DUA PULUH

308 26 1
                                    

HUHUU MAAF AUTHOR BARU UP LAGII ಥ⁠‿⁠ಥ
AUTHOR BENER BENER SIBUK BANGET. 1 BULAN KEMARIN AUTHOR KETERIMA KERJA YEYYY. TAPI AUTHOR KERJANYA MASIH DALAM MASA PERCOBAAN SELAMA 3 BULAN. ALHAMDULILLAH SUDAH 1 BULAN AUTHOR BEKERJA TANPA ADA KENDALA, SISA 2 BULAN LAGI SUPAYA AUTHOR LULUS MASA PERCOBAAN.

DOAIN YAA SEMOGA AUTHOR LULUS DENGAN NILAI SEMPURNA DAN TANPA KENDALA APAPUN.

HARAP DIMAKLUM YAA BUAT PARA READERS AUTHOR HEHE. LUVV BUAT KALIAN >3<.

HAPPY READING





Arumi berlari masuk ke dalam rumah.

"OMAA." teriak Arumi.

Almira yang mendengar suara Arumi berlari ke luar dari kamar Kamila. "Sayang.."

"Bunda.. Oma dimana Bunda? omongan Ayah pas ditelpon tadi bohong kan, Bunda? Oma.. Oma gak mungkin ninggalin Arumi."

Almira tak kuasa melihat anak yang sudah ia anggap sebagai anak kandungnya sendiri terlihat tak berdaya. Ia langsung memeluk Arumi. Almira menangis, begitupun dengan Arumi.

Almira melepaskan pelukannya dengan Arumi. "Kamu mau ketemu Oma?" Arumi mengangguk. "Oma ada dikamarnya, sayang."

Arumi berjalan menuju kamar Kamila. Arumi berusaha menguatkan dirinya. Arumi tidak mau terlihat lemah dihadapan Kamila.

Arumi berdiri di depan pintu kamar Kamila. Arumi melihat omanya itu. Omanya terbaring di atas tempat tidur. Wajahnya terlihat begitu tenang.

"Omaa.." panggil Arumi. Semua yang ada di dalam kamar langsung melihat ke arah Arumi. Tangis mereka kembali pecah ketika melihat Arumi.

Arumi kembali berjalan menuju tempat tidur Kamila. Ia duduk tepat disamping Kamila.

"Oma. Ini Arumi. Oma bangun yu. Oma udah gak mau liat Arumi? Oma pasti pura pura tidur aja, kan? ayo Oma, bangun." namun tetap tidak ada respon dari Kamila.

Arumi beralih memegang tangan Kamila. Deg. Tangan Kamila dingin sekali. "Oma pasti kedinginan, ya?" Arumi memindahkan tangan Kamila kedalam selimut. "Sekarang udah gak dingin kan, Oma?"

Erwin menghampiri Arumi, "Arumi."

Arumi menatap Erwin, "Ayah. Tangan Oma dingan banget. Oma pasti kedinginan dari tadi."

Erwin memegang kedua bahu Arumi, "Oma sudah meninggal, Arumi."

"Oma gak akan pergi kemana mana, sayang. Oma bakalan ada di sisi Arumi."

Arumi malah tersenyum, "Ayah. Oma yang bilang sendiri kok kalo Oma gak akan pergi kemana mana. Oma bakal tetep sama Arumi terus. Oma gak bakal ninggalin Arumi. Sekarang Oma pasti kecapean, makanya Oma tidur. Nanti pasti Oma bangun lagi kok."

"Arumi denger ayah, sayang. Oma sudah meninggal." tegas Erwin. "Kalo kamu tidak percaya sama Ayah, kamu bisa tanya Om Dimas. Om Dimas serdiri yang bilang kalo Oma sudah meninggal, sayang." (Om Dimas, Dokter yang sudah lumayan lama dipercaya Arya untuk merawat keluarganya atau sering disebut Dokter pribadi. Usianya seumuran Erwin.)

Arumi melihat ke arah Dimas yang berdiri di samping tempat tidur Kamila. "Oma sudah meninggal, Arumi. Kamu yang sabar ya."

"Nggak." Arumi menggelengkan kepalanya. "O-oma gak mungkin meninggal, Om." Arumi beralih menatap wajah Omanya. "Oma, hiks oma udah janji kan kalo Oma gak bakal ninggalin Arumi. Oma harus nepatin janji Oma. Oma harus tetep di samping Arumi. Oma gak boleh pergi. Kalo Oma pergi, Arumi gak punya siapa siapa lagi. Ayo Oma, bangun. hiks."

Armila berjalan menghapiri Arumi, ia memeluk erat Arumi. Arumi menangis, ia mengeluarkan tangisan yang sudah dari tadi ia tahan dalam pelukan Armila. Tangisannya sangat menyayat hati.

"Arumi gak sendiri. Arumi masih punya Bunda sama Ayah."

~o0o~

o iya, kemarin kemarin pada nanyain ceritanya mau dilanjut apa ngga. jawabannya CERITANYA MASIH LANJUT yaa...

stay tune aja, oke (⁠•⁠‿<).

see u next part gaisss.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ARUMI ALIVIA RAZETA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang