Sl-18. Aku Bisa (2)

159 15 0
                                    

"Keberhasilan ini tidak akan pernah ada jika kamu membiarkan aku menuruti pikiranku. Terima kasih buat kamu dan orang-orang yang mendukung-ku."

Sa(l)ma

***

Salma berdiri tegak di tengah panggung, menatap audiens dengan senyuman yang memancarkan rasa percaya diri. Dia merasakan setiap nada musik yang mengalir ke dalam dirinya, seperti mengisi ruangan dengan energi dan emosi. Dia membiarkan musik menyerap ke dalam tubuhnya, siap untuk membagikan ceritanya kepada dunia.

Saat lirik pertama mulai dinyanyikan, suara Salma mengalir lembut namun kuat, memenuhi setiap sudut ruangan dengan keindahan dan kekuatan vokalnya. Setiap kata yang dinyanyikan penuh dengan makna, dan ekspresi wajahnya menggambarkan perasaan yang mendalam. Dia bergerak dengan anggun di atas panggung, gerakannya selaras dengan ritme musik.

Meski nada-nada yang keluar terasa sangat merdu, perasaannya masih saja tetap ada rasa gugup.

Penonton terlihat terpukau, beberapa di antaranya bahkan berdiri dan bertepuk tangan mengikuti alunan lagu. Salma merasakan getaran semangat mereka, dan itu memberinya dorongan tambahan. Setiap kali dia mengarahkan pandangannya ke arah penggemar dia melihat wajah-wajah yang penuh kekaguman dan dukungan, yang semakin menguatkan keyakinannya.

"Benar-benar mengagumkan." Rony menggelengkan kepalanya merasa takjub dengan keahlian yang ditunjukkan kekasihnya. Wanitanya itu memang selalu bisa merebut perhatian Rony sepenuhnya.

"Kamu bisa," gumam Rony, dia bertepuk tangan dengan pelan sehingga tidak terdengar suara tepukan. Memberikan dukungan dibelakang layar walau tidak terlihat oleh mata Salma.

Highnote menjadi penutup dari penampilan Salma malam ini. Semuanya terpukau dengan Salma, para juri berdiri dengan memberikan tepukan tangan yang meriah serta pujian yang terus dilontarkan. Ini bukan melebih-lebihkan, tetapi inilah Salma, yang selalu membuat semua orang mendadak memberikan perhatiannya disaat mulutnya terbuka mengeluarkan nada yang merdu.

Dengan langkah gontai Salma kembali pada back stage, menemui  teman-temannya serta kekasihnya. Pelukan serta ucapan selamat ia sudah terima, tapi pelukan hangat dari sang kekasih belum ia dapatkan.

Selesai menyapa yang lain, Salma kembali melangkahkan kakinya menuju Rony yang sedang menutup matanya. Rony berada di pojok ruangan, sendiri tanpa yang menemani, memang siapa yang akan menemani orang tidur?

"Ron?" panggil Salma.

"Ron?" Melihat sang kekasih tidak kunjung bangun dari tidurnya, sehingga Salma mengambil posisi duduk didekat Rony. Tidak tanggung-tanggung, Salma menghempaskan badannya dengan keras sehingga kursi yang mereka tempati bergerak bahkan sampai berbunyi.

"Hah? Kenapa?" Roh yang berada dalam tubuhnya belum terkumpul sepenuhnya sehingga wajah bingung Rony, menjadi perhatian Salma.

"Bocah edan," gumam Salma.

"Kok kamu disini? Bukannya lagi perform?" Rony mengatakannya sambil mengucek matanya sampai memerah. Salma yang melihat hal itu langsung mengambil tangan Rony untuk digenggamnya, menggantikan dirinya untuk meniup mata Rony.

"Kamu belum jawab aku." Tak banyak kata, Salma merentangkan tangannya meminta sebuah pelukan dukungan dari kekasihnya. Pelukan itu tentu saja Rony terima dengan senang hati.

Rasa lelah luruh begitu saja setelah mendapat pelukan hangat dari Rony. Dirinya yang mengkhawatirkan hasil kini menjadi lebih pasrah, apapun hasilnya Salma akan terima. Berada ditahap ini sudah menjadi hal yang membanggakan tersendiri.

"Sudah, sekarang bagian Bila yang tampil." Mereka melihat penampilan Bila dengan seksama.

Salma dan Bila adalah dua finalis yang masih bertahan dalam kompetensi ini, dan malam ini adalah ujung dari segalanya. Salma berdecak kagum dengan suara Bila yang lembut, kepalanya bergerak dengan sendirinya serta bibir yang ikut mengalun dengan suara pelan. Bila benar-benar bisa membuat orang terhipnotis.

Orang bilang, Salma dan Bila adalah dua finalis yang memiliki kemampuan yang sama, keduanya benar-benar pilihan masyarakat untuk menjadi diva. Bahkan penikmat musik sendiri kewalahan untuk memilih siapa menjadi pemenang.

"Gugup?" tanya Rony. Dia menggenggam tangan Salma yang dingin. Rony memberikan senyumannya untuk menenangkan hati Salma yang sedang gundah. "Kamu hebat berada di posisi."

Salma mengangguk, dia tahu kalau dirinya hebat, tanpa orang bilang sudah Salma mengetahuinya. Sebab perjuangannya untuk bisa berdiri di panggung besar ini dan kompetensi yang besar juga sudah menjadi tantangan untuk dirinya dan dua bisa melaluinya meski sempat terseok-seok sebentar.

"Terima kasih." Hanya itu yang bisa Salma ucapkan dari perkataan Rony, namun ampuh membuat hati Salma berdesir.

***

"The winner of the year 2024 adalah ..."

Lampu-lampu menyoroti Salma dan Bila satu persatu, lampu panggung dimatikan menambah kesan menegangkan. Menunggu siapa pemenang pada season ini.

"Salma .... atau Bila!" Pembawa acara sengaja untuk mengulur waktu membuat penonton merasa kesal dan tidak sabar untuk mengetahui siapa pemenangnya.

"The winner of the year 2024 adalah Salma!"

Tepukan tangan terdengar nyaring serta teriakan-teriakan para penggemar, semuanya menerima pemenang tahun ini tanpa harus ada perseteruan. Seperti yang dikatakan sebelumnya, siapapun pemenangnya mereka sangat layak berada diposisi ini.

Salma yang mendengar namanya disebut mendadak lemas, kakinya tidak bisa menopang tubuhnya sehingga dia terduduk dilantai. Mulutnya berulang kali mengatakan Alhamdulillah. Bila membantu Salma untuk berdiri dan dia dekap tubuh Salma, mengucapkan kata selamat  tanpa henti. Bila ikut bangga dengan pencapaian Salma, tidak ada rasa iri didalam hatinya.

"Cewek gue menang," beritahu Rony kepada Alvan disampingnya dengan wajah yang angkuh dan sombong. Menyombongkan prestasi sang pacar sangat tidak masalah bagi Rony.

Rony dan Alvan dihampiri oleh kru untuk diarahkan keatas panggung untuk pengambilan hadiah. Dengan Gagahnya mereka berdua berjalan layaknya pangeran menghampiri putri.

"Selamat, sayang, aku bangga." Rony memeluk Salma, usapan pelan yang berada dipunggung Salma sudah menjelaskan semua arti perasaan Rony untuk Salma.

"Aku sangat... sangat ber-terima kasih kepada kamu. Mungkin, kalau gak ada kamu, aku pasti tidak akan mendapatkan hadiah sebesar ini dan penyematan gelar juara. Terima kasih, Rony."

Selain orang tua, Rony adalah penyebab dirinya bisa berada di panggung malam ini. Kalau tidak ada Rony pada malam itu, dirinya sudah akan menjadi debu dan tersisa tulang saja. Salma bersyukur ada Rony yang menghentikannya.

"Habis ini kita LDR," ujar Salma dengan senyum mengejek.

"Serius?" Wajah Rony sudah tidak enak dipandang, wajah yang terlihat merajuk tak pantas untuk Rony. Tolong digaris bawahi, bahwa Salma yang mengatakan.

Salma mengangguk dengan senyuman mengejek yang masih terpancar. "Iya, aku mau balik ke kampung halaman selama ... tidak bisa ditentukan kapannya."

Kalimat Salma membuat Rony kembali mendekapnya dengan lebih erat kali ini. Dekapan terakhir sampai mereka bertemu kembali.

***

JUST FOR FICTION!
semuanya hanya fiksi yang tidak akan ada di dunia nyata!

terima kasih kalian🦋



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sa(l)maTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang