LIMA BELAS

960 61 3
                                    

1 bulan kemudian

"Hai, Opa. Arumi dateng lagi. Gimana kabar Opa di sana?" Arumi tertawa kecil. "Setiap ke sini Arumi selalu nanyain kabar Opa. Arumi bodoh banget ya, Opa? Udah pasti Opa bahagia di sana. Opa udah gak ngerasain sakit lagi. Di sini Arumi ngerasa kehilangan Opa banget. Tapi Arumi udah ikhlas kok, Opa. Arumi cuma... rindu Opa."

Sudah satu bulan ini, hampir setiap hari Arumi mengunjungi makam Arya. Ntah pada saat pulang sekolah ataupun pada saat libur sekolah.

Arumi sudah mulai mengikhlaskan kepergian Arya. Arumi mulai terbiasa tanpa Arya. Tapi tak jarang Arumi menangis tiap malam karna merindukan Arya.

"O iya, Opa. Tadi Kak Refal perhatian banget sama Arumi. Dia sampe bawain minum buat Arumi, pas Arumi habis olahraga. Kak Refal juga ngobatin luka Arumi. Padahal lukanya cuma sedikit, tapi Kak Refal keliatan khawatir sama Arumi. Arumi seneeng banget, Opa." Arumi tersenyum bahagia sambil menatap gundukan tanah di depannya. "Udah satu bulan ini Arumi mulai deket sama Kak Refal. Arumi berharap, semoga Arumi bisa deket juga sama Papah. Doain Arumi terus ya, Opa. Doain Arumi biar bisa deket sama Papah."

~o0o~

Arumi baru saja sampai di depan rumahnya.

Semenjak kepergian Arya, Arumi mulai mengendarai motor untuk berangkat ke sekolah. Arumi tidak mau merepotkan teman temannya, apalagi Sekala.

Walaupun Arumi tau mereka tidak merasa direpotkan olehnya, tapi tetap saja Arumi ingin mengendarai motor sendiri. Apalagi jika mengendarai motor sendiri, sangat mempermudah Arumi untuk mengunjungi makam Arya.

Belum juga Arumi membuka helmnya, handphonenya sudah berdering tanda ada panggilan masuk. Arumi tidak heran lagi, pasti Bella yang menelponnya.

Arumi membuka helmnya lalu mengambil handphone dari dalam tasnya. Arumi mengangkat telpon dari Bella sambil turun dari motor lalu mulai berjalan menuju ke dalam rumah.

"ARUMIIII LO KOK LAMA JAWAB TELPON GUEE."
Arumi sedikit menjauhkan handphone dari telinganya karena ulah suara Bella yang begitu kencang.

"Bel, bisa bisa budek kuping gue."

"Hehe.. Sorry. Habisnya lo sih lama jawab telponnya, gue kan jadi khawatir."

"Gue baru nyampe, makanya baru angkat telpon lo."

"Ohh.. hehe. Bilang dong dari tadi."

"Gimana mau bilang, lo udah ngegas duluan. Mana sambil teriak lagi, budek nih kuping gue."

"Hehe.. sorry sorry. Tapi lo beneran udah nyampe rumah, kan?"

"Iya, udah."

"Oke kalo gitu. Gue matiin telponnya. Mau bantuin bunda masak."

"Heem.. salam buat bunda."

"BUNDAA ADA SALAM DARI ARUMI."

"Arumi udah nyampe rumah?"

"UDAH, BUNDA."

"Alhamdulillah. Bilangin langsung makan, tapi jangan lupa bersihin badan dulu ya."

Arumi tersenyum mendengar ucapan Armila barusan. Arumi senang setiap kali Armila memperhatikannya.

"Tuh, dengerin kata Bunda."

"IYAA BUNDAA."

"BANGSAT, KUPING GUEE."

"Ehh, bahasa apa itu?"

ARUMI ALIVIA RAZETA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang