Sl-15. Kita Usahakan

208 17 0
                                    

"Sepadat apapun jadwal kita, mari kita coba untuk saling mengabari."

Sa(l)ma

***

Dua Minggu yang lalu, Salma menyatakan bahwa dia tidak ingin memiliki hubungan yang khusus atau singkatnya Salma mengingingkan hubugan tanpa status dengan Rony. Rony menerima itu tetapi sangat disayangkan Salma tidak jujur dengan dirinya sendiri, Rony juga tau Salma mencoba untuk denial terhadapa perasaanya. Salma menyukai Rony tetapi hatinya megatakan bahwa memiliki pasangan diusia sekarang malah menghalang karirnya, hal itulah yang membuat Salma takut memulai.

Selama dua minggu itu kegiatan keduanya sangat padat. Latihan, penampilan dan promosi, Meskipun jadwal yang ketat dan kelelahan menyelimuti mereka, Rony dan Salma berusaha untuk tetap berfokus dan memberikan yang terbaik dalam setiap penampilan mereka. Kegiatan promosi yang menyita waktu mereka semakin menambah tekanan yang mereka rasakan, namun mereka terus maju dengan semangat. Semua itu mereka lakukan untuk mempuaskan para penggemar mereka dan juga penentu masa depan mereka.

Di tengah kesibukan itu, mereka masih menyempatkan diri untuk saling memberikan dukungan satu sama lain. Salma dan Rony masih menyempatkan diri untuk menghabiskan waktu berdua, walau sekedar duduk berdua menikmati angin di kota malam, hal sederhana menjadi berharga jika dilakukan berdua.

"Minggu depan penentuan yang akan masuk dua besar, kira-kira siapa yang akan pulang?" tanya Salma.

Rony menatap mata Salma yang terlihat sangat capek, matanya sangat ketara jika dia sedang memikirkan hal-hal yang berat. Jika Rony tebak ini tentang kompetensi dan hubungan mereka.

"Siapapun yang pulang berarti memang sudah waktunya. Kita tinggal berusaha saja untuk lebih baik kedepannya." Tidak akan tahu siapa yang pulang, tetapi Rony yakin dirinya akan bertahan sampai akhir.

Salma mengangguk setuju, tetapi matanya kembali tidak fokus, menunjukkan bahwa dia sedang memikirkan hal yang lain. Rony rasa bahwa ini adalah hal yang tepat untuk menyadarkan Salma. "Sal, aku tahu kamu memiliki masalah dari sorot matamu, kalau kamu butuh teman untuk bercerita tolong cari aku, ya."

Tidak ada yang Salma bisa lakukan selain menyatukan tangannya, dia merasa gugup. Terlalu banyak memendam masalah tanpa orang tahu membuat dia sudah terbiasa, namun disaat ada orang yang suka rela menawarkan diri untuk mendengarkan dia bercerita dia menjadi bingung. Cerita atau tidak?

"Ceritakan semuanya, keluarkan apa yang kamu resahkan. Kamu disini harus berkompetensi untuk mencapai tujuan jadi kamu tidak boleh memiliki beban pikiran," ujar Rony. Dia merasa aneh dengan panggilan mereka satu sama lain meski dia yang meminta, tetapi dia berusaha untuk membuat hubungan mereka semakin dekat.

"Aku bingung."

"Bingung?"

Salma mengangguk. "Aku bingung dengan apa yang aku ingin capai, semuanya terasa menjadi beban. Ungkapan perasaan kamu, kompetensi, semunya berat untuk aku ketahui, sepertinya aku kurang mengenal diri."

Hati Rony terasa sakit mendengarnya. Rony tidak apa jika hubungan mereka tidak ada status yang jelas tetapi jika perasaanya menjadi beban Salma, sungguh Rony merasa bersalah. Namun, Rony berusaha untuk tidak menunjukkan kesedihannya.

"Salma, kadang-kadang memang sulit untuk memahami diri atau mengetahui apa yang kita mau. Terutama disaat kita merasa tertekan, tapi kamu harus tahu jika kamu tidak sendirian, ada aku. Aku menawarkan diri suka rela untuk selalu berada didepan kamu untuk melindungi kamu."

Salma mencari kebohongan dari mata Rony, namun nihil, Rony berkata jujur. "Kenapa tidak di belakang aku?"

"Karena aku tidak mau hanya menangkap kamu disaat kamu terjatuh karena mendapatkan serangan dari depan. Lebih aku menghalang itu dari pada aku harus melihat kamu diserang."

Salma menghembuskan napasnya guna untukk menghilangkan segenap perasaan yang membutnya tidak nyaman saat ini. Salma menatap mata Rony lagi, mencari kekuatan dari mata pria yag menjadi bagian penting dalam hidupnya. "Aku merasa terjepit diantara dunia karir dan perasaan pribadi. Sudah dua minggu aku mencari jawabannya tetapi sampai saat ini aku masih belum menemukan jawabannya."

Rony paham, memang tidak gampang mengetahui apa yang diri kita mau. "Itu memang sering terjadi pada seorang manusia, bahkan aku pernah mengalaminya. Hal yang mudah dilakukan untuk saat ini, hanya menuruti apa yang membuat kamu senang dan merasa utuh. Tidak usah mengikuti apa kata hati dan pikiran."

Rony menaruh fokusnya pada Salma sepenuhnya. "Apa yang membuat kamu senang? Karir gemilang atau mengikuti perasaan kamu dan hidup bahagia dengan pasangan? Hal itu hanya kamu yang bisa menjawabnya."

"Dua-duanya membuat aku bahagia. Hidup bahagia bersama pasangan dengan karir yang terus berjalan menjadi harapanku," jawab Salma sambil tersenyum lembut.

"Lalu, kamu yakin untuk mewujudkan keduanya secara sekaligus?" Meski tidak menjawab Rony sudah tahu apa jawabannya, Tidak. Salma tidak yakin, hal inilah yang membuat Salma tidak tenang selama bebeberapa hari, meskipun performanya tetap baik saat berkompetisi.

"Mau aku bantu," ucap Rony menawarkan diri.

"Bagaimana caranya?" tanya Salma, ekspresinya campur aduk antara harapan dan kekhawatiran. "Tapi aku takut jika aku harus memilih keduanya."

Rony tersenyum hangat. "Kamu tidak perlu memilih, Sal. Kita bisa menemukan cara untuk mendukungmu dalam meraih impianmu dan tetap menjaga kebahagiaanmu dalam hubungan. Percayalah padaku. Aku akan menyakinkan kamu bahwa memiliki seorang pasangan disaat meraih karir itu tidaklah buruk, sebab keduanya adalah masa depan yang harus diraih juga, kan."

Perkataan Rony benar. Keduanya adalah hal penting, mungkin sudah saatnya Salma mengambil keputusan. Salma menatap Rony dengan penuh keyakinan.

"Baiklah aku akan mencoba, mari kita mulai hubungan ini," ujar Salma, senyumannya merekah. "Tolong bantu aku menyakinkan semuanya, bahwa itu tidak buruk. Aku mau jujur, sebenarnya ... aku juga suka sama kamu." Muka Salma memerah, dia merasa malu untuk mengungkapkan perasaanya. Rony yang melihat wajah Salma hanya tersenyum bahagia. Tanpa Salma beritahu, Rony sudah mengetahuinya, tapi dia sangat senang akhirnya Salma mengatakannya langsung.

Di tengah kebahagiaan pasangan baru ini, ada pasangan lama yang merindukan satu sama lain. Alvan, yang sudah pulang minggu lalu, harus meninggalkan Bila dengan segunung kerinduan.

"Terima kasih, Rony." Rony hanya membalas dengan senyuman.

Keduanya terdiam sejenak, menikmati kebersamaan yang sederhana namun penuh makna. Obrolan mereka malam ini menemukan titik terang bagi Salma maupun Rony. Dalam keheningan malam itu, mereka merasa saling memahami satu sama lain untuk lebih dalam, Rony menceritakan apa yang Salma tidak ketahu selama ini. Meskipun jalan di depan mungkin masih tidak menemukan kepastian, mereka tahu bahwa mereka memiliki satu sama lain untuk bergantung. Rony akan mengusahakan Salma untuk yakin dengan apa yang dipilih malam ini tidak akan berujung buruk.

Salma disini tidak akan diam, dia akan berusaha juga untuk meraih apa yang dia inginkan. Meski nanti berujung gagal dia tidak akan menyalahkan Rony karena sudah membawanya dalam keputusan yang dia ambil. Banyak 'meski' yang terucap karena ini bukanlah hal yang pasti diketahui, mereka berdua hanya berusaha untuk berhasil.

***

JUST FOR FICTION

Sa(l)maTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang