Halilintar sekarang terdiam, saat 6 orang menatapnya dengan tajam. Saudara elemental tepatnya
"Jujur pada kami, selain kak Hali. Siapa lagi yang bukan diri sendiri yang asli," Solar masih menatap Halilintar yang diam saja menatap luar cendela.
"Bukannya maksud untuk bohongin kalian bertiga, tapi saya benar-benar Halilintar. Tubuh dan namaku persis sama, yang beda cuman zaman aku hidup," Halilintar kembali menatap datar mereka yang terdiam.
"Kebetulan macam apakah ini!," Ah, Blaze nampak frustasi, akan informasi besar ini.
"Jadi?, kalian akan bagaimana setelahnya?," Thorn takut, dia tidak dekat dengan Blaze dan Solar. Dia hanya sangat dekat dengan Gempa, namun fakta besar ini membuat dia terasa sendiri.
"Tidak perlu risau Thorn, kami berempat siap menjaga kalian. Walau aku hobi tidur sih," Ice menjawab dengan mamai (ngantuk).
"Jujur saja, kami bertiga tidak percaya," Sepertinya, ucapan Solar di setujui oleh Thorn dan Blaze.
"Tidak perlu membuat lelucon, kita tidak saling kenal sekalipun kalian pemilik nama saudara kami bertiga," tatapan Blaze sinis, namun hanya Gempa yang merasa tidak enak hati.
"Bagi kita berempat waktu untuk menjaga kalian, kesempatan kedua. Biarkan kami berempat tunjukkan ikatan erat persaudaraan kami," Gempa terlihat takut, saat suara mesin di kepalanya berbunyi nyaring.
"Pegang janji kami berempat, untuk keselamatan kalian semua," Taufan angkat bicara, dia juga sedikit tersenyum.
"Okay, kami beri waktu. Disaat kita aman, kita akan berunding untuk masalah ini. Aku harap kesempatan itu digunakan dengan baik oleh kalian," Setelah berfikir tentang imbasnya, akhirnya Solar menyetujui untuk kesempatan kedua. Bukan Solar saja, Thorn dengan mengangguk tersenyum cerah dan Blaze yang sedikit cemberut. Untuk kali ini mereka berempat senang di dalam hati.
"Jadi, apa kelanjutan rencana kalian?, " Solar benar-benar masih waspada.
"Itu rahasia, seseorang sedang mendengarkan pembicaraan kita," Halilintar melemparkan pedangnya, dan mengenai perut orang itu. Otomatis, darah keluar banyak membasahi lantai.
Yang lain hanya bergedik ngeri, atas aksi dari seorang Halilintar. Halilintar masih waspada, mengeluarkan sihir petir merah ditangannya selama men - dekati sosok penyusup. Jangan lupa dengan wajah datarnya.
"Mati?," Muka dinginnya berganti waspada dengan gerakan kilatnya, Halilintar berhasil membuat kubah dari sihir petir merah.
"A - apa itu tadi?," Blaze memegang dadanya, terkejut sosok hitam tersambar mati didepannya.
"Itu nanti Blaze, kak sekarang bagaimana?," Ice menenangkan Blaze yang masih shock berat.
"Aku dan kak Hali bertahan dan menyerang, dan kak Taufan ikut aku. Dan Ice, jaga ketiga adik kita dari jauh. Kalian semua juga boleh bantu, asalkan tidak berlebihan," Gempa berbicara, setelah mendapatkan kepercayaan sang sulung. Dan Halilintar fokus mencari kelemahan atau kehebatan dari kelompok yang didepannya ini.
"Okey, laksanakan," Mereka serempak mengangguk.
'Semoga saja, kali ini kalian semua selamat,'.
Akhirnya, sekitar 10 menit mereka bertarung. Mereka akhirnya menang dan bisa bernafas sedikit lega.
Ya, karena wajah Halilintar tidak menunjukkan kelegaan.
Brugh
"Au," Suara benda jatuh dan ringisan seseorang membuat ke 7 orang terkesiap. Dan Halilintar, Taufan, Gempa dan Ice berlari menuju suara itu.
"Kok ada disini sih?, bukannya tadi sedang baca novel di kamar," orang itu mengerutu dan bangkit untuk ber - diri.
"Loh Boboiboy?," Yang dipanggil diam terpaku, teori liar sudah memenuhi otaknya saat ini.
"Eh kalian?, kok bisa keluar?, ini sebenarnya kita dimana," Dia panik dan takut, sudah lama aku tidak bertemu tuan Boboiboy.
"Selamat datang di kingdom Elemental tuan, tuan berada dirumah kami tentunya,". Halilintar bersikap seperti prajurit yang menumpukkan kakinya tanda hormat, Boboiboy yang shock cuma bengong. Dia baru pindah loh, udah dibuat pusing saja
"Senang bertemu lagi dengan tuan, terimakasih sudah menjaga kami di masa depan," Gempa juga ikutin Halilintar, Boboiboy kembali menatap Taufan yang ikutan seperti Halilintar dan Gempa
"Yah, berkatmu. Kami seperti saudara yang hidup lagi, berterimakasih untuk segalanya tuan,".
"Seperti mereka bertiga," Ice sedikit tersenyum, menyaksikan stres yang di alami oleh mantan tuannya?.
"Apa sih sebenernya, kalian ini pakai baju khas pangeran kerajaan dan pakaianku... Jangan memberiku hormat seperti itu, tidak cocok okay? " Dia meringis malu, saat hanya menggunakan hodie jingga celana abu - abu panjang serta sepatu keth putih Abu-Abu.
"Cocok aja, kan memang tuan yang ter - baik. Ngomong- ngomong kenapa tuan bisa disini?," Taufan mendekati Mantan tuannya, disusul ke tiga yang lain. Sedangkan Solar Blaze dan Duri tercengo melihat perubahan dari mereka terkhusus Gempa dan Halilintar yang tersenyum manis.
"Kurang lebih, sedang istirahat di kamar markas setelah melakukan misi. Jika kalian nyata begini, aku tidak yakin apakah itu berpengaruh pada mereka (kuasa di jam),".
"Tuan tidak perlu menggunakannya terlalu melampau, kami semua bisa sendiri. Jadi biarkan Gempa dan yang lain jaga tuan disini sampai dijemput,"
"Okey, terimakasih Gempa. Ngomong - ngomong, kenapa mereka bertiga berbeda?," Yang ditunjuk, mengang - kat sebelah alisnya heran. Dan Halilintar menghela nafas.
"Mereka bertiga belum pernah bersama kita, dengan kata lain saudara Solar Blaze dan Duri memilih tidak ikut kembali hidup seperti manusia sebagai Pangeran," Ice buka suara setelah terdiam cukup lama.
"Tetapi mereka adalah masa lalu, dari elemental yang ada di jam kuasa tuan, " Halilintar menimpal, sambil menyandarkan kepalanya pada Boboiboy yang kurang siap.
"Ah begitu. Hai, aku Boboiboy. Aku seorang penguasa tujuh elemental, usiaku adalah 16 tahun. Senang bertemu kalian," Boboiboy sedikit tersenyum manis, rasa canggung menyelimuti dirinya. Dan dibalas canggung juga oleh yang lain.
"Ish, jangan memonopoli tuanku Alin, " Taufan mendorong tubuh Halilintar dan langsung memeluk Boboiboy yang sudah pasrah.
"Ck, dia juga tuanku. Bukannya tuan tercintamu itu Kuputeri ya?," Mendengus sebentar, Halilintar duduk di sofa.
"Berhentilah bertengkar, atau telfon ni bersarang di kepala kalian," Gempa dan kesayangannya sungguh mengerikan.
"Jadi maksudmu, dimasa depan kita berubah jadi sebuah kuasa?," Solar bertanya, dan itu membuat suasana jadi hening.
"Kau akan tau di masa depan Solar,".
KAMU SEDANG MEMBACA
Reinkarnasi Menjadi Mantan putra mahkota (S2 END).
Short StoryKumpulan jiwa transmigrasi