Undangan makan malam dari putra mahkota

694 38 1
                                    

"Bakar dia, dia orang hina yang sangat kejam,"

"Bakar,"

"Bakar,"

"Baiklah, sekarang kita menghukum mantan putra mahkota yang hina ini," ucap Gempa, Raja sekarang yang baru naik tahta.

Halilintar hanya menatap datar, dia sangat membenci ini. Dia melepaskan ilmu hitam, dan setelah itu dia mati terbakar dengan api abadi.

'Reinkarnasi aku yang akan datang, temuilah kebahagiaanmu sendiri,'. Semua orang bersorak bahagia, tanpa menyadari ilmu hitam itu membawa petaka selamanya, sampai reinkarnasinya membuka segel itu dari hati nurani.

Aku terbangun, nafasku putus-putus. Saya memasuki novel yang aku rasa ini seperti dunia nyata, dan aku jadi Halilintar. Putra mahkota yang menyelamatkan semua orang, namun dianggap kotor oleh warga kerajaan.

"Kau orang hina, jangan menatapku seperti itu," ujar manik hijau tanpa ekpresi. Dia pergi, setelah mengambil petir merah milik Halilintar yang perlahan mendingin. Hatiku sakit mengingatnya.

"Jangan memberiku afeksi seperti ini, aku tau kau meminta kepalaku," ujar netra Biru, meninggalkan Halilintar yang menunduk. Siap untuk hukuman mati.

"Aku tidak perlu kamu berubah jadi lembut, wajahmu sudah seperti penjahat kelas atas," Ice berkata sangat dingin, meninggalkan mantan kakaknya yang luka parah di badan tinggi 180 itu.

"Arghk, sudah cukup," Aku menatap kosong perpustakaan pribadiku, kalau dengan merubah sifat saja aku tidak dipercaya. Haruskah aku berpasrah?.

Aku mengambil penaku, itu bukan cuma tentang ingatan seorang putra mahkota. Aku juga bertemu orang misterius, yang membuktikan jika aku adalah Halilintar tanpa bisa aku menyangkal lagi.

"Apa kamu berniat menghabisi diri sendiri lagi, pangeran?," aku menatap tajam, seorang pelayan didepanku yang sangat berani.

"Barones Ying aistela fein, anda tidak lupa kan?," Aku melempar buku itu, dan mata Ying berkilat. Tanda dia marah, mengingatkanku pada Ying yang membunuhku di stasiun luar angkasa karena fitnah seseorang.

Tegaskan sekali lagi, aku akan berdiri terakhir sendiri walau dengan tubuh mati rasa.

"Kau licik pangeran," aku tersenyum mistis.

"Tidak licik, jika saya harus jadi kucing mengemaskan. Nona Aistela, apa kamu lupa?. Jika wilayahmu di tanganku," Aku duduk sombong!. Jika jalur baik hati aku terbunuh, mari kita jadi villain sekarang.

"Dan kau tidak lupa, jika wilayah Viscountes Yaya reika gravien berada di genggamanku," Aku terkekeh melihat rautnya yang sangat kesal.

"Dan, Duke Fang Rio ersy. Setelah menunggu lama, akhirnya wilayah itu jadi milikku," Halilintar membalikkan kertas itu, meradanglah Ying.

"Anda keterlaluan!, anda lengser dari posisimu juga karena kesalahan anda sendiri Yang berusaha membunuh putra mahkota Taufan,".

"Kau banyak omong sekali, bagaimana bisa aku membawamu kesini?. Kelilingi kediaman ini 200 kali,". Sebelum dirinya memberontak, prajurit menarik keluar gadis itu, aku benar-benar muak. Aku memutuskan pergi menuju ruang rahasia, yang dimasa depan pangeran Ice menarik diriku untuk menjalani hukuman bakar.

"Pusing kepalaku," aku bersender di pintu sejenak.

"Jalanin aja, jika kebunuh lagi kan takdir," aku mendorong pintu ke kanan, lalu kututup saat aku berbalik berjalan.

Yang kulihat, danau kecil yang menyambung ke laut. Karena aku bosan, aku memutuskan untuk berenang di danau itu. Siapa tau, kemampuan renangku masih baik kan?.

Mataku membola, kenapa ada benda pedang merah di dasar danau ini?. Aku berusaha mendekat, tanganku terulur untuk mengambil pedang keren itu. Tapi aku terpental, hingga menabrak dinding danau. Sial, punggungku jadi sakit sekali.

"Fuah, aduh hampir aja gue pingsan. Tapi kenapa ada pedang disana ya?,".

Aku memutuskan untuk naik dari danau rahasia milik ibu, lalu aku menyelusuri tempat itu. Tidak terlalu peduli dengan baju basahnya.

'Jika Taufan sekarang putra mahkota, Kira-kira dia sudah membenci saya. Setelah ini, aku akan diserahkan ke Kaizo rei ersya yang seorang panglima perang kerajaan ini.

Dan dengan seenak jidat, duke Fang menjadi penyuruh dirinya. Tidak, seribu kali, diriku tidak rela. Jadi ayo cari tempat yang menantang maut!,'.

Katakan aku gila, aku masih berjalan menyusuri tempat ini sampai malam tiba. Ku dudukkan diriku dibawah pohon, tubuhku sedikit panas. Mungkin akan demam, sudahlah aku tidak peduli!.

"Kau disini rupanya," mataku terbuka, menatap mata biru sedingin salju. Mengingatkanku pada Ice, diduniaku.

"Ada apa?," Aku perlahan berdiri. Dia menatapku intens, terlihat tajam. Namun, itu tidak memengaruhi saya.

"Ganti bajulah dulu, kau diundang putra mahkota Taufan untuk makan malam di rumah kaca," Ice, orang itu langsung pergi. Aku dengan malas menuruti ucapannya, aku sudah bilang kan?. Aku sudah tidak peduli pada hidupku,.

Sekarang, kakiku berjalan ke tempat itu. Aku memakai jubah, karena aku merasa dingin tadi sore. Kubuka pintu itu, setelah diizinkan masuk oleh pelayan.

Mataku menatap datar ruangan itu, Taufan menyeringai. Dapat aku tebak, sesuatu yang diluar nalar akan terjadi.

"Selamat malam pangeran, terima kasih sudah memenuhi undangan saya. Bagaimana kabar kakak pertama?," Aku duduk, ku angkat teh untuk aku minum.

"Cukup baik, karena putra mahkota menghawatirkan saya," Aku mengecek minuman itu dengan mana yang aku punya, ada racun ternyata.

"Senang mendengarnya, kenapa tidak di makan pangeran?. Ada racunnya kah?," Taufan agak panik, aku menghela nafas ringan.

"Saya hanya menginginkan bubur saat ini, bolehkah saya pamit undur diri?," Taufan membiarkanku untuk kembali ke kediaman saya, yang jelas dia berusaha tersenyum tadi.

Sesampainya ke castil yang kutinggali, aku langsung melepaskan pakaian mewahku. Sekarang aku hanya memakai baju merah pendek dan celana pendek, ku buka sihirku. Nampaklah, ada alat masak disana dan bahan makanan.

"Diriku tidak boleh tumbang, sebelum membuat mereka tidak berdaya padaku," Aku mengunci pintu, dan bersiap memasak nasi goreng karena aku menginginkannya.

Tentang pelayan Baron's Aistela, dia dipekerjakan oleh Kaisar untuk Taufan. Beruntung rahasia ini tidak pernah ku beberkan padanya.

Tanganku cekatan, karena sebelum nya aku juga bekerja paruh waktu dari aku sebelum bekerja di Tapops.

Aku tersenyum tipis, aku memakan masakan ku dengan hikmat. Setelah selesai makan, diriku mencuci peralatan yang ku gunakan tadi.

Lalu memakaikan sihir transparan yang tinggi, aku tidak mau ini menimbulkan masalah dalam waktu dekat ini.

"Apa aku harus memasuki kediaman Duke, dengan bakat masak ku?," Aku menatap datar kesunyian di kediaman ini.

"Aku sebaiknya berlatih berpedang, akan sangat buruk jika aku tidak bisa berpedang," Aku mengambil pedang di sisi kamarku, dan berlatih di ruang latihan dikediaman ini.

Agak kaku, tapi aku memuji jika. Kemampuan berpedangku cukup memuaskan dengan diriku dimasa lalu.

Aku berbaring mengatur nafas yang tidak teratur.
Tok tok

"Yang mulia pangeran, kaisar memanggil pangeran untuk menemuinya. Bolehkah saya membantu?," Dari suara, dia Viera.

Reinkarnasi Menjadi Mantan putra mahkota (S2 END).Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang