Selidik

153 20 1
                                    

Semua orang terdiam, saat Halilintar turun bersama Alin kecil berusia 2 bulan. Bukannya nggak cocok, malah terlihat cool khas sugar daddy.

"Ehm, maaf jika telat," Halilintar duduk.

"Baik, sarapan pagi dimulai," ucap raja yang mulai memimpin sarapan pagi dengan tenang.

"Apakah ada pergerakkan dari Baron
Aistela?," tanya raja, setelah semua orang sudah kembali ke kamar.

"Selain nona Ying yang melayani putra mahkota, mereka belum bergerak yah," Halilintar menjawab, tatapannya sesekali ke putrinya.

Raja mengerti, menatap bayi kecil yang sesekali tersenyum merekah.
"Daripada Alin tinggal di Istana Beku, kenapa dia tidak menempati istana pangeran dan putri?," Halilintar menggeleng untuk menolak saran tempat tinggal untuk putri kecilnya.

"Aku tidak mau Alin terlibat dalam perebutan tahta di masa depan, dia sudah dalam bahaya karena jadi putri ku," Halilintar mengucapkan dengan nada dingin, menatap raja yang berekspresi berubah-ubah. Membuat Halilintar was - was sendiri.

'Gagal sudah rencanaku untuk menjadikan Alin ratu dimasa depan, tidak apa. Itu masih lama, siapa tau nanti di masa depan bakalan ikut.

"Apa kabarmu sudah membaik?,"

'Baru sekarang nanyain?, nggak terlambat?,' Halilintar harus meng - endalikan emosi, lalu menatap raja.

"Lumayan membaik, ayah tak perlu khawatir. Alin tertidur, saya pamit untuk istirahat," Tatapan mereka berdua tertuju pada Alin yang tertidur, raja akhirnya membiarkan mereka berdua untuk istirahat.

"Waktu bersenang - senang sudah habis, masa untuk pembantaian di mulai. tunggu saja!,". Seseorang itu menghilang dalam kabut asap hitam.

Setelah aku menuju di kamarku bersama Alin, aku merasakan sesuatu yang buruk.
"Seperti ada badai sebelum keadaan setenang ini," Gumamku yang sudah memindahkan Alin, aku memanggil pasukan bayanganku yang aku sendiri yang membuat. Orang - orang ini juga adalah ksatria dari Kerajaan lain yang ditawan oleh putra mahkota terdahulu (Sebelum Halilintar transmigrasi).

"Shadow world diamond, selidiki daerah terpencil kerajaan ini. Seseorang telah menyusup istana, laksanakan," Halilintar memberi perintah, dan dengan sigap mereka menjawab dengan tegas. Lalu pergi menghilang, bagai tidak pernah dikunjungi orang lain.

"Lebih baik baca novel aja gua mah," Halilintar duduk di sebelah ranjang, kita tinggalkan Halilintar dengan novelnya.

Gempa tidak berhenti tersenyum senang, kala sistem berhasil mendapatkan upgrade juga Yaya yang entah bagaimana melaporkan sesuatu yang tidak mungkin dilakukan pangeran Halilintar.

"Tepat sasaran!, sistem apa kondisi abang Hali?," Tangannya memainkan bunga yang sudah mekar indah.

DING
DING

Nama: Halilintar erzan Arthropoda kondisi tubuh: sehat
Kondisi jiwa: takut, waspada, lelah
Elemen: Petir tingkat tiga hitam

"Tuan Halilintar sedang membaca buku tuan Gempa,"

"Emosinya takut?, apa yang ditakutinya?,".

"Data diperbarui, sesaat menit lalu tuan Halilintar menyuruh sebuah pasukan. Drttt, untuk menyelidiki seseorang," Gempa masih keheranan, jadi dirinya memikirkan jauh disana.

"Apa yang sedang kamu selidiki bang?, sampai sistem dibuat agak rusak saat menyampaikan sesuatu?,". Gempa menatap ruangan Ice, yang orangnya bolak - balik seperti menunggu seseorang.

"Sifat Ice aneh banget, sistem apa kamu tau dia kenapa?,"

"Untuk emosi tuan Ice sedang khawatir, mungkin ada kaitannya pada abang tuan?,"

"Hm, bisa juga tuh sistem. Okey, apa aku sudah boleh istirahat?,"

"Istirahatlah tuan,"

Ice pov
Yang gua inginkan itu abang Hali nggak ikutan gila, ngelakuin hal sama seperti yang diceritakan olehnya di dalam novel.

"Ngapain ngak ngabarin Ice buat di mintai tolong, jadi khawatir luar dalam kan akunya,". Para pelayanku juga sudah memperingati untuk aku tidak mondar-mandir ga jelas gini.

"Kalian bawakan cemilan," Mereka berdua pun pergi, tersisa 1 pelayan. Aku duduk, lalu menatapnya.

"Panggilkan nona Elaya kemari secepatnya," Pelayan itu segera pergi setelah pamit, dan Ice memegangi dahinya yang sakit.

"Setelah bertemu dia, aku harus tidur, ". Ice sesekali menatap es abadi di luar sana yang tampak mengagumkan.

Solar termenung, hatinya merasa aneh saat ketiga kakak tertua dan Ice jadi aneh. Kenapa dia tau?, kan dia satu - satunya yang suka tidur sangat telat. Pandangannya menatap Thorn dan Blaze yang tidak merencanakan sesuatu untuk menjahilinya atau Ice.

"Kenapa kalian berdua main sendiri akhir - akhir ini?," Solar melipat buku yang sudah di masukkan ke ruang penyimpanan, berjalan mendekati mereka berdua.

"Oh Solar, sini duduk," Thorn dengan semangat menyambut, dan Solar duduk ditempat yang Thorn tunjuk.

"Kakak tertua sibuk, apalagi kak Taufan yang jadi putra mahkota. Cih aku jadi benci ke pangeran pertama karena penyerahan posisi itu, apalagi Ice nampak dekat dengannya," Blaze menjawab dengan nada tidak suka yang sangat jelas.

"Kak Gempa juga seperti orang yang menghawatirkan sesuatu, aku saja di tanggapi oleh kak Gem dengan seadanya," Thorn menunduk, sedih dia tuh.

"Aku merasa sih, apa kalian ingin menyelidiki mereka yang berubah?," Solar memang bisa melakukan sendiri, tapi kasihan melihat mereka berdua yang main hanya berdua saja.

Nampak tertarik, mereka yang diajak Solar tersenyum menanggapi.
"Kami berdua tidak memiliki ajudan sendiri (milik dirinya tanpa ikut campur orang), jadi kami berdua siap membantu," Senyuman Solar mengembang, membuat rencana dalam penyelidikan.

"Setuju?,"
"Setuju," Akhirnya Solar bergabung untuk main pertama kalinya bersama mereka berdua.

Next chapter
"Lu bukan dia, dimana pangeran pertama yang asli hah!,"

"Ini nggak mungkin kan?, kebetulan jenis apakah ini?,"

"Maaf, kami akan menjaga kalian,"

"Menjaga kami bertiga?, jangan melawak!,".

Nantikan kelanjutan mereka, di update seterusnya.

Reinkarnasi Menjadi Mantan putra mahkota (S2 END).Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang