Arumi dan Bella dibuat bingung melihat Dokter dan Suster berlarian.
"Kamar VIP nomor 13." ucap salah satu Suster yang berlari itu.
Arumi dan Bella semakin di buat bingung mendengar ucapan Suster itu. Kamar VIP nomor 13 kan, kamar yang ditempati Arya. Kenapa mereka menuju kamar Arya?
"Pasien tidak bernafas."
Deg
Jantung Arumi seperti dihantam sebuah gunung. Tadi Arumi tidak salah dengar, kan? pasien di kamar VIP nomor 13 tidak bernafas? Apa maksudnya itu? Tidak mungkin Arya... tidak... pasti Arumi salah dengar.
Arumi langsung berlari menuju kamar yang di tempati Arya untuk memastikan bahwa yang dikatakan suster tadi itu tidak benar, bahwa Arumi salah dengar saja.
Arumi berlari dengan pikiran kacau. Hatinya takut. Bagaimana jika Arumi tadi tidak salah dengar?
Arumi melihat banyak orang di dalam kamar yang ditempati Arya. Dokter dan Suster yang berada di dalam terlihat sibuk. Arumi ingin masuk, Arumi ingin melihat keadaan Arya. Tapi ia tidak diperbolehkan masuk oleh suster yang berjaga di depan pintu Arya. Arumi memberontak ingin masuk, tetapi tetap tidak bisa.
Kamila memeluk Arumi, berharap Arumi bisa tenang. Arumi menangis di pelukan Kamila, ia terus memohon kepada Omanya itu untuk memberitahu kepada suster kalau dia harus diperbolehkan masuk.
Bella hanya melihat Arumi dari jauh sambil menangis, Bella tidak sanggup melihat Arumi seperti itu.
"Sayang, Arumi kenapa? kamu juga kenapa, sayang?" tanya Almira yang baru saja datang dengan sopir yang membawa rantang makanan ditangannya. Almira bingung dan juga khawatir melihat Arumi histeris seperti itu, ia ditambah bingung ketika melihat anaknya juga sedang menangis.
Melihat Bundanya sudah datang, Bella langsung memeluk Bundanya itu.
"Kata suster Opa sudah tidak bernafas, Bunda." ucap Bella di sela tangisnya.
Mendengar ucapan anaknya barusan, dada Almira rasanya sesak. Air matanya turun begitu saja. Sama halnya dengan Bella yang sudah menganggap Arya seperti Opa nya sendiri, Almira pun sudah menganggap Arya seperti Ayahnya sendiri.
Sejak kecil Almira sudah tidak mempunyai seorang Ayah. Ia hanya bisa melihat Ayahnya lewat foto saja. Ayahnya meninggal pada saat ia masih berada didalam kandungan Ibunya. Sejak kecil Almira tidak pernah merasakan kasih sayang seorang Ayah.
Namun pada saat Almira bertemu dengan Arya. Ia merasakan sosok kasih sayang seorang Ayah dari diri Arya. Almira semakin sering bertemu dengan Arya karena Bella selalu bermain di rumah Arumi.
Almira selalu menjemput Bella ke rumah Arya. Pada saat datang ke rumah Arya, Arya selalu memperlakukan Almira dengan baik. Arya memperlakukan Almira layaknya seperti anak perempuannya sendiri.
Dari sanalah hubungan Almira dengan Arya jadi semakin dekat, Arya semakin jelas memperlihatkan kasih sayangnya pada Almira. Arya juga selalu bilang kalau ia sudah menganggap Almira seperti putrinya sendiri.
Almira menyayangi Arya, ia juga sebenarnya tidak rela jika harus kehilangan sosok seorang Ayah untuk yang kedua kalinya. Tapi jika takdir mengatakan Arya harus pergi, Almira juga harus ikhlas merelakan Arya pergi. Almira tidak kuat melihat Arya terus terusan menahan rasa sakitnya.
Almira melihat Dokter keluar dari kamar Arya. Ia pun bergegas berjalan menuju dokter itu sambil merangkul tubuh Bella.
"Dengan keluarga Pak Arya Mahendra." ucap Dokter.
"Kami, Dok. Bagaimana keadaan Opa?" tanya Almira.
Dokter itu tidak langsung menjawab, ia terdiam sejenak. "Mohon maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi takdir berkehendak lain. Pak Arya Mahendra dinyatakan meninggal dunia."
Deg
Semua orang yang ada di sana berdiri mematung. Mereka tidak percaya apa yang dikatakan Dokter barusan.
Terutama Arumi, ia hampir saja kehilangan keseimbangannya jika saja Kamila tidak memegang tubuh Arumi.
"Dokter bohong, kan? Opa gak mungkin meninggal, Dokter." ucap Bella.
Arumi berlari ke dalam untuk melihat Arya. Arumi tidak percaya perkataan Dokter tadi, Dokter tadi pasti berbohong.
Arumi mematung ketika melihat seluruh tubuh Arya sudah ditutupi oleh kain berwarna putih. Arumi berusaha menguatkan dirinya sendiri. Tangannya bergetar ketika ingin membuka penutup wajah Arya.
Mata Arya tertutup. Terlihat dari wajahnya, ia seperti tidak menanggung beban lagi.
"Opa.. Opa.. bangun. Arumi ada disini. Opa cuman mau prank Arumi, kan? Ini gak lucu, Opa. Ayo Opa, bangun." Arumi terlihat menahan tangisnya. Tapi matanya tidak bisa berbohong. Matanya terus mengeluarkan air mata.
Armila mendekat ke arah Arumi. "Arumi, sayang."
"Bunda.. Bunda bilang sama Opa, jangan becanda kayak gini. Arumi gak suka. Bilang sama Opa ini gak lucu, Bunda."
"Ikhlas, ya, sayang."
"Kenapa kalian bilang Arumi harus ikhlas? Opa gak akan kemana mana, Bunda. Opa bakal selalu ada di sisi Arumi. Sekarang Opa cuman lagi tidur aja. Opa pasti kecapean. Nanti pasti Opa bangun lagi." ucap Arumi sambil menghapus air matanya.
Armila tidak tega melihat Arumi. Ia langsung memeluk Arumi.
"Arumi. Bunda tau kamu sayang sama Opa. Bunda juga tau kamu gak mau kehilangan Opa. Bunda juga sama seperti kamu. Tapi Bunda ikhlas kalau Opa harus pergi. Bunda gak mau Opa sakit lagi. Kamu juga harus ikhlas, sayang. Biar Opa tenang disana. Walaupun sulit, tapi kamu harus belajar ikhlas. Kalau kamu gak ikhlas, kasian Opa. Opa pasti gak akan tenang di alam sana."
Arumi terdiam sejenak mendengar ucapan Armila. Tidak lama kemudian Arumi menangis. Tangis yang ia tahan dari tadi tiba tiba meluap keluar. Arumi menangis sejadi jadinya.
Armila mengerti. Ia semakin mengeratkan pelukannya pada Arumi.
~o0o~
Pemakaman Arya sudah selesai. Kini Arumi terduduk di depan makan Arya dengan tatapan kosong.
Arumi sendiri. Ia memang menyuruh Oma, Bunda, Ayah dan juga teman temannya untuk meninggalkan Arumi sendiri. Mereka pun mengerti. Tapi mereka tidak benar benar meninggalkan Arumi sendiri. Lebih tepatnya Sekala. Dia menunggu Arumi di bawah pohon yang berada tidak jauh dari makam Arya.
"Opa.. ini terlalu cepat. Arumi bahkan belum ngasih apa apa buat Opa. Maafin Arumi ya, Opa. Arumi belum bisa jadi cucu yang baik buat Opa. Arumi selalu nyusahin Opa. Arumi bahkan gak ada disisi Opa saat Opa menghembuskan nafas terakhir Opa. Walaupun sekarang Arumi masih belum ikhlas atas kepergian Opa. Tapi Arumi janji, Arumi akan berusaha untuk ikhlas. Biar Opa juga tenang disana."
~o0o~
See U in the next part.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARUMI ALIVIA RAZETA
Fiksi Remaja"𝑨𝒅𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒆𝒓𝒍𝒖𝒌𝒂 𝒕𝒂𝒑𝒊 𝒌𝒆𝒍𝒊𝒉𝒂𝒕𝒂𝒏𝒏𝒚𝒂 𝒑𝒂𝒍𝒊𝒏𝒈 𝒃𝒂𝒉𝒂𝒈𝒊𝒂." ***** Pandangan Arumi mulai kabur, Arumi jatuh terduduk di atas aspal. Arumi melihat sekeliling dengan pandangan kabur, terlihat ke 3 preman itu sedang t...