Halilintar menatap datar, dia ada di sebuah danau yang lumayan jauh dari koko tiam tok Aba. Bukankah dirinya sudah mati?, lalu dia ini kenapa?.
"Kok gua ada disini?, bukannya tadi gua sedang istirahat?,". Halilintar memilih untuk melanjutkan perjalanannya.
Mata merah itu menelusuri hutan lebat yang dua kali lipat bikin orang tersesat. Halilintar seringkali duduk hanya untuk menyadarkan otaknya yang bisa - bisa nge blank.
Langkah nya terhenti saat Halilintar mendengar suara familiar dari saudaranya.
"Hiks, kak Alin. Kak Ufan kak Gem di bunuh hiks. Icy takut kak, Icy masih butuh kasih sayang kalian hiks. Kak Blaze hiks, dia berubah jadi pemurung. Icy ngak kuat, Solar dan Thorn sering halusinasi melihat korang bertiga sapa kami hiks. Aku dan kak Aze harus mengiyakan halusinasi diorang, Icy ingin menyerah. Icy tidak sekuat yang kalian bayangkan, Icy ingin istirahat hiks,". Itu Ice, aku melirik badanku yang hampir menghilang, aku peluk die elus dia. Dan berbisik kat dia.
'Adik kuat, abang bangga Icy. Kasih sayang kita bertiga melimpah untuk korang sama rata, pergilah 8 langkah ke jalan kanan. Pulang, dan bukalah itu dirumah bersama adik kau tuh. Abang Alin pamit, Abang menyayangi Icy tanpa Icy tau seberapa besar sayang nya. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh adik favorit abang,'
Ice tau, abang Alin bangga pada dia. Menyayanginya dan saudara yang lain, namun mendengar suara Alin membuat air mata membasahi pipinya semakin deras. Ayo Ice, kamu boleh kumpulkan mereka untuk bahagia bersama!. Sebelum salam perpisahan tergelar lagi.
Ice memenuhi arahan Halilintar, dan pulang kala malam tiba. Rumah itu gelap gulita, hatinya berdetak lebih kuat. Perasaan was - was tiba, tolong biarkan mereka bahagia bersama satu kali ini saja.
Kaki yang tergores ranting, Ice biarkan. Air mata turun kembali bersamaan hujan deras, menatap kosong ruang tamu rumahnya yang dipenuhi sarang Laba-laba dan banyak sekali pecahan kaca.
Sadar - sadar Ice lah yang selama ini berhalusinasi tingkat tinggi, dia benar-benar baru bangun karena disadarkan Alin.
Dia yang selama ini membujuk Blaze makan, dan mengatakan Solar dan duri yang selalu berhalusinasi. Itu semua hayalan dari Ice. Kali ini Ice menatap kosong, air matanya sudah kering.
"Maaf bang Alin, maafkan aku semua. Melihat kalian pergi dimataku satu per satu membuat aku tanpa sadar berhalusinasi, kak Alin terimakasih sudah menyadarkan aku. Ternyata tetangga yang selalu mengatai aku gila itu benar hiks, rumah ini seperti rumah kosong padahal aku tinggal di sini. Selamat tinggal kalian, suatu hari nanti kita akan bertemu kembali," Ice memegang boneka paus yang sudah coklat karena tidak ada orang yang mencucinya, setelah kematian Gempa. Berjalan pergi, meninggalkan rumah penuh kenangan yang sekarang jadi rumah kosong.
Tidak berjarak jauh, sebuah bus yang diduga rem blong menabrak tubuh Ice yang kala itu tidak bisa menghindar. Akhirnya dunia ini sudah memasrahkan dirinya untuk di bawa kepelukan abang-abangnya.
Mata Ice berpaling menatap rumah kosong itu, yang dihuni dirinya sendiri selama 3 tahun. Disana, saudara - saudaranya tersenyum mengulurkan tangan mereka untuk menyambutnya.
Pandangan buram, Ice hanya bisa menangis dan tersenyum untuk Saudaranya. Akhirnya penderitaan dirinya berakhir, sampai sini saja kehidupan Ice di dimensi ini.
Halilintar yang belum menghilang, tersenyum bahagia dan sedih. Bahagia karena Ice sadar dia hidup sendiri, dan tidak tersiksa akan kesendirian. Dan sedih, karena Ice yang menangis dan tersenyum diakhir hembusan nafasnya.
'Selamat tidur beruangku, dan bangunlah saat kamu bangun. Kita akan bertemu suatu saat nanti,' aku menghilang sepenuhnya, dan samar- samar orang berteriak untuk membawa adikku ke rumah sakit.
Ternyata ini tujuan aku kembali walau jadi roh, menyadarkan Ice dari Halusinasi yang bahkan aku takut menghadapinya.
Jauh dalam hatiku, aku penasaran kehidupan adikku yang lain. Kehidupan Thorn aku dapat melalui mimpi, sampai meninggalnya anak itu karena diculik musuhku. Dan Ice, anak yang selalu tidur dimana pun. Tidak sadar jika hidup sendiri selama 3 tahun, hanya keluar saat akan makan. Karena Gempa di halusinasi nya tidak pernah masak.
Sebagai kakak mereka aku hanya bisa meremat dada, rasa bersalah merasuk semakin dalam. Ini baru kehidupan 2 adik, masih ada 4 untuk tau seberapa gagalnya aku jadi tempat cerita mereka.
Ayah ibu, maafkan aku. Aku gagal jadi kakak terbaik mereka, apa kalian memaafkan kesalahan aku?.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reinkarnasi Menjadi Mantan putra mahkota (S2 END).
Short StoryKumpulan jiwa transmigrasi