Aku Masih Merindukanmu, Selalu.
'menjagamu adalah keinginan seumur hidupku'.Setelah ryu, aku membangun dinding tinggi untuk megamankan hatiku yang hampa ini, setelah ryu aku lebih was-was untuk sekedar berbicara dengan orang lain, tapi setelah ryu, ziel datang, sebagai penguntit yang menakutkan di awal tapi bukan, aku tau bukan begitu maksud ziel, aku hanya belum menemukan titik terangnya. Setelah ryu, ziel mengamankan dinding tinggiku, nggak merobohkannya tapi menghiasi sisinya dengan pajangan dan bunga warna-warni.
Entah kami pernah bertemu sebelumnya, atau aku mulai mengabaikan pertahananku yang runtuh tapi bagiku sekarang, ziel dengan wajah menyebalkan yang sering menjahiliku ini berdiri tepat di sampingku sama seperti perkataanya, nggak kurang atau lebih sedikit pun. Masih memperhatikanku sesekali takut tangisku pecah lagi, tiba-tiba aku nggak tau gimana caranya agar hatiku luluh pada segala yang dilakukan ziel, aku lupa caranya membalas rasa aman dan nyaman yang ia berikan.
Mungkin aku terlihat plin-plan, tapi masih terlalu awal untuk membuat keputusan. Lagipula ziel hanya penjelajah sama sepertiku, jadi siapa lagi yang bisa diandalkan selain satu sama lain?
Ziel nggak protes tapi menunggu dengan tenang, aku terlalu takut ini perasaan yang seperti apa, dan bagaimana menghadapinya. Aku bukan nggak percaya pada semua perlakuan ziel tapi aku nggak percaya aku dicintai, lalu apakah ziel benar melakukan itu? maksudku mencintaiku? Padahal ia nggak mengatakan apapun, dejavu seperti yang sebelumnya, sial!."jangan lakukan itu kalau aku nangis lagi" aku nggak menoleh, masih menatap aku yang lain sedang berjalan menuju salah satu rumah, itu juga rumahku yang lain
"melakukan apa?"
Aku menoleh garang, nggak menjawab apapun.
"kau di sini hidup sendiri juga, tapi kau dekat dengan teman-teman kampusmu" tuturnya sembari menatap aku yang lain di sana
"mungkin, kau punya pacar juga di sini"
"sok tau seperti biasa" aku berkata pelan, masih kesal.
"aku cuma bilang mungkin, kan?" ziel tampak nggak mau kalah berdebat denganku
"ya ya ya" aku berlalu dari sana, meninggalkan ziel yang terkekeh melihat kekesalanku.
"siapa juga yang mau pacaran sama aku? Hah" ujarku pelan, ziel menyusulku kemudian.Perjalanan di semesta pertama ini memberiku beberapa peringatan penting, seperti aku benar-benar perlu tau ibu ada di salah satu semesta atau tidak, karna fakta bahwa aku merindukannya bahkan di semesta lain agak menyulitkan, dan hatiku sakit tiap memikirkan itu. kami menghabiskan dua hari di centauri, jika direnungkan lagi, aku mungkin saja cocok ada di sini, aku juga nggak menemukan ryu selama dua hari ini, mungkin nanti. Aku bisa saja melihat pemuda itu berkencan menaiki mobil keren-nya bersama gebetan barunya di sini.
Ziel nggak berbohong saat berkata akan membawaku naik ke balon udara saat pertama kali sampai, kami ada di udara sekarang, menatap orang-orang yang saling menyapa dan tersenyum riang juga ada yang tengah berkencan, melakukan back hug sembari tertawa dengan tatapan cinta. Oh aku tertegun sebentar menatap mereka, ada banyak kejadian di satu waktu dan lucunya ini terjadi di atas awan walau nggak terlalu tinggi dari permukaan tapi pemandangan dari sini amat menenagkan.
Ziel sibuk menatap kertas lusuhnya di tangan kiri dan ponsel di tangan kanan, aku mendekat untuk sekedar membantu dan ia menyerahkan ponselnya tiba-tiba
"tolong pegang ini dulu, ance" aku menuru tanpa banyak bicara
Ziel sedang mencocokkan kertas dan ponsel itu dengan serius, ada beberapa wajah di sanayang aku nggak kenal siapa saja mereka. Sesekali ziel menandai di salah satu wajah dan begitu seterusnya, baterai ponsel milik ziel melemah, notifikasi itu mengalihkanku dan langsung berujar "di mana power bank mu, ziel? Pemuda itu menggeleng tanpa menoleh
"nggak ada"
Aku nggak lupa kalau ziel terlambat ke perpustakaan kemarin karna powerbank miliknya ketinggalah, kan? Sekarang kemana hilangnya benda itu?
"baterai hpmu lemah, ziel"
"pakai punyamu"
"di mana kau letak powerbank mu?" aku bertanya sekali lagi, memastikan.
"aku nggak bawa"
"terus kemarin kau bilang terlambat karna powerbank mu ketinggalan, kenapa sekarang nggak ada?"
Ziel terbelalak terkejut seraya menatapku, tapi tak lama ia kembali dengan kertas lusuh serta ponsel dengan baterai yang lemah itu.
"aku berbohong"
"hah? Maksudmu?"
Ziel nggak menjawab, masih sibuk dengan pekerjaannya
"ziel kau bohong di bagian yang mana? Jawab!"
"aku hanya membeli roti, bukan mengambil powerbank" ziel menatapku sekilas lalu menunduk untuk kertasnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hiraeth: In Every Universe.
Fantasy'sampai pada akhirnya, satu-satunya yang kita miliki hanya sebuah kenangan' Sinopsis. Di semua semesta yang aku datangi pun, aku selalu menyukaimu. Karna itu kau, itu sifatmu, itu kelebihan dan kekurangan mu. Bukan apa-apa, aku juga nggak punya ba...