Sl-05. Takut baper

409 28 1
                                        

"Tolong jangan banyak bicara takut aku nyaman, entar aku suka. Jadi sebelum saling suka ayo saling memberikan kenyamanan."

Sa(l)ma

______

Hari Rabu adalah free day bagi mereka, dibolehkan untuk keluar kemana saja selagi masa ada di kawasan Jakarta. Agenda kali ini adalah berkunjung ke rumah Rony sebentar untuk mengambil sepeda motor lalu mengelilingi kota Jakarta.

Tidak hanya berdua tetapi berempat, pasangan baru itu terus saja mengikuti pada Salma dan Rony. Bahkan Bila sendiri sudah seperti anak Salma yang selalu mengikuti dirinya.

"Ayo buruan!"

Sejak bangun pagi Salma sudah bersemangat untuk pergi, dia ingin menikmati suasana Jakarta tanpa merasa takut di intai. Salma pikir selagi ada Rony di sisinya dia aman tidak akan ada yang menyakitinya, jadi selama berjalan-jalan nanti dia tidak akan sedetik pun jauh dari jangkauan Rony. Kini Rony adalah tameng Salma.

Menuju rumah Rony menggunakan kendaraan umum, Rony memiliki dua sepeda motor kebetulan pas dengan kebutuhan mereka.

Walau udara Jakarta tidak sebagus di daerahnya, Salma tetap enjoy menikmatinya, angin membuat kerudungnya berantakan tapi itu bukan masalah bagi Salma. Dia menikmati apapun yang terjadi asal itu bersama Rony.

Lagi dan lagi Salma bersyukur kala itu Rony datang untuk mencegah dirinya kalau tidak, mungkin Salma tidak akan merasakan ini semua. Kini Salma berpikir apa yang di katakan Rony itu benar, semua masalah tidak akan selesai jika kita memilih untuk mengakhiri hidup. Dirinya memang bodoh sesuai dengan yang dikatakan Rony.

Nanti Salma akan berterima kasih kepada Rony.

"Seru?" tanya Rony.

"Hah? Turu? Enggak, kok." Telinga yang tertutup helm serta suara Rony yang terbawa angin menghalangi mereka berbicara.

"Seru, Sal?"

"Iya." Salma haya menjawab sekenanya saja. "Apa sih kata Rony," gumam Salma, dia tidak mendengar dengan jelas.

Dibelakangnya Alvan dan Bila bergoncengan begitu mesranya, tangan Bila memeluk pinggang Alvan. Kaca helm hitam serta masker tidak membuat mereka ketahuan oleh publik.

Dibawah pohon besar mereka menggelar tikar yang dibawakan oleh Ibu Rony, mengadakan piknik kecil-kecilan yang cukup mendadak. Jangan bayangkan jika Ibu Rony menyiapkan ini dengan suka rela sesuai keinginannya sendiri, ini terjadi karena ide pikiran Rony.

Untuk Salma?

Oh tentu jelas, Rony memikirkan sekali tentang kesehatan mental Salma. Setelah bercerita semalaman dan ingin membalaskan apa yang Salma rasakan semakin membuat Rony yakin untuk melindungi Salmanya. Dengan piknik dan melihat daun-daun hijau serta hamparan danau, Rony harap Salma merasa rileks.

"Kak Rony tahu tempat ini gimana?"

"Dari mantan," jawab Rony. Dia ingin tahu bagaimana reaksi Salma jika dirinya membahas tentang mantan. "Dulu kita sering kesini buat lepas penat setelah selesai sekolah."

Biasa saja. Ah sial! Salma bereaksi biasa saja, mukanya tidak ada tanda-tanda cemburu. Rony sedikit berkecil hati ternyata Salmanya belum ada rasa.

"Ngapain aja disekolah sampai penat kek gitu," ujar Salma. Alih-alih merasa cemburu Salma malah lebih semangat membahas kegiatan Rony dengan mantannya.

Melihat perubahan mimik muka yang jelas ketara di wajah Rony, membuat Alvan merasa iba. "Tapi disini aman kan, Ron? Nanti malah muka gue tertampang jelas di sosmed lagi."

"Gak peduli gue, Van!" Alvan tertawa kecil, muka Rony semakin murung tapi tidak kelihatan oleh Salma.

Berbincang-bincang santai sesekali memakan cemilan yang ada, selama itu Rony selalu mengeluarkan keahliannya yang hanya di tunjukan kepada Salma yaitu act of service. Rony selalu sigap mengambil barang yang jauh dari jangkauan Salma, membukakan tutup botol air mineral tanpa diminta, menyimak setiap kata yang Salma lontarkan, bahkan Rony menghalang nyamuk yang akan hinggap di tangan Salma dan itu semua tidak lepas dari perhatian Salma.

Salma tidak masalah, tapi....

"Rony lo jangan gitu, dong, nanti kalau gue terlalu nyaman sama lo, gimana?"

Iya, Salma takut kebawa perasaan dengan tindakan Rony. Takut dia terlanjur suka kepada Rony dan ternyata Rony hanya menganggap dia teman, Salma tidak mau menambah luka di mentalnya. Cukup dengan masalah ini saja dan tidak mau menambah masalah hanya karena cinta.

____
just for fiction











Sa(l)maTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang