Sl- 02. Teman?

474 30 1
                                    

Versi chat ada di tiktok, masih berhubungan🤝

Versi chat ada di tiktok, masih berhubungan🤝

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍣🍣

Hubungan Rony dengan Salma semakin dekat, kejadian tadi malam ditambah dengan makan sore bersama membuat mereka semakin menempel saja. Di ruang latihan yang cahayanya temaram mereka duduk berdua sambil mendengarkan lagu yang akan ditampilkan besok malam.

Telinga Salma memang sedang mendengar tetapi otak dan hati tidak sejalan dengan telinga, pikirannya melayang pada tadi siang saat Rony memberikan sebuah pesan penenang
untuknya. Sungguh, semenjak pesan itu sampai kepadanya Salma merasa dia dilindungi dan punya rumah, tetapi dia tidak bisa mengklaim bahwa Rony itu adalah rumahnya.

"Ron," panggil Salma.

Rony melepas headset ditelinganya, "kenapa?"

"Menurut Lo, rumah itu apa?"

"Rumah ya?" Rony berpikir sejenak. "Rumah itu bangunan tempat kita tinggal, kan?"

Salma menghela napas, Rony tidak salah, sangat tidak salah hanya dia yang memberikan pertanyaan yang kurang tepat.

"Bukan rumah itu, Ron," ujar Salma.

Rony tertawa kecil, dia menarik kursinya menjadi berhadapan dengan Salma. "Ngerti, Sal. Rumah menurut gue itu tempat pulang, rumah tidak selamanya berbentuk bangunan bukan? Rumah itu tempat kita pulang, saat kita lelah, muak, dia bisa menjadi tempat pulang kita."

"Memberi sambutan ceria, mendengarkan kita cerita dan memberikan pelukan yang nyaman dan aman. Namun, rumah juga bukan tempat kita mengadu tentang kesedihan saja tetapi berikan dia juga kebahagiaan."

Salma mengangguk paham, rumah itu memberikan pelukan nyaman dan aman, seperti pelukan Rony kepadanya tadi malam?

Dia benar-benar menganggap Rony sebagai rumahnya? Tidak mungkin, Salma dengan Rony baru saja dekat, iya tidak mungkin.

"Dan satu lagi, rumah menurut gue adalah yang membuat gue nyaman, Sal. Seperti berbincang seperti ini tanpa ada rasa canggung dan bisa membuat gue keluar dari zona nyaman yang selama ini gue tempati."

"Maksud, Lo?" Salma paham yang dibicarakan Rony tetapi dia ingin Rony mengatakannya dengan jelas supaya dia tidak salah mengerti.

"Maksud gue, rumah itu orang yang bisa buat gue keluar dari zona nyaman yang gue tempati, seperti sekarang ini. Kan, Lo tau gue sependiem apa sama orang."

Salma mengangguk, bukan hanya Salma yang tahu kalau Rony orang yang pendiam, semua peserta idol juga tau itu.

Rony yang selalu berada di sudut lemari dan tidur disana dengan telinga yang tersumpal headset, dia sangat jarang berinteraksi dengan yang lain. Saat makan saja dia bangun dan berbicara dengan yang lain, setelah makan dia kembali menjadi Rony si pendiam, sedikit heran bagi Salma jika Rony lah yang berbicara panjang bersamanya tadi.

"J-jadi maksud Lo gue rumah?" tanya Salma yang direspon anggukan oleh Rony.

"Rumah bukan berarti pasangan sama keluarga doang,kan? Bisa saja temannya dianggap rumah." Salma terdiam, dia tidak memikirkan itu.

"Teman?" Rony menyodorkan telapak tangannya, mengajak Salma bersalaman.

"Teman," jawab Salma sambil tersenyum, dia menyambut tangan Rony. Benar, rumah bukan hanya tentang pasangan dan keluarga, rumah itu bisa teman.

Jadi Salma bisa mengklaim Rony sebagai rumahnya, berteman dengan Rony sangat nyaman, Salma bisa mengekspresikan apa yang dia mau dan Rony pun sama. Semenjak Rony mengetahui tindakannya semalam, sejak itulah Rony tidak membiarkan Salma sendirian, Rony tidak ingin ada setan yang mendekati Salma dan kembali membujuk Salma untuk melakukan perbuatan buruk.

"Kita satukan chemistry kita!" Salma mengangguk semangat, kini dia memiliki teman kedua di idol. Kedua tangan yang berjabat akan menjadi tanda akan ada hal hebat yang menunggu mereka di depan sana.

***
Kegiatan selepas latihan biasanya diadakan renungan bagi peserta, para peserta yang tersisa dikumpulkan dalam satu ruangan gelap. Mereka membentuk lingkaran dengan pendamping yang berada ditengah-tengah yang akan menuntun mereka semua.

Kegiatan ini dilakukan agar para peserta ingat apa yang mereka capai sampai akhir.

"Pejamkan mata kalian, rilekskan badan, tarik napas...lalu buang."

"Pikirkan dan jawab dalam hati, apa yang membuat kalian berada di titik ini, lolos dari ribuan peserta dan hanya tersisa kalian."

"Hiraukan apa kata orang dan fokus ke dirimu. Bayangkan dirimu sekarang berada di dalam sebuah gua yang didalamnya terdapat air terjun, dengarkan suaranya dan bayangkan kamu menyanyi disana dengan suara merdu dan menggema."

Semua peserta fokus dan mulai memasuki dunianya sendiri. "Dan kamu mulai teriak disana sesuai isi hati kamu, anggap suaramu yang menggema adalah suara orang-orang yang benci kamu dan hilang dalam
sekejap tanpa kamu menyentuhnya."

Kegiatan renungan memang membuat rileks tetapi tak jarang jika ada juga yang mengantuk, seperti halnya Rony yang kini sedang berada di pojok, jarak yang cukup jauh dengan peserta lainnya. Dia tertidur yang ditemani dengan Alvan, temannya.

Alvan dan Rony menganggap kegiatan itu hanya buang-buang waktu saja, lebih baik waktunya digunakan buat tidur akan suara maksimal saat bernyanyi nantinya.

Salma berdiri dari duduknya, dia disuruh untuk menghidupkan lampu ruangan. Begitu hidup terlihat sudah dua lelaki yang tertidur nyenyak dengan berbagi bantal satu sama lain, peserta lain hanya menggelengkan kepala, tidak heran jika mereka berdua yang tertidur.

"Ron!"

Teriakan menggelegar itu membuat Rony refleks duduk secara spontan, sekelilingnya langsung berasa berputar. Merasa pusingnya mereda Rony melihat sekeliling yang fokus kepada dirinya dan Alvan yang masih tertidur pulas seakan tidak mendengarkan gauman serigala tadi.

"Sudah selesai?" tanya Rony yang membuat Salma mendelik kesal.

"Lo pikir?"

____

Just for fiction🍣







Sa(l)maTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang