Taufan itu kah?

146 20 5
                                    

Setelah kejadian kemarin, raja memperketat istana. Pemilihan ksatria dilakukan secara ketat juga.

Berbeda dengan suasana istana yang waspada, sosok pakaian biru dengan santainya memakan cemilan di temani tembok datar //plak//. Ehem, maksudnya Halilintar.

Sedangkan Halilintar sendiri, ingin rasanya melemparkan kursi ke muka songong orang didepannya. Bagaimana bisa dirinya kejebak sama makhluk ajaib kaya Taufan yang sekarang menjabat jadi putra mahkota?.

Beberapa jam yang lalu.
Kejadian kemarin, membuat sifat Gempa jadi aneh. Beberapa kali itu anak mencoba kabur dari istana, dan berujung kena mantra ayah buat diam.

Aku sendiri akan ke perpustakaan istana, tidak mempedulikan bajuku yang agak kotor entah aku darimana mendapatkan itu.

"Hei Alin, ikut aku makan cemilan. Jika tidak mau, hukuman gantung resikonya," itu Taufan!, mana orang nya ketawa lagi. Beda banget sama ucapannya yang ngeri gak main-main.

Aku hampir menjawab, tapi tangan aku kena tarik ni anak. Oleng sih, tapi ngak sampai jatuh.

"Makan Lin, kalau enggak aku makan semua," anak itu duduk, minta para dayang buat ngipasin dia. Songong banget kan ni anak?.

Aku?, makan sedikit. Karena Taufan makan roti, sedangkan aku tidak terlalu suka manis.
"Kok kamu tidak membantah Lin?," Semakin datarlah wajah aku.

"Hm," dan dibalas tatapan super julid olehnya, kok jadi mirip Ufan yang disana.

"Kamu itu kalau ditanya harus jawab, jawaban kaya gitu orang awam gagal paham," Dia mode ngomel, malas banget dengerin omongannya.

"Ya, makan," Kata terakhir, ku tambahkan kala dia mau protes jawaban singkat aku.

Kami akhirnya diam, sambil makan cemilan. Tenang, aku suka itu.
"Kak Ufan, kak Ice tengelam kak,". Akhirnya, kami berdua ngikutin pakaian hijau. Dia Thorn, anak ke enam raja.

Betulan?, si Ice ngapain aja sih kok sampe tenggelam?. Yah, sebelum banyak nanya. Pilihan pertama adalah nyelametin tuh anak, kalau mati gimana?. Itu kan taruhannya nyawa.

"Itu kak Ufan, tolongin," Thorn hampir nangis dibuatnya, Ice nya ngak keliatan.

"Gimana yak, Aku juga tak bisa renang Thornie," Nah kan, Taufan ikut panik, aku langsung loncat ke danau itu. Tidak perduli jika Thorn boong, dan berakhir gua juga tenggelam.

'Tolong bertahan, biarin gua selamatin elo Icy,' batin aku yang merasakan perih pada lengan terluka kemarin.

Dalam kehampaan air danau, akhirnya aku menemukan sosok biru itu. Yang tersenyum, dia itu sadar apa pasrah sih?. Aku mendekat untuk mendekap tubuh Icy yang mulai terasa sedingin es batu. Kami akhir nya berhasil keluar dari danau, dengan Ice yang pingsan.

Para pelayan yang melihat kemunculan 2 pangeran, langsung membawa Ice untuk dirawat. Sedangkan Aku, Halilintar. Sedang tiduran mengambil nafas, ck mirip ikan keluar dari air.

Sebuah seperti handuk terlempar ke mukaku, aku perlahan bangkit. Ternyata, itu dari Taufan. Mana muka nya khawatir banget, ingin ketawa ngakak liat komuknya.

"Ehem, karena saya kakak kedua. Kakak pertama harus mandi sekarang, ini perintah pertama dari saya," Aku mengangguk ki saja, menuju ke kediaman dan menahan tawaku. Taufan itu benar-benar mood booster nggak sih?.

'Jadi benarkah, kalau lu itu adalah Taufan yang itu?,' aku terus berjalan santai, walaupun dikejar para pelayan bawa selimut tipis untuk aku tidak kedinginan. Itung itung olahraga ya kan?.

Matahari sudah terbenam sekitar 2 jam yang lalu. Aku masih berbaring di kasur, karena tiba-tiba pusing. Seriusan?, apa karena tidak ikut makan siang?.

"Ini nih, gak dengerin omongan Gempa buat makan. Nah kan sakit," gumamku, yang aku rasakan hawa panas, nafas pun panas, padahal aku langsung mandi loh. Pakai air hangat.

"Tidur aja lah, gua jadi rindu saudara - saudara gua yang ucul nya ingin ditinggal di Antartika,". Ya, akhirnya Halilintar tidur juga, sampai-sampai pintu yang diketuk oleh 3 orang tidak menganggu tidur si sulung. 3 orang itu adalah Taufan, Raja Amato dan Thorn.

Disebalik pintu
"Tidak ada penjaga yang bertugas?, apa pangeran pertama kehilangan haknya?," Raja Amato berkata dengan dingin, di istana putra sulungnya tidak ada orang. Sangat sepi, sehingga jika suatu saat Halilintar mati akan lama ketahuannya.

"Ayah, sesuai undang - undang berlaku. Jika kakak pertama dicabut hak nya, sampai gelar putra mahkota di sandang lagi olehnya," Taufan akhirnya membuka suara.

"Lalu, dia makan dari siapa. Bahkan dia tidak keluar ke dapur istana," Thorn mengangkat tangannya, lalu berkata.

"Thorn beberapa kali melihatnya turun langsung ke kebun dekat rumah kaca Thorn, sambil membawa sayuran mentah," Raja dibuat bingung, belum selesai masalah Gempa sekarang bertambah dengan putra sulungnya.

"Kalian kembali ke kediaman, ayah akan carikan kakak kalian prajurit berkualitas dan pelayan, tunggu kabar baiknya. Soal bayi perempuan yang mengemparkan istana, sekarang dia ditempatkan di per asingan daerah selatan istana bersama dengan pelayan yang mengurus Halilintar selama ini,".

Taufan dan Thorn mengangguk, melirik sekilas istana yang suram lalu berbalik. 'Bagaimana bisa kakak pertama bertahan dalam istana yang suramnya bikin bulu kuduk berdiri.

Sebelum raja pergi, pelayan dan prajurit yang bertugas berlari untuk menyapa raja mereka.
"Salam kepada Yang mulia raja simbol kedamaian dan semoga diberkati," Mereka menunduk.

"Kalian tau apa kesalahan kalian?, walau putra sulungku dalam masa hukuman. Salah satu kalian harus menjaganya, apakah kalian paham," Wajah raja terlihat marah, mereka semakin meminta maaf.

Tiba-tiba pintu terbuka, menampil kan Halilintar dengan rambut yang seperti terkena badai. Namun ketampanan sepertinya tidak diluntur kan oleh rambut berantakannya.

"Berisik sekali, apa yang terjadi?," Halilintar beberapa kali mengerjap kan matanya berusaha melihat dengan jelas.

"Salam kepada Yang mulia raja, apa ada yang Anda perlukan dari saya?," Halilintar memberi salam setelah sadar, dia tidak mau cepat mati ya.

"Apa kamu sibuk putraku?, kamu bahkan berantakan," Raja ini berniat mengejek ya?, jelas-jelas dia selalu di penuhi berkas. Yang Taufan tolak untuk menerimanya, dengan kata lain Taufan memanfaatkan Halilintar.

"Cepat katakan dengan jelas, jika diperintahkan untuk melepaskan jabatan pangeran aku tidak akan menolak," Halilintar menatap datar.

Tiba-tiba bahunya dicengkam kuat oleh ayahnya. Sedikit meringis, Halilintar lalu menatap datar.

"Apa kamu berpikir, jika kamu bisa bebas dari ayah setelah apa yang kau lakukan pada adikmu Taufan?," Dia terlihat menahan amarah.

"Tidak," Halilintar menatap semakin datar, dirinya sangat terganggu karena kebisingan tadi. tau!

"Ambil posisi putra mahkotamu dan terima perjodohan, aku akan melupakan jika kamu berniat keluar dari bagian keluarga kerajaan,".

"Setelah apa yang terjadi menimpaku anda bersifat seperti ini?, lebih baik turun tahta daripada menyita waktuku yang 1001 kali lebih berharga raja yang bijaksana,". Halilintar pergi meninggalkan raja yang melampiaskan amarahnya ke dinding.

Reinkarnasi Menjadi Mantan putra mahkota (S2 END).Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang