Sl- 04. Binar

360 34 1
                                    

"Membuang beban pikiran dengan bercerita adalah satu-satunya cara untuk tenang, maka dari itu mari kita bercerita."

Sa(l)ma

___

Lagi dan lagi malam menjadi saksi pertemuan mereka yang ketiga kalinya. Dinginnya malam sangat disukai oleh mereka berdua untuk berbincang, sunyi tanpa kebisingan dari peserta lain yang sedang berlatih atau sekedar bercanda.

Duduk berdua ditemani dengan minuman bersoda membuat suasana semakin hangat dan dekat, namun kali ini mereka tidak berdua melainkan ber empat. Pasangan baru itu menghampiri Rony dan Salma secara mendadak.

"Kak Salma," ujar Bila. Bila begitu suka dengan Salma setelah teman baiknya ter eliminasi.

Rony memberikan senyuman mencurigakan, pasangan yang baru datang ini terciduk sedang duduk berdua di pojok ruangan sambil menyuapkan makanan masing-masing. Saat itulah Bila mulai dekat dengan Salma, dia meminta untuk merahasiakan hubungannya kepada yang lain.

"Kenapa disini?" tanya Salma, dia menggeser sedikit posisinya agar Bila bisa duduk disebelahnya.

"Kal Alvan ngajak kesini, katanya disini indah."

Salma menyetujuinya, di tempat ini memang sangat disukai Salma. Sebelum adanya Rony disampingnya dulu, Salma sangat sering duduk sendirian untuk menenangkan hatinya dan mendinginkan otaknya.

Hal yang dilakukan dulu adalah hanya melihat bintang dan lampu kendaraan yang indah jika di lihat dari atas.

Melihat Salmanya mendadak diam Rony memegang tangan Salma, alisnya mengangkat seakan bertanya, apakah Salma baik-baik saja?

"Disini dingin tapi hangat ya, Kak Salma. Aku suka disini." Suara Bila mendominasi di sunyinya malam. Dia menceritakan apa saja yang terjadi padanya. Sementara yang lain hanya kebagian menanggapi apa yang dia bicarakan.

"Dari pada dengerin Bila ngomong doang, mending main truth or dare."

Alvan mulai memutar botol air mineral, putaran pertama jatuh pada Bila. "Truth or dare?"

"Aku truth," ujar Bila.

Rony si pemilik rencana iseng langsung mengajukan pertanyaan pertama. "Udah ngapain sama Alvan?" Salma mencubit paha Rony, yang hanya dibalas senyuman.

Alvan sudah biasa dengan otak Rony yang dirty, tapi Salma tidak. Jadi Salma menganggap Rony aneh.

"Emmm, aku sama Alvan cuman gandengan aja. Iya itu aja, iya kan, Van?" Alvan mengangguk.

Rony menatap Alvan dengan pandangan mencurigakan yang membuat Alvan kesal sehingga pukulan menimpa pada pundak Rony. "Asli ya, Ron, gue gak kayak lo kalau pacaran ya!"

Tidak ingin pertengkaran adu mulut itu berlanjut, Salma langsung memulai putaran selanjutnya yang terjatuh pada Rony.

"Kena lo, Ron. Lo sama tuh cewek jadian?" Salma bahkan Bila menunggu jawaban Rony.

Salma teringat satu hal, Rony digadang-gadangkan jadian dengan salah satu peserta wanita yang sudah tereliminasi sebelum memasuki spektakuler show dan itu didukung penuh oleh publik. Salma jadi khawatir, Rony terlalu baik kepadanya akhir akhir ini seakan waktu Rony hanya untuk dirinya. Semoga pacar Rony tidak salah paham dengan hubungan mereka.

"Enggak," jawab Rony tak minat. Dia tidak suka jika pertanyaan seperti itu diajukan kepadanya. Rony sudah muak.

"Tidak? Tapi, gelang itu." Bila menunjuk pada gelang berwarna merah hitam itu. "Itu gelang yang sama dengan yang dipakai Kak Sintia, kan."

Rony tertawa, dia mengangkat lengannya guna menunjukkan gelang yang dipakai. "Ini gelang di pasar bahkan online banyak, Bil, jadi kalau cuman gue yang punya rasanya tidak mungkin. Yang jelas ini bukan dia yang beli buat gue."

Bila mengangguk paham. "Lagian itu cuman akal-akalan dia aja, terus netizen bodoh itu terlalu kemakan."

Bila memaksa Rony untuk terus menceritakan asal mula perjodohan netizen itu terjadi. Rony tidak suka dengan wanita yang terlihat dengan dirinya itu, dia juga risih tapi Rony diam. Rony tidak mau jika karirnya dinodai dengan pernyataan tentang asmaranya, asmara yang dia miliki tidak penting untuk publik.

Jikalau pun Rony memang benar menyukai wanita itu, Rony tidak akan menunjukan kepada publik. Permainan itu berhenti begitu saja, topik yang dibawa Rony lebih menarik ketimbang harus memberikan pertanyaaan kembali, lebih baik mengulik kisah Rony.

"Ngomong-ngomong bicara tentang netizen. Sal, lo baik-baik aja, kan?"

Salma yang semulanya hanya menyimak perkataan Rony kini menjadi sasaran selanjutnya untuk bercerita. "Aman," jawab Salma dengan singkat.

"Kak Salma merasa terganggu gak dengan perbuatan netizen?"

"Tentu lah, Bil. Terganggu banget, tapi aku harus sabar sampai akhir itupun kalau bisa." Sinar mata Salma mulai meredup jika membicarakan tentang hal itu, seakan kehilangan separuh kepercayaan dirinya.

Rony selalu tahu kapan Salma sedih dan kapan Salma merasa senang. Dia suka menatap Salma dengan dalam dan tajam, dia suka gerak wajah Salma ketika bicara dan bulu matanya yang panjang berkedip setiap detik. Ketika dirinya bersitatap dengan mata Salma, Rony tidak mengalihkan pandangannya dia semakin suka, mata Salma jernih dan berbinar, namun kali ini sedang redup.

Dalam hatinya, Rony berkata akan selalu berusaha untuk membuat mata itu berbinar seterusnya. Tatapan Rony tidak luput dari penglihatan Alvan, Alvan hanya tersenyum dia tahu hati temannya untuk siapa.

_____

Just for fiction.

additional part
https://karyakarsa.com/Fzh_chnl/additional-part-4-617640


















Sa(l)maTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang