankan, aku nggak sengaja menabrak tubuhnya yang berjalan di depanku, membuatku menyadari ternyata ada pemuda bernama ryu di kampusku. Setelah kejadian itu kami berkenalan dan ryu menghubungiku, kami dekat selama beberapa bulan, dan kuakui banyak dalam dirinya yang kusuka, ia tipeku dan lambat laun aku benar-benar menyukainya. Kami bertukar kabar hampir setiap hari dan di suatu hari, kabar kedekatan kami diketahui banyak orang dan itu menjadi awal dari semua masalah antara aku dan dia.
Ryu, pemuda itu nggak jauh beda dari lelaki pada umumnya, dia bisa memberi jawaban tepat dari semua rumit yang kutanyakan, dia bisa berpengaruh banyak untukku dan karna ia cinta pertamaku walau bukan seseorang yang pertama kali kusuka dalam hidupmu yang sudah 21 tahun ini, dia memberiku banyak rasa yang belum pernah kurasakan sebelumnya, aku juga membuka hatiku untuk mau dikenali olehnya, mau mengenalnya juga, lebih dan lebih lagi. Ryu adalah lelaki yang cukup kukagumi terlalu dalam, sampai aku sulit mengontrol diriku sendiri, dan itu melelahkan.
“kamu nggak berangkat bareng ryu?” suatu hari di kampus, seorang teman dari jurusanku tanpa menyapa tiba-tiba berkata begitu.
Aku menggeleng, nggak ambil pusing karna base kampus sudah membicarakan tentang kami sejak sebulan lalu, itu saat kedekatan kami sudah masuk enam bulan. Orang-orang mulai menanyakan soal status hubungan kami berdua, dan itu nggak nyaman sama sekali.
“aku lihat dia sama cewek tadi, kayaknya dari jurusan sebelah deh” ia berkata lagi seolah memberi api pada sumbu penuh minyak
“oh ya? Biarlah” sikap tenang nggak jauh beda dengan pasrah dan bodoh amat sebenarnya, lalu aku ada di antara keduanya.
“ya terserah” ia berlalu meninggalkanku.Yang harus kalian tau tentang ryu lagi adalah dia ‘friendly’, punya banyak kenalan, dan ramah saat berjumpa dengan semua orang, sosoknya dikenal oleh banyak gadis dan bisa pergi kemana saja bersama gadis yang berbeda-beda. Sikap itu berbanding terbalik denganku yang jarang dikenal banyak orang dan acuh pada seseorang yang nggak kukenal, aku memang berencana hidup dengan sedikit orang di dunia ini. Karna sifat itu aku nggak nyaman ada di antara ryu dan berbagai perempuannya.
Semua baik-baik saja dan aku nggak pernah mempermasalahkan soal status kami ataupun rasa kesalku tiap ryu dikabarkan tengah bersama seorang gadis yang bukan aku.
Aku tau betul, dia bisa menggantiku dengan seorang gadis suatu hari nanti, dan itu mungkin menyakitkan tapi akhirnya nggak apa-apa karna nggak ada harapan yang ia berikan padaku, kami seolah jalan di tempat, tanpa perkembangan dan hanya teman ngobrol di waktu luang, aku yang menganggapnya berlebihan. Tapi, kenapa dia memulai semuanya denganku walau nggak puas akan hubungan ini? Kenapa dia nggak berterus terang dan menyuruhku menjauh? Apa rasa penasarannya padaku telah usai setelah setengah tahun ini?. Semua masih menjadi pertanyaan tanpa ujung sampai aku meledak, dan ia kehilangan kendali atas omongannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hiraeth: In Every Universe.
Fantasy'sampai pada akhirnya, satu-satunya yang kita miliki hanya sebuah kenangan' Sinopsis. Di semua semesta yang aku datangi pun, aku selalu menyukaimu. Karna itu kau, itu sifatmu, itu kelebihan dan kekurangan mu. Bukan apa-apa, aku juga nggak punya ba...