TUJUH

3.7K 144 12
                                    

"Bagiku persahabatan adalah persaudaraan tanpa syarat.
Oleh karena itu, aku tidak ingin ada lagi yang menyakitimu."

- Bella Zalfa Azalea -

*
*
*
*
*

Radhit pindah ke meja yang di duduki oleh teman temannya.

"Azura mana?" Selidik Bella.

"Tadi pamit ke kamar mandi dulu." Jawab Radhit.

"Kok kebetulan banget, Arumi juga lagi ke kamar mandi. Jangan jangan..." Bella langsung berdiri dari kursinya hendak menyusul Arumi.

"Bel tunggu." Cegat Sekala.

"Apa Kal? Gue mau nyusul Arumi." Ucap Bella sedikit khawatir.

"Nanti Arumi juga balik lagi kok. Lo tunggu aja disini, Bel."

"Tapi disana ada Azura, Kal. Gue takut dia apa apain Arumi."

"Azura gak akan ngapa ngapain Arumi, gue jamin itu."

"Iya, Bel. Zura gak bakal ngapa ngapain Arumi kok. Dia cuman pengen ke kamar mandi aja, gak lebih." Kali ini Radhitya yang berbicara.

"Kalo Azura punya niat jahat sama Arumi, gimana? Lo mau tanggung jawab Dhit?" Ucap Bella sedikit emosi pada Radhit.

Arya, Erwin, Kamila dan Almira melihat ke meja yang diduduki oleh Bella dkk.

"Mereka pada kenapa, ya." Tanya Kamila dengan raut wajah bingung.

"Gak tau Oma, kayaknya mereka lagi berantem deh." Jawab Almira.

"Ya udah kalian lerai mereka." Perintah Kamila pada Erwin dan Almira.

"Jangan, urusan anak muda. Biar mereka yang selesain masalah mereka sendiri." Ucap Arya.

"Iya, Opa bener. Masalah anak muda jangan di ganggu. Oma sama Bunda tenang aja, mereka pasti bisa nyelesain masalah mereka sendiri kok." Timpal Erwin.

Kembali ke meja Bella dkk.

"Ya udah gini aja, kalo sampai 10 menit mereka gak dateng dateng kita samperin aja mereka ke sana." Pendapat Arsen.

"Gue setuju." Ucap Bagas yang di angguki oleh Sekala dan Radhitya.

Semua orang melihat pada Bella. Merasa ditatap oleh teman temannya, mau tidak mau Bella menyetujui pendapat Arsen dan duduk kembali. Dia harus menunggu 10 menit untuk bisa menyusul Arumi ke kamar mandi. Awas saja jika sampai Arumi kenapa kenapa, Bella tidak akan mengampuni Azura.

~o0o~

DI KAMAR MANDI

Arumi terkejut. Bagaimana tidak terkejut? ketika Arumi membuka pintu, Azura sudah berada tepat di depan pintu masuk kamar mandi.

"Maaf, kamu terkejut ya?" Ucap Azura dengan wajah sedikit bersalah.

"Hehe.. Gak papa, Zur. Kenapa? Kamu mau ke kamar mandi juga?" Tanya balik Arumi.

"Nggak.. bukan.. Aku ke sini.. mau bicara sama kamu. Boleh?"

"Boleh, mau bicara apa Zur."

"Aku mau minta maaf sama kamu, Rum." Arumi mengerutkan keningnya mendengar ucapan dari Azura, "maaf kalau aku ngerusak acara kamu. Tadinya aku gak mau dateng ke sini karna aku tau yang ngehadirin acara ini cuma keluarga dan temen temen dekat kamu aja, tapi Radhit maksa aku buat ikut. Aku ngerasa gak enak udah dateng ke acara kamu, temen temen kamu juga kayaknya gak suka liat aku disini. Sekali lagi aku minta maaf ya, Rum." Lanjut Azura dengan raut wajah masih merasa bersalah.

Arumi tersenyum, "Gak papa, Zur. Kamu jangan merasa bersalah gitu. Aku gak masalah kok kalau kamu dateng. Lagian kamu di sini juga sambil bantu bantu mereka, kan? Justru aku yang makasih, kamu udah bantu ngedekor acara ulang tahun aku."

"Makasih ya, Rum. Kamu baik banget sama aku."

Arumi menjawab dengan anggukan, "emmm... Btw, kamu kok gak ajak Papah sama kak Refal ke sini?" Tanya Arumi.

"Aku pikir kamu gak bakalan suka kalau Papah sama kak Refal dateng ke sini. Lagian yang ngerayainnya juga cuma keluarga sama temen dekat aja kan? Aku juga di ajak Radhit ke sini, kalau Radhit gak ajak aku mungkin aku juga gak akan ke sini."

"Papah sama kak Refal juga keluarga aku, Zur. Mereka Ayah dan Kakak kandung aku. Kami memiliki ikatan darah, kamu juga tau itu. Bahkan jika aku tau hari ulang tahun aku bakal di rayain, orang pertama yang akan aku kasih tau Papah sama kak Refal."

~o0o~

DI HALAMAN BELAKANG

Sudah 8 menit Arumi dan Azura belum juga datang. Bella sudah tidak enak duduk sejak dari tadi karna mengkhawatirkan Arumi.

"Udah ya, gue gak bisa nunggu lebih lama lagi. Gue mau nyusul Arumi." Ucap Bella berdiri dari duduknya dan langsung berjalan tanpa mendengarkan jawaban dari teman temannya.

"Udah biarin aja." Ucap Sekala pada teman temannya.

"Kita susul juga ke sana?" Tanya Bagas.

"Jangan. Nanti Opa, Oma, Bunda sama Ayah bakal khawatir, mereka bakal ikut ke sana juga. Nanti takut malah jadi masalah. Kita tunggu disini aja." Jawab Sekala.

"Oke, kalau gitu." Timpal Bagas.

Bella berjalan dengan cepat menuju kamar mandi. "Awas aja kalau Arumi sampai kenapa kenapa, gue gak akan maafin lo, Azura." Gerutu Bella.

Dari jauh Bella melihat Arumi sedang bicara dengan raut wajah sedikit marah, Bella semakin cepat melangkahkan kakinya.

".....orang pertama yang akan aku kasih tau Papah sama kak Refal."

"Kenapa, Rum? Azura bilang apa sampai lo marah kayak gitu?" Tanya Bella sambil melirik tidak suka pada Azura.

"Bel? Lo kok kesini?" Tanya Arumi sedikit terkejut karna Bella datang tiba tiba.

"Gue nyusul lo, takut lo di apa apain sama ni orang." Jawab Bella sambil menunjuk Azura. "Lo belum jawab pertanyaan gue, dia bilang apa ke lo sampai lo keliatan marah tadi?" Tanya kembali Bella.

"Gue gak di apa apain Azura, Bel. Gue cuma ngobrol biasa aja sama Azura." Jawab Arumi.

"Jangan bohong, Rum." Tekan Bella. "Lo apain sahabat gue?" Tanya Bella pada Azura dengan emosi.

"A..aku gak apa apain Arumi kok, Bel." Jawab Azura sedikit gugup.

"Jangan bohong lo." Tekan Bella dengan emosi.

"Bel udah. Azura gak ngapa ngapain gue kok, udah jangan di perpanjang." Lerai Arumi.

"Gak bisa, Rum. Kalo di..."

"Bel... Udah. Ini hari ulang tahun gue, loh." Ucap Arumi dengan wajah memohon pada Bella.

Bella memejamkan matanya lalu menghela nafas, dia tidak mau merusak hari bahagia Arumi. Akhirnya Bella memendam kembali emosinya, dia mengalah demi Arumi. "Oke.. kali ini gue biarin lo karna gue gak mau ngerusak acara bahagia Arumi. Tapi lain kali, gue gak akan ngelepasin lo." Ucap Bella dengan menatap tajam Azura. Setelah mengatakan itu Bella langsung pergi meninggalkan Arumi dan juga Azura.

"Rum.. aku minta maaf, ya. Aku..."

"Aku yang harusnya minta maaf, Zur. Aku minta maaf karna Bella salah paham sama kamu."

"Nggak, Rum. Aku yang minta maaf, seharusnya tadi aku gak ngomong kayak gitu ke kamu. Seharusnya aku ngerti, yang lebih berhak atas Papah sama Kak Refal itu kamu. Kamu yang punya ikatan darah sama mereka."

ARUMI ALIVIA RAZETA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang