"Sesuai yang di tulis, adik - adik. Sekarang tidur, sore telah tiba,". Dan Taufan sedikit menatap sendu kamar sang kakak, namun dia memilih berbalik dan menutup pintu.
Taufan kembali melihat cendela, dia masih punya tumpukkan kertas sebelum dia pergi latihan. Betapa menyebalkannya tumpukkan kertas itu, jadi ini alasan kak Halilintar marah saat diganggu.
"Yang mulia Putra Mahkota, saya men - yampaikan jika pergerakkan Duke Gravien terdeteksi,". Taufan menghen - tikan menandatangani berkas.
"Laporkan secara rinci,".
"Duke Gravien ditemukan sedang negosiasi dengan sosok berjubah, ada hawa hitam di sekitar sosok berjubah. Mereka bertemu pertama kali saat pangeran Halilintar pergi ke selatan, dan kami menduga yang membunuh pangeran adalah sosok itu," Taufan mengetuk dagu untuk berfikir, jauh di sana. Taufan mempercayai Halilintar gugur di medan perang, dan satu sisi dan sangat kuat sebenarnya Halilintar masih hidup.
Namun, kemungkinan itu sama saja, sosok itu bisa jadi alasan yang Taufan tidak tau. Dengan wajah datar Taufan berkata
"Mungkin saatnya kita bertindak, temukan markas orang berjubah dan tangkap mantan Duke itu. Orang tua itu masih merepotkan untuk diatasi,"."Siap laksanakan,". Dengan itu, Taufan bisa sedikit santai sambil mengerjakan tumpukan yang tinggi nya mencapai wajahnya.
Selamat bersenang-senang Taufan, berbeda dengannya. Ice masih diam mengawasi perilaku Alinsyah yang tidak menunjukkan sesuatu yang salah.
Selain anak kecil itu menyukai warna merah, anak itu tidak melakukan sesuatu yang berubah menjadi lebih buruk.
"Alin, mau minta Ice cream?,". Ice me - ngatakan dengan malas, beruntung yang lain sedang sibuk. Jadi Ice ter - bebas dari sumpah serapah dari Blaze kakaknya.
"Paman Ice tidak keberatan?," Alin menatap dengan memiringkan kepala, tanda bingung. Heran dia, pamannya kan protektif dengan minuman itu.
"Tentu saja, kau mau?. Mau yang mana?,". Ice sudah menguap lebar, tanda rasa kantuknya tiba. Alin sedikit terkekeh
"Tidur saja paman, sepertinya kamu lelah dari biasanya. Aku akan meng - ambilnya sendiri,".
"Jika kau mengatakan itu baiklah, per - hatikan tingkahmu Lin," Sang punya nama hanya mengangguk singkat.
Namaku Alinsyah putri angkat mantan putra mahkota. Sangat tinggi kan?, tapi jika mereka mengusirku aku akan jadi rakyat jelata.
Sekarang usiaku sekitar 5 tahun, sebenarnya aku bukan dari dimensi ini. Aku dari bumi yang terdapat pahlawan, dia adalah kakak Boboiboy. Aku selalu mengagumi wataknya, dan terakhir aku sedih saat kak Boboiboy dengan rela menyerah kan hidupnya ke 7 elemental yang pernah ku lihat. Sampai akhirnya mereka satu persatu mati, dan keluargaku memutuskan untuk pindah ke kota lain. Namun na'as, mobil yang kutumpangi terjatuh ke tebing.
Dalam di ujung kematian, dalam benakku meminta maaf pada orang tuaku dan meminta maaf pada seluruh teman kelas. Lalu memikir - kan Atok Aba yang sekarang tinggal dengan putranya, benar.
Laksamana Amato memutuskan resign selamanya dari Tapopps, setelah meninggalnya Ice yang menga lami delusi parah saat itu.
Juga tok Aba sebenarnya demam tinggi dan di bawa ke rumah sakit, dan bertahan disana selama satu minggu. Hingga akhirnya merasa ber - salah karena Ice cucu satu - satunya yang tertinggal telah meninggal.
Yup benar, aku Pipi Zola. Putri Intan payung indah Zulaikha odelia ladasia absari (jika salah, komen yang bener).
Tebakkan kalian benar ngak?.Aku pindah ke tubuh ini dari bayi, awalnya aku takut di tempat kumuh yang rawan buaya ada. Berterima - kasihlah pada mantan putra mahkota Halilintar yang membawa tubuh ini ke istana ini.
Walaupun sebenarnya aku dan kak Halilintar tidak sedekat seperti dengan kak Boboiboy, tapi aku merasakan perasaan hangat dalam gendongannya. Perasaan hangat itu terlalu familiar seperti milik kak Boboiboy, dan benar saja dia lebih lembut dari Halilintar di duniaku dulu. Memprioritaskan aku di atas rapat para saudaranya, aku bahagia karenanya
Sampai saat itu tiba, rasa hangat yang kurasakan sedikit berkurang. Aku bingung menangis untuk meminta informasi tentang perginya pak Hali ke medan perang, aku tidak bisa men - gucapkan dengan jelas. Seperti mulutku telah di bungkam dalam waktu yang lama, beruntung kepeka an putra mahkota Taufan sangat tajam.
Tapi itu benar-benar buruk, Halilintar sama-sama pergi yang pertama entah yang dulu maupun sekarang. Apa aku bisa menjaga saudara dari ayah angkatku sebagai Alinsyah?, aku tentu akan mencobanya.
Tidak kusadari, bahwa aku melakukan posesif pada 6 tersisa. Maafkan aku semuanya.
Lamunanku buyar, saat kak Taufan ingin mencari orang misterius. Aku dengan cepat pergi mengenggam pedang kayuku, mengikuti bawahan putra mahkota Taufan tadi. Tidak lupa meletakkan sepucuk surat, aku izin untuk ke panti asuhan yang sering kita jumpai. Untuk tiga hari, dan jika mereka masih mengkhawatir - kanku aku akan terbongkar karena berbohong.
Pamanku, Ice juga tidak lama di - panggil ke ruangan Paman Taufan. Tanpa kusadari paman Taufan menyuruh spirit yang berbentuk kupu - kupu untuk mengekoriku, aku tidak sadar sampai ada dinding penghalang biru. Mencegah seorang bandit menyerangku diam-diam, aku tersentak sampai terjatuh. Rasanya jantungku akan keluar dari tempat nya.
"Sial, ini sihir pelindung yang mulia putra mahkota, ayo cepat pergi,". Sang bandit akan pergi, namun sulur itu mengikat erat bagian tubuhnya. Dan sang bandit berteriak dengan gelisah dan rasa takut yang memuncak, sehingga dia mengatakan sesuatu yang menjadi petunjuk kami.
"Maafkan saya, saya dan teman saya yang menemukan botol mencuriga - kan. Karena saya takut mati, mendorong temanku dan temanku mati setelah itu isi botol mengenai pangeran Halilintar yang lama kelamaan menghilang seperti debu,".
Taufan maju, wajahnya sangat datar. Dengan ketakutan bandit itu menjawab
"Ini yang mulia, saya disuruh melakukan ini. Karena rasa iri mantan Duke Gravien pada pangeran Halilintar," Bandit itu menunduk.Dengan cekatan botol itu ditangan pangeran Solar, yang segera memasukkan ke cincin penyimpanan.
Dan dengan tidak berperasaan pangeran Thorn memenggal orang itu, aku rasa karena tangan paman Gempa yang menutupi mataku tapi tidak dengan telingaku. Sehingga aku tau apa yang harusnya aku tidak pernah dengar.Dan kami kembali tepat petang hari, aku harus mendengarkan omelan pangeran Gempa yang menunjukkan mereka semua mengkhawatirkanku.
Aku yang tidak berdaya, hanya memainkan jariku dengan menunduk sambil minta maaf. Dan akhirnya mereka berhenti, saat waktu makan malam tiba dan kami istirahat setelah nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reinkarnasi Menjadi Mantan putra mahkota (S2 END).
Short StoryKumpulan jiwa transmigrasi